Share

BAB V

Dengan langkah gontai dan perasaan yang campur aduk, Jasmine masuk ke dalam rumah. Jasmine masih juga tidak percaya dengan apa yang sudah dia alami barusan.

“Ya Tuhan Jasmine, aku betul-betul mencemaskanmu. Apakah kamu sama sekali tida buka handphone? Aku mengirimu puluhan pesan w******p menanyakan kondisimu,” teriak Aileen ketika Jasmine mulai menginjakkan kakinya di ruang tamu.

“Yas, kenapa kamu diam saja? Yas, kamu kenapa? Apa yang dilakukan Darren padamu sehingga kamu diam saja seperti ini?” Aileen yang panik melihat Jasmine hanya terdiam dan melamun setelah kembali dari bertemu dengan Darren, menganggap bahwa Darren telah melakukan perbuatan tak menyenangkan yang menyakiti hati Jasmine.

“Jasmine,” Aileen menggoyang-goyangkan tubuh Jasmine.

Jasmine menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu.

“Aku sama Darren pacaran, Len,” ujar Jasmine lirih, sangat lirih sehingga Aileen tak mendengarnya.

“Gimana, Yas? Barusan kamu bilang apa? Aku sama sekali tidak dengar,” ujar Aileen berusaha meminta Jasmine untuk mengatakannya lebih keras.

“AKU SAMA DARREN PACARAN, LEN!” Jasmine menaikkan nada bicaranya hingga sedikit berteriak.

“KOK BISA?” tak kalah keras dengan suara Jasmine, Aileen yang terkejut dengan berita yang dibawa Jasmine, ikut meninggikan nada bicaranya.

Aileen penasaran dengan apa yang barusan dikatakan Jasmine. Batin Aileen. apa yang sebenarnya terjadi sehingga Jasmine bisa memutuskan untuk berpacaran dengan Darren ? Aileen kemudian duduk disamping Jasmine dan Jasmine mulai menjelaskan apa yang dialaminya tadi kepada Aileen.

“Terus kamu ingin tetep menjalaninya, Yas?” ujar Aileen.

“Kalaupun kamu memang tak berniat sama sekali untuk menjalaninya, kamu bisa memutuskan untuk menyudahinya, Yas. Jangan sampai kamu menyesal nantinya,” Aileen mulai khawatir dengan kondisi Jasmine yang terlihat murung setelah pertemuannya dengan Darren. Aileen sangat paham dengan Jasmine tersebut.

“Aku sama sekali tidak bisa menolaknya, Len. Entahlah. Akupun takt ahu apa yang membuatku tak dapat menolak Darren. Entah karena ancamannya, atau karena aku mulai luluh dengan perlakuan  Darren padaku,” ujar Jasmine sembari menutupi mukanya dengan kedua tangannya.

“Yas, aku mohon, jangan bilang kalau kamu saat ini sudah mulai suka sama Darren! Kamu kan tahu sendiri Yas kalo-“ Belum selesai Aileen melanjutkan kata-katanya, terdengar suara ketukan dari pintu depan rumah Jasmine.

Tok tok tok

“Permisiiiiii!” teriak seseorang dari luar.

Jasmine berjalan ke arah pintu dan membuka pintu dengan hati-hati.

“Iya, cari siapa ya, mas?” ujar Jasmine kepada laki-laki asing yang berdiri di teras rumahnya itu.

“Dengan Nona Jasmine?” ujar laki-laki tersebut.

Laki-laki itu terlihat seperti petugas pengantar barang, dilihat dari jaket yang dikenakannya. Di jaket yang dikenakan laki-laki tersebut terdapat tulisan sebuah nama perusahaan ekspedisi.

“Iya, saya sendiri. Ada apa ya, mas?” ujar Jasmine mulai penasaran karena dalam waktu dekat ini dia tak merasa berbelanja online. Sedangkan yang ada di akun My Mart milik Jasmine masih dalam proses menunggu pengiriman.

“Nona Jasmine, saya diminta Tuan Darren untuk mengantarkan beberapa bingkisan ini untuk anda,” ujar kurir tersebut.

“Bingkisan dari Darren?” ujar Jasmine sembari memperhatikan apa yang dimaksudkan oleh kurir tadi.

Sebanyak lima buah tas belanja dengan berbagai macam ukuran dari salah satu merk fashion kelas atas berjajar rapi di teras rumahnya saat ini. Jasmine benar-benar hampir dibuat gila oleh apa yang sudah dilakukan Darren padanya. Jasmine tak habis pikir dengan kelakuan Darren.

“Eummm, ya sudah minta tolong dimasukkan ke dalam ya, mas!” ujar Jasmine mempersilahkan kurir tersebut untuk menaruh barang-barang pemberian Darren ke dalam rumahnya.

