Share

BAB IV

Dengan sangat hati-hati, Jasmine mengetuk jendela mobil sedan Hyundai Genesis G90 berwarna hitam yang terparkir di depan rumahnya.

Tok tok

Pintu mobil depan bagian penumpang dibuka dari dalam, seorang laki-laki dengan kaos oblong berwarna hitam dan celana pendek berwarna khaki, mempersilahkan Jasmine untuk masuk dan duduk. Jasmine dengan hati-hati dan sangat gemetar, akhirnya masuk lalu kemudian duduk menuruti apa yang diperintahkan lelaki tersebut. Saat Jasmine sudah mulai duduk, Jasmine sangat takut dan salah tingkah.

“Hai cantik!” sapa lelaki tersebut yang diketahui adalah Darrem.

“Kamu pakai baju seperti ini saja sudah terlihat cantik, berarti aku tidak salah menambatkan hati,” ujar Darren sembari memperhatikan Jasmine mulai dari ujung rambutnya hingga ujung kakinya yang dibalut dengan sandal berwarna hitam.

Apa yang dikatakan Darren tersebut membuat Jasmine semakin salah tingkah dan pipinya memerah seperti menggunakan blush on.

“Kak, maaf sebelumnya, aku ingin langsung ke pokok masalahnya saja. Maaf, maksud kakak melakukan ini semua ke aku apa?” tanya Jasmine dengan nada yang gemetar karena saat ini dia benar-benar merasa gugup.

Baru duduk saja, Darren sudah terang-terangan memperhatikan dan memuji penampilan Jasmine. Padahal bagi Jasmine, penampilannya saat ini sangat biasa saja. Menurutnya tidak akan ada laki-laki yang tertarik dengan penampilannya saat ini. Ternyata apa yang dibayangkan Jasmine tak sama dengan kenyataannya. Darren, memperhatikan Jasmine dengan rasa kagum tetapi masih dalam batas sopan.

“Kenapa kamu terlihat sangat takut? Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu kan” ujar Darren dengan niat berusaha menenangkan Jasmine yang terlihat sangat gugup.

“Jasmine Chalondra Maheswari, kenapa harus buru-buru mengetahui jawabanku? Kamu tahu, aku masih ingin bersamamu lebih lama dan aku sudah lama menunggu saat-saat berdua seperti ini bersamamu,” ujar Darren dengan nada sangat lembut dan masih saja memandangi Jasmine.

Jasmine yang lama kelamaan merasa risih karena terus-terusan diperhatikan oleh laki-laki yang dianggapnya asing itu kemudian memalingkan mukanya.

Akan tetapi, tak lama berselang, dan entah apa yang merasuki Jasmine, lagi-lagi pipi Jasmine terlihat memerah. Pipi Jasmine yang memerah itu disebabkan karena Jasmine mencium aroma parfum dari Darren yang begitu menggoda. Aroma parfum dengan note bergamot dan middle note geranium, lavender serta Sichuan pepper membuat Jasmine sangat tergoda dengan aromanya.

“Hey, lihat aku,” ucap Darren sembari memegang pipi Jasmine dan berusaha untuk membuat Jasmine melihat ke arahnya.

Sontak Jasmine terkejut dengan apa yang dilakukan Darren.

“Kak, maaf,” ujar Jasmine sembari menampis tangan Darren.

“Jasmine Chalondra Maheswari, aku menyukaimu,” ujar Darren tanpa basa-basi.

Deg.

“Ya Tuhan, apa ini mimpi? Mimpi apa aku semalam? Darren menyukai aku?” ujar Jasmine dalam hati.

“Aku sungguh-sungguh Jasmine, aku menyukaimu dari sejak kamu datang ke tempat gym untuk pertama kali,” ujar Darren membuyarkan lamunan Jasmine.

Sesaat Jasmine terdiam, berusaha mengerti dengan segala yang ada di pikiran saat ini. Jasmine masih tidak mengerti apa yang membuat seorang Darren Cameron Barraq menyukai gadis sepertinya.

“Jasmine,” Suara Darren membuyarkan lamunannya.

“Hah, iya kak? Ada apa?” ujar Jasmine masih berusaha menata hati dan pikirannya yang dibuat tidak karuan dengan Darren yang telah menyatakan perasaan padanya.

“Jasmine Chalondra Maheswari, aku tidak suka penolakan dan aku tidak butuh penolakan,” ujar Darren dengan nada suara yang sedikit naik.

“Satu hal yang kamu harus tahu bahwa aku sayang kamu, perasaanku ini tulus. Aku tidak berharap apapun dari kamu. Aku ingin kamu menerimaku. Aku tidak perduli dengan segala alasan yang akan kamu keluarkan untuk menolakku,”

Darren yang sudah benar-benar jatuh cinta pada Jasmine sejak pandangan pertama, tidak ingin perasaannya ditolak oleh perempuan pujaannya yang saat ini duduk disampingnya itu.

Disisi lain, Jasmine tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Yang ada dipikiran Jasmine, dia akan berusaha menolak perasaan Darren dengan cara yang halus yang sekiranya tak akan menyakiti hati Darren.

“Kak Darren, tapi kan kakak-“ belum selesai juga perkataan Jasmine lontarkan.

“Jasmine, kalau saja aku bisa menghapus rasa sayangku untukmu, kalau saja aku bisa memilih kepada siapa aku menaruh rasa sayang ini. Sayangnya, itu tidak bisa aku lakukan. Bahkan kalau itu bisa, rasanya aku tak ingin melakukannya,” ujar Darren memotong ucapan Jasmine.

