Yumna membuka mata dan tersenyum ketika sinar matahari pagi menyapa wajahnya di dalam kamar hotel. Setelah semalam yang melelahkan, dia merasa segar dan siap menghadapi hari yang baru. Ia melonggarkan tubuhnya di atas tempat tidur yang nyaman, merasakan udara segar yang masuk melalui jendela terbuka.Dengan langkah perlahan, Yumna beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Air hangat mengalir di atas tubuhnya, menghilangkan kelelahan dan memberikan kesegaran yang menyegarkan. Setelah mandi, Yumna mengenakan pakaian yang nyaman dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari yang penuh harapan.Ia berjalan ke area sarapan di hotel, di mana meja-meja terisi dengan makanan lezat dan minuman segar. Yumna memilih makanan yang sehat dan bergizi untuk memulai hari dengan energi yang baik. Sambil menikmati setiap suapan, pikirannya melayang ke rencana dan kegiatan yang akan dia lakukan hari ini.Setelah sarapan, Yumna kembali ke kamarnya dan mengambil tas
Yumna dan Aurora tiba di pantai yang indah dengan pasir putih dan air laut yang berkilauan. Matahari bersinar terang, memancarkan kehangatan yang menyenangkan. Mereka berdua berjalan di tepi pantai, merasakan pasir halus di bawah kaki mereka dan mendengarkan suara ombak yang tenang.Yumna tersenyum melihat Aurora yang berlari-lari kecil, mencoba menangkap tetesan air laut yang tersemprot ke udara. "Ayo, Aurora! Mari kita cari tempat yang sempurna untuk meletakkan tikar kita dan menikmati hari ini," ajak Yumna dengan penuh semangat.Mereka memilih spot di bawah pohon kelapa yang memberikan sedikit naungan. Yumna mengeluarkan tikar dari tas piknik dan membentangkannya di pasir. Aurora duduk di atas tikar dengan wajah penuh kegembiraan.Yumna mengambil botol sunscreen dan mulai mengoleskannya di tubuh Aurora, melindungi kulitnya dari sinar matahari. Mereka berdua saling tertawa dan berbicara tentang berbagai hal. Yumna melihat Aurora yang begitu bahagia dan tersenyum lebar."Aurora, apa
Aurora melihat sekelompok anak-anak yang sedang bermain di sekitar pohon kelapa yang tinggi di sudut pantai. Matanya berbinar-binar melihat kegembiraan mereka dan dia merasa tertarik untuk bergabung. Dia memegang tangan Yumna dengan penuh harap."Mama, bolehkah aku pergi bermain dengan teman-teman di pohon kelapa itu?" tanya Aurora dengan polos.Yumna melihat ke arah pohon kelapa dan kemudian kembali memandang wajah ceria Aurora. Dia memahami betapa pentingnya momen bermain bersama teman-teman sebaya."Tentu, sayang," jawab Yumna sambil tersenyum. "Tapi ingat, berhati-hatilah dan dