Dengan sangat hati-hati, Jasmine mengetuk jendela mobil sedan Hyundai Genesis G90 berwarna hitam yang terparkir di depan rumahnya.
Tok tok
Pintu mobil depan bagian penumpang dibuka dari dalam, seorang laki-laki dengan kaos oblong berwarna hitam dan celana pendek berwarna khaki, mempersilahkan Jasmine untuk masuk dan duduk. Jasmine dengan hati-hati dan sangat gemetar, akhirnya masuk lalu kemudian duduk menuruti apa yang diperintahkan lelaki tersebut. Saat Jasmine sudah mulai duduk, Jasmine sangat takut dan salah tingkah.
“Hai cantik!” sapa lelaki tersebut yang diketahui adalah Darrem.
“Kamu pakai baju seperti ini saja sudah terlihat cantik, berarti aku tidak salah menambatkan hati,” ujar Darren sembari memperhatikan Jasmine mulai dari ujung rambutnya hingga ujung kakinya yang dibalut dengan sandal berwarna hitam.
Apa yang dikatakan Darren tersebut membuat Jasmine semakin salah tingkah dan pipinya memerah seperti menggunakan blush on.
“Kak, maaf sebelumnya, aku ingin langsung ke pokok masalahnya saja. Maaf, maksud kakak melakukan ini semua ke aku apa?” tanya Jasmine dengan nada yang gemetar karena saat ini dia benar-benar merasa gugup.
Baru duduk saja, Darren sudah terang-terangan memperhatikan dan memuji penampilan Jasmine. Padahal bagi Jasmine, penampilannya saat ini sangat biasa saja. Menurutnya tidak akan ada laki-laki yang tertarik dengan penampilannya saat ini. Ternyata apa yang dibayangkan Jasmine tak sama dengan kenyataannya. Darren, memperhatikan Jasmine dengan rasa kagum tetapi masih dalam batas sopan.
“Kenapa kamu terlihat sangat takut? Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu kan” ujar Darren dengan niat berusaha menenangkan Jasmine yang terlihat sangat gugup.
“Jasmine Chalondra Maheswari, kenapa harus buru-buru mengetahui jawabanku? Kamu tahu, aku masih ingin bersamamu lebih lama dan aku sudah lama menunggu saat-saat berdua seperti ini bersamamu,” ujar Darren dengan nada sangat lembut dan masih saja memandangi Jasmine.
Jasmine yang lama kelamaan merasa risih karena terus-terusan diperhatikan oleh laki-laki yang dianggapnya asing itu kemudian memalingkan mukanya.
Akan tetapi, tak lama berselang, dan entah apa yang merasuki Jasmine, lagi-lagi pipi Jasmine terlihat memerah. Pipi Jasmine yang memerah itu disebabkan karena Jasmine mencium aroma parfum dari Darren yang begitu menggoda. Aroma parfum dengan note bergamot dan middle note geranium, lavender serta Sichuan pepper membuat Jasmine sangat tergoda dengan aromanya.
“Hey, lihat aku,” ucap Darren sembari memegang pipi Jasmine dan berusaha untuk membuat Jasmine melihat ke arahnya.
Sontak Jasmine terkejut dengan apa yang dilakukan Darren.
“Kak, maaf,” ujar Jasmine sembari menampis tangan Darren.
“Jasmine Chalondra Maheswari, aku menyukaimu,” ujar Darren tanpa basa-basi.
Deg.
“Ya Tuhan, apa ini mimpi? Mimpi apa aku semalam? Darren menyukai aku?” ujar Jasmine dalam hati.
“Aku sungguh-sungguh Jasmine, aku menyukaimu dari sejak kamu datang ke tempat gym untuk pertama kali,” ujar Darren membuyarkan lamunan Jasmine.
Sesaat Jasmine terdiam, berusaha mengerti dengan segala yang ada di pikiran saat ini. Jasmine masih tidak mengerti apa yang membuat seorang Darren Cameron Barraq menyukai gadis sepertinya.
“Jasmine,” Suara Darren membuyarkan lamunannya.
“Hah, iya kak? Ada apa?” ujar Jasmine masih berusaha menata hati dan pikirannya yang dibuat tidak karuan dengan Darren yang telah menyatakan perasaan padanya.
“Jasmine Chalondra Maheswari, aku tidak suka penolakan dan aku tidak butuh penolakan,” ujar Darren dengan nada suara yang sedikit naik.
“Satu hal yang kamu harus tahu bahwa aku sayang kamu, perasaanku ini tulus. Aku tidak berharap apapun dari kamu. Aku ingin kamu menerimaku. Aku tidak perduli dengan segala alasan yang akan kamu keluarkan untuk menolakku,”
Darren yang sudah benar-benar jatuh cinta pada Jasmine sejak pandangan pertama, tidak ingin perasaannya ditolak oleh perempuan pujaannya yang saat ini duduk disampingnya itu.
Disisi lain, Jasmine tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Yang ada dipikiran Jasmine, dia akan berusaha menolak perasaan Darren dengan cara yang halus yang sekiranya tak akan menyakiti hati Darren.
“Kak Darren, tapi kan kakak-“ belum selesai juga perkataan Jasmine lontarkan.
“Jasmine, kalau saja aku bisa menghapus rasa sayangku untukmu, kalau saja aku bisa memilih kepada siapa aku menaruh rasa sayang ini. Sayangnya, itu tidak bisa aku lakukan. Bahkan kalau itu bisa, rasanya aku tak ingin melakukannya,” ujar Darren memotong ucapan Jasmine.
Darren yang memiliki perasaan yang begitu menggebu terhadap Jasmine, berusaha meraih tangan Jasmine dan mencium tangan lembut tersebut. Entah apa yang membuat Darren bisa begitu jatuh cinta terhadap Jasmine.
Sontak Jasmine kaget. Dengan cepat, Jasmine segera menepis tangan Darren. Tetapi, Darren yang memiliki kekuatan yang lebih besar dari Jasmine, lagi-lagi berhasil menggenggam tangan Jasmine dan tak ingin melepaskan genggaman tersebut.
“Jasmine, sudah aku jelaskan tadi bahwa aku tidak suka dibantah dan ditolak. Asal kamu tahu, sejak kecil aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Dan saat ini aku cuma mau kamu. Aku jatuh cinta sama kamu, aku sayang sama kamu, dan bahkan mungkin saat ini aku mulai terobsesi denganmu,” ujar Darren sembari menatap mata Jasmine yang sendu dengan tatapan yang tajam.
Jasmine benar-benar tak tahu harus bersikap apa saat ini. Di satu sisi dia ingin pergi dan larimeninggalkan Darren, akan tetapi entah hal apa yang sudah merasuki pikiran Jasmine saat ini, disisi lain dia merasa nyaman berada di samping Darren saat ini. Jasmine mematung, tenggelam dalam pikirannya.
“Jasmine,” Darren menggoyangkan tangan Jasmine dan kemudian membuyarkan lamunan Jasmine.
“Ah iya, gimana kak?” ujar Jasmine dengan nada bingung.
“Jadi aku mau saat ini kita resmi memiliki hubungan. Mulai saat ini aku dan kamu resemi menjadi sepasang kekasih,” Kata-kata Darren barusan seperti petir di siang bolong bagi Jasmine. Jasmine benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Darren padanya.
“Kak, aku rasa kakak tidak bisa memutuskan satu pihak seperti ini. Kakak harus memikirkan bagaimana perasaan aku juga,” ujar Jasmine dengan berusaha menahan tangis.
“Jasmine, kamu tenang saja, aku pastikan bahwa semuanya akan berjalan baik. Aku janji, tidak akan menyakitimu sedikitpun,” ujar Darren berusaha meyakinkan Jasmine dan mengusap air mata Jasmine yang sudah mulai membasahi pipi Jasmine yang lembut itu. Tangis Jasmine pun meledak saat tangan Darren berusaha mengusap air mata Jasmine.
Darren tidak tahu harus bagaimana ketika mendapati Jasmine menangis sejadi-jadinya. Tiba-tiba saja Darren mengecup kening Jasmine dan kemudian memeluk Jasmine yang terdiam seperti patung. Niat Darren melakukan itu semua adalah berusaha untuk menenangkan Jasmine.
Entah apa yang membuat Jasmine tidak menolak sedikitpun dengan apa yang dilakukan Darren padanya. Jasmine larut dalam pelukan Darren. Segala perlakuan Darren yang lembut dan romantis, sepertinya saat ini sudah sedikit meluluhkan hati Jasmine. Darren yang sadar dengan Jasmine yang membalas pelukannya, tersenyum sembari lebih mengencangkan pelukannya kepada Jasmine.
Darren dengan segenap rasa percaya dirinya, dia sangat yakin bahwa saat ini Jasmine juga sudah menaruh hati padanya. Kali ini wajah gahar Darren berubah menjadi wajah yang manis dan tatapannya sangat teduh, serta pancaran kebahagiaan yang terlihat diwajahnya tak bisa disembunyikan lagi. Dalam hatinya, Darren berjanji akan selalu membahagiakan wanita yang disayanginya ini. Tak akan sedikitpun ia menyakiti Jasmine.
Kebahagiaan yang dirasakan Darren saat ini, tak bisa digantikan oleh apapun yang ada di dunia ini. Darren benar-benar bahagia, sangat bahagia.
“Aku masih tak percaya dengan semua ini,” gumam Jasmine.
“Ada apa, sayang? Barusan kamu bilang apa?” timpal Darren
Deg.
Dada Jasmine berdegup dengan cepat ketika Darren memanggilnya dengan sebutan sayang. Jasmine yang gugup dan bingung harus menjawab apa, hanya menggeleng menjawab pertanyaan Darren tadi.
“Ya sudah, sekarang kamu masuklah. Kamu masih harus banyak beristirahat. Maafkan aku yang mengganggu waktu istirahatmu. Semoga besok kamu sudah baikan karena besok aku ingin mengajakmu jalan-jalan,” ujar Darren sembari mengacak rambut Jasmine.
“Kita mau jalan-jalan?” ujar Jasmine dengan nada kaget.
“Kenapa memangnya sayang? Kita akan berjalan-jalan untuk saling mengenal satu sama lain,” ujar Darren meyakinkan Jasmine agar mau diajaknya jalan-jalan.
“Harus banget ya kak?“ Jasmine sedikit canggung dan juga bingung setelah mendengar Darren akan mengajaknya pergi besok.
“Jasmine, karena sekarang kita sudah berpacaran, janggan panggil aku dengan sebutan Kak Darren lagi. Panggil aku sayang, honey, beb, sweety atau apapun panggilan mesra yang biasa dipakai untuk orang berpacaran boleh,” ujar Darren.
“Hmmm,” Jasmine hanya bisa melenguh.
Jasmine yang sampai detik ini masih tak percaya dengan segala kejadian yang dialaminya dengan Darren dan berpikir semua ini hanyalah sebuah mimpi di siang hari.
Darren masih tak berkedip mengamati wanita pujaannya itu. "Memang aku tak salah menambatkan hatiku padamu, Jasmine. Kamu benar-benar wanita yang sempurna," Darren pun tak berhenti memberikan pujian untuk kekasihnya itu."Ish, kamu ini, bisa nggak kalau nggak berlebihan kaya gitu," Jasmine memukul pelan pundak Darren. Tak bisa dipungkiri bahwa pujian dan tatapan Darren membuatnya salah tingkah. Wanita mana yang tidak meleleh mendangar pujian dan perlakuan seperti yang didapatkan Jasmine itu."Sayang, aku jujur. Kamu benar-benar wanita sempurna yang pernah aku temui. Aku bahkan rela melakukan hal apapun hanya untuk melihat senyum di wajah cantikmu itu, untuk melihatmu tetap ada disisiku," Darren menggenggam erat kedua tangan Jasmine, sembari menatap lekat-lekat ke wajah wanita pujaannya itu. "Jasmine, berjanjilah padaku, bahwa apapun dan bagaimanapun keadaan yang akan terjadi kedepannya, berjanjilah bahwa kau tak akan meninggalkanku! Berjanjilah bahwa kau akan selalu bersamaku dan berja
Tak lama kemudian, helikopter yang ditumpangi Darren dan Jasmine telah mendarat. Setelah mengemasi barang pribadi milik mereka, keduanya menuruni helikopter tersebut dengan hati-hati. Raymond ternyata sudah turun terlebih dahulu dan mengantarkan koper keduanya ke resort yang berada tak jauh dari helipad yang ada di pulau pribadi milik keluarga besar Darren itu.Sebuah pulau pribadi dengan garis pantai yang cukup panjang, hamparan pasir putih yang sungguh cantik dan air lautnya yang jernih memancarkan warna turquoise, serta suasananya yang masih asri juga alami, membuat siapapun akan terpesona dengan keindahan pulau pirbadi milik keluarga Darren tersebut. Dari air lautnya yang jernih, dapat terlihat karang yang beraneka ragam bentuk serta warnanya. Selain itu, terdapat hutan yang subur nan hijau yang kaya dengan berbagai jenis burung, binatang dan juga tumbuhan liar menambah kesan asri dari pulau tersebut.Tak hanya itu, di pulau pribadi milik keluarga besar Darren ini terdapat dua bua
Lima menit berjalan, Jasmine dan Darren terlihat masih sangat menkmati percumbuan itu. Darren merasakan degup jantungnya berdetak sangat cepat, debaran-debaran cinta yang sudah lama tak ia rasakan, kini kembali dirasakannya. "Gila, wanita ini memang berbeda. Aku tak pernah merasakan senyaman ini berada di pelukan seorang wanita. Jasmine, aku benar-benar mencintaimu, kau tak boleh meninggalkanku," ujar Darren dalam hatinya.Darren yang sudah mulai merasakan puncak gairahnya, segera membopong tubuh Jasmine untuk duduk di pangkuannya. Sama halnya dengan Darren, Jasmine yang sudah merasakan berada di puncak gairahnya, tak dapat menolak perintah Darren, Saat ini tubuh Jasmine berada di pangkuan Darren dan wajah cantiknya saat ini tepat berada di depan wajah tampan Darren Cameron Barraq."Jasmine, aku sungguh mencintaimu, sangat mencintaimu. Tolong, jangan ada pikiran untuk meninggalkanku, aku tak akan tahu bagaimana hidupku setelah ini jika tak ada kamu disisiku," tak menunggu Jasmine menj
Sebuah helikopter berwarna hitam mengkilap dengan simbol sebuah perusahaan yang ternyata adalah simbol perusahaan milik Darren sudah menunggu Darren dan Jasmine di landasan helikopter yang berada di lantai paling atas gedung rumah sakit tersebut. "Silahkan Pak Darren dan Bu Jasmine, helikopternya sudah siap," ujar Sari mempersilahkan Darren dan Jasmine untuk masuk ke dalam helikopter yang sudah dari dua jam yang lalu tersedia di landasan helikopter tersebut. "Terimakasih banyak atas bantuannya Mbak Sari dan Mas Gusti, saya sudah menitipkan sesuatu untuk kalian lewat Pak Bagas. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih untuk pelayanan kalian yang luar biasa," Darren menjabat tangan Sari dan Gusti secara bergantian. "Wah, saya merasa tersanjung dengan apa yang bapak katakan. Terimakasih sekali bapak, hati-hati dalam perjalanan dan selamat berlibur," ujar Gusti saat Darren menjabat tangannya. Lagi-lagi Jasmine dibuat berdiri seperti patung ketika melihat kenyataan yang ada didepannya saat
Jasmine bergegas memasuki mobil sedan berwarna hitam yang telah terparkir di depan rumahnya. Darren sudah menunggu disitu lebih dari dua puluh menit. Sebelumnya Darren sudah berjanji akan menjemput Jasmine tepat pukul sembilan, dan seperti yang telah dijanjikan Darren, pukul sembilan tepat Darren sudah berada di depan rumah Jasmine. Sedangkan Jasmine masih ternyata belum siap, dia masih bersiap dan mengemasi barang apa saja yang akan dibawanya liburan bersama kekasihnya itu. Jasmine hari ini kesiangan, dia baru bangun pukul setengah sembilan dan langsung mandi, bersiap-siap dan berkemas."Ya Tuhan, terimakasih karena Kau sudah mengirimkan bidadari untukku," Darren mengamati setiap inci tubuh Jasmine sembari menyalakan mesin mobilnya."Kamu ini bukannya marah karena lama nunggu akunya," ujar Jasmine. Terlihat rona merah muncul di kedua pipinya."Sayang, aku mana bisa marah-marah sama bidadari. Lagipula, aku memang orangnya paling nggak bisa marah-marah, apalagi sama orang yang aku saya
"Jasmine sudah pulang, nak?" ujar Ana ketika melihat sosok Jasmine yang berjalan masuk dari pintu ruang tamu. Saat itu memang lampu ruang tamu dalam keadaan remang-remang. Membuat pandangan mata tak begitu jelas."Lho, mama kok disini? Mama kenapa jam segini belum tidur?" Jasmine sedikit terkejut melihat Ana yang saat ini sedang duduk santai di sofa ruang tamu sembari menyilangkan kedua kakinya dan memainkan alat komunikasi selularnya."Iya sayang, mama belum bisa tidur. Daritadi sudah coba untuk tidur tapi belum bisa tidur juga. Mama bosen di kamar, jadi mama memutuskan duduk-duduk di sini sambil cari suasana lain, ya sudah sekalian nungguin Jasmine sama Mas Dani," Ana meletakkan alat komunikasi selularnya itu ke atas meja kaca yang berada disampingnya."Mama kenapa? Ada yang sedang mama pikirkan? Atau mama sakit? Tidak enak badan?" Jasmine menjatuhkan tubuhnya di sofa dimana Ana duduk kemudian memeluk tubuh wanita paruh baya yang ada disampingnya itu. Jasmine terlihat sangat mengkha
Sepanjang perjalanan ke rumah Jasmine, suasana di mobil sangat hening. Hanya terdengar suara musik yang diputar pada pemutar musik yang berada di dashboard mobil Darren.Waktu yang telah kita lalui, buatmu jadi lebih berartiLuluhkan kerasnya dinding hati, engkaulah satu yang aku cari“Kamu tahu lagu ini, Jasmine?” ujar Darren memecah suasana hening suasana di mobil Darren itu.“Iya, kenapa?” ujar Jasmine singkat. Jasmine masih merasa tidak enak dengan apa yang sudah dikatakannya pada Darren saat makan di tempat Alif tadi.“Ini yang aku rasakan padamu saat ini,”“Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku,” Darren menirukan Ariel yang menyanyikan lagu yang diputar saat itu.Lai-lagi pipi Jasmine memerah, dia sangat tersanjung dengan apa yang baru saja diutarakan Darren. Meskipun Darren hanya menyanyikan sebuah lagu, tapi Jasmine yakin bahwa itu memang apa yang benar-benar dirasakan Darren padanya saat ini.“Kak Day, eh maksud aku, sa..yang,” ujar Jasmine sedikit ragu. Jasmine masih belum y
“Kita makan dulu ya. Aku tahu kamu pasti belum makan kan? Jadi nggak ada alasan buat nolak,” ujar Darren dan pandangannya terus tertuju pada jalanan yang ada di depannya.“Tapi ini udah malem, emang kamu nggak apa-apa kalau nemenin aku makan dulu?” Jasmine merasa tidak enak jika harus menahan Darren lebih lama dengannya.“Jasmine, kamu kira aku anak SD yang kalau sebelum senja belum sampai rumah dicari orang tuanya? Aku sudah kepala tiga Jasmine,” Darren gemas dengan pertanyaan Jasmine. Dia melirik Jasmine sesaat dan mengacak rambutnya.“Bukan gitu, tapi nanti-,”“Pokokya kita makan dulu, takutnya kalau kamu telat makan nanti bakalan pingsan lagi kaya waktu itu di tempat gym,” belum selesai Jasmine bicara, Darren sudah memotong pembicaraan Jasmine dan memaksa Jasmine untuk tetap makan malam dulu dengannya.“Baiklah kalau memang kamu memaksa. Terserah kamu saja, aku menolak pun tak ada gunanya,” ujar Jasmine pasrah. Jasmine sangat paham dengan lawan bicaranya itu. Menolakpun tidak ada
“Ih Mbak Erin memang yang terbaik lah pokoknya. I love you full, Mbak Er,” ujar Jasmine terlihat semringah sembari memeluk Erin dengan sangat erat.“Jasmine ih dari kapan kamu lebay kayak gini? Jangan-jangan kamu sudah terkontaminasi Darren ya?” Erin dengan wajah gelinya perlahan melepas pelukan Jasmine.“Enak aja, Mbak Er. Kan aku emang udah lama kayak gini, mbak,” ujar Jasmine dengan nada sedikit kesal karena enggan dihubung-hubungkan dengan Darren. Dari dulu memang Jasmine sedekat itu dengan Erin, hal yang dilakukan Jasmine pada Erin tadi memang bukanlah hal yang baru.“Astaga, kan hampir saja aku lupa, katanya Mbak Erin dijemput? Jemputan Mbak Erin mana? Kok belum kelihatan? Mbak Erin dijemput siapa sih?” Jasmine melontarkan beberapa pertanyaan pada Erin, layaknya reporter berita yang sedang haus akan informasi.“Astaga, nggak kurang banyak pertanyaannya. Udah kaya wartawan lagi wawancara artis. Hahaha," ujar Erin sembari terkekeh mendengar banyaknya pertanyaan yang Jasmine lontar