“Baik, Nona,” ujar kurir tersebut sembari membawa semua tas belanja tersebut dan memasukannya ke dalam ruang tamu rumah Jasmine serta menaruhnya secara rapi di meja ruang tamu Jasmine.

Tring Tring Tring

Tepat setelah kurir itu pergi, handphone Jasmine berbunyi tanda ada sebuah panggilan masuk. Tak lama Jasmine langsung menerima panggilan tersebut.

“Halo,” ujar Jasmine lirih.

“Sayang, sudah terima paketan dari aku? Besok dipakai ya! Besok pasti kamu akan terlihat begitu mempesona. Sampai ketemu besok, cantik,” ujar seseorang dari balik panggilan itu yang tidak lain adalah Darren.

Belum sempat Jasmine menjawabnya, Darren sudah menutup panggilan teleponnya.

Tring

Sekarang notifikasi dari pesan w******p yang masuk ke handphone Jasmine. Tanpa menunggu lama, Jasmine langsung membuka pesan tersebut.

[Besok aku jemput jam 10.00 ya

Dandan yang cantik

Aku sudah nggak sabar menunggu hari besok

See you, sweetheart]

Jasmine berdiri mematung sambil memandangi layar handphonenya dan sesekali melirik deretan tas belanja yang ada di depan matanya saat ini. Dia bahkan tidak harus bagaimana menjawab pesan w******p dari Darren itu.

Jasmine masih bingung dengan apa yang terjadi padanya saat ini. Bagaimana bisa dia tiba-tiba berpacaran dengan Darren, bagaimana bisa Darren melakukan ini semua padanya, dan masih banyak pertanyaan lain yang memenuhi pikirannya saat ini.

“Yas,” ujar Aileen sembari menepuk pundak Jasmine.

“Astaga,” Jasmine yang daritadi melamun sontak kaget dengan seseorang yang menepuk pundaknya.

“Yas, kamu belanja sebanyak ini? Buat apa coba? Kamu sebelumnya nggak pernah belanja sebanyak ini deh,” ujar Aileen sembari memperhatikan deretan tas belanja yang berjajar rapi di meja ruang tamu Jasmine.

“Aileen, kamu percaya kalau ini semua aku yang beli? Ini semua kiriman dari Darren,” ujar Jasmine dengan nada pasrah.

“DARREN?” lagi-lagi hampir saja suara Aileen menggemparkan seisi rumah Jasmine.

“Sssst, Leeen, kamu bisa nggak sih kalau nggak teriak-teriak?” ujar Jasmine sembari menutup mulut Aileen dengan kedua tangannya.

“Maaf, Yas. Aku cuma nggak habis pikir, kenapa Darren melakukan ini semua sama kamu ?” ujar Aileen.

Jasmine yang saat ini tidak bersemangat untuk menjelaskan apapun pada siapapun termasuk sahabatnya, memilih untuk menunjukkan pesan w******p terakhir dari Darren kepada Aileen.

“Hah? Maksudnya Darren besok mengajakmu pergi dan ini semua dia belikan untuk kamu pakai besok saat pergi dengannya?”

“Gila, benar-benar gila. Dasar laki-laki,” ujar Aileen sembari mengintip isi dari semua tas belanja yang diberikan oleh Darren.

“Jasmine, ini mahal-mahal banget. Ya Tuhan,” ujar Aileen tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Entahlah, Len. Aku tak paham lagi dengan ulah manusia satu itu. Apakah memang hobinya buang-buang uang seperti ini?,” ujar Jasmine sembari membuka satu persatu tas belanja itu.

“Apa jangan-jangan ini Darren lakukan kepada setiap wanita yang didekatinya? Tahu sendiri kan laki-laki seperti Darren, memiliki paras yang tampan dan statusnya sebagai CEO My-Mart pasti banyak wanita yang mengejar-ngejar dia,” ujar Aileen.

“Tapi kenapa dia harus melakukan ini semua ke aku? Kamu tahu sendiri kan kalau sampai detik ini saja bahkan aku tak pernah mengejar-ngejarnya seperti kebanyakan wanita ganjen di tempat gym,” ujar Jasmine masih diselimuti rasa penasaran dengan apa yang dilakukan Darren padanya.

Meskipun Darren dan Jasmine sering bertemu di tempat gym, tapi keduanya sangat jarang berbincang berdua dalam waktu yang lama. Perbincangan mereka pun hanya sekedar basa-basi yang menurut Jasmine bukanlah sesuatu yang dianggapnya penting.

Lagi-lagi Jasmine merebahkan tubuhnya di sofa yang berada di ruang tamu rumahnya sembari tenggelam dengan pikirannya yang carut marut saat ini.

“Andai saja malam itu aku nggak pingsan, apakah hal ini akan tetap terjadi padaku, Len?” ujar Jasmine.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status