Darren yang memiliki perasaan yang begitu menggebu terhadap Jasmine, berusaha meraih tangan Jasmine dan mencium tangan lembut tersebut. Entah apa yang membuat Darren bisa begitu jatuh cinta terhadap Jasmine.

Sontak Jasmine kaget. Dengan cepat, Jasmine segera menepis tangan Darren. Tetapi, Darren yang memiliki kekuatan yang lebih besar dari Jasmine, lagi-lagi berhasil menggenggam tangan Jasmine dan tak ingin melepaskan genggaman tersebut.

“Jasmine, sudah aku jelaskan tadi bahwa aku tidak suka dibantah dan ditolak. Asal kamu tahu, sejak kecil aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Dan saat ini aku cuma mau kamu. Aku jatuh cinta sama kamu, aku sayang sama kamu, dan bahkan mungkin saat ini aku mulai terobsesi denganmu,” ujar Darren sembari menatap mata Jasmine yang sendu dengan tatapan yang tajam.

Jasmine benar-benar tak tahu harus bersikap apa saat ini. Di satu sisi dia ingin pergi dan larimeninggalkan Darren, akan tetapi entah hal apa yang sudah merasuki pikiran Jasmine saat ini, disisi lain dia merasa nyaman berada di samping Darren saat ini. Jasmine mematung, tenggelam dalam pikirannya.

“Jasmine,” Darren menggoyangkan tangan Jasmine dan kemudian membuyarkan lamunan Jasmine.

“Ah iya, gimana kak?” ujar Jasmine dengan nada bingung.

“Jadi aku mau saat ini kita resmi memiliki hubungan. Mulai saat ini aku dan kamu resemi menjadi sepasang kekasih,” Kata-kata Darren barusan seperti petir di siang bolong bagi Jasmine. Jasmine benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Darren padanya.

“Kak, aku rasa kakak tidak bisa memutuskan satu pihak seperti ini. Kakak harus memikirkan bagaimana perasaan aku juga,” ujar Jasmine dengan berusaha menahan tangis.

“Jasmine, kamu tenang saja, aku pastikan bahwa semuanya akan berjalan baik. Aku janji, tidak akan menyakitimu sedikitpun,” ujar Darren berusaha meyakinkan Jasmine dan mengusap air mata Jasmine yang sudah mulai membasahi pipi Jasmine yang lembut itu. Tangis Jasmine pun meledak saat tangan Darren berusaha mengusap air mata Jasmine.

Darren tidak tahu harus bagaimana ketika mendapati Jasmine menangis sejadi-jadinya. Tiba-tiba saja Darren mengecup kening Jasmine dan kemudian memeluk Jasmine yang terdiam seperti patung. Niat Darren melakukan itu semua adalah berusaha untuk menenangkan Jasmine.

Entah apa yang membuat Jasmine tidak menolak sedikitpun dengan apa yang dilakukan Darren padanya. Jasmine larut dalam pelukan Darren. Segala perlakuan Darren yang lembut dan romantis, sepertinya saat ini sudah sedikit meluluhkan hati Jasmine. Darren yang sadar dengan Jasmine yang membalas pelukannya, tersenyum sembari lebih mengencangkan pelukannya kepada Jasmine.

Darren dengan segenap rasa percaya dirinya, dia sangat yakin bahwa saat ini Jasmine juga sudah menaruh hati padanya. Kali ini wajah gahar Darren berubah menjadi wajah yang manis dan tatapannya sangat teduh, serta pancaran kebahagiaan yang terlihat diwajahnya tak bisa disembunyikan lagi. Dalam hatinya, Darren berjanji akan selalu membahagiakan wanita yang disayanginya ini. Tak akan sedikitpun ia menyakiti Jasmine.

Kebahagiaan yang dirasakan Darren saat ini, tak bisa digantikan oleh apapun yang ada di dunia ini. Darren benar-benar bahagia, sangat bahagia.

“Aku masih tak percaya dengan semua ini,” gumam Jasmine.

“Ada apa, sayang? Barusan kamu bilang apa?” timpal Darren

Deg.

Dada Jasmine berdegup dengan cepat ketika Darren memanggilnya dengan sebutan sayang. Jasmine yang gugup dan bingung harus menjawab apa, hanya menggeleng menjawab pertanyaan Darren tadi.

“Ya sudah, sekarang kamu masuklah. Kamu masih harus banyak beristirahat. Maafkan aku yang mengganggu waktu istirahatmu. Semoga besok kamu sudah baikan karena besok aku ingin mengajakmu jalan-jalan,” ujar Darren sembari mengacak rambut Jasmine.

“Kita mau jalan-jalan?” ujar Jasmine dengan nada kaget.

“Kenapa memangnya sayang? Kita akan berjalan-jalan untuk saling mengenal satu sama lain,” ujar Darren meyakinkan Jasmine agar mau diajaknya jalan-jalan.

“Harus banget ya kak?“ Jasmine sedikit canggung dan juga bingung setelah mendengar Darren akan mengajaknya pergi besok.

“Jasmine, karena sekarang kita sudah berpacaran, janggan panggil aku dengan sebutan Kak Darren lagi. Panggil aku sayang, honey, beb, sweety atau apapun panggilan mesra yang biasa dipakai untuk orang berpacaran boleh,” ujar Darren.

“Hmmm,” Jasmine hanya bisa melenguh.

Jasmine yang sampai detik ini masih tak percaya dengan segala kejadian yang dialaminya dengan Darren dan berpikir semua ini hanyalah sebuah mimpi di siang hari.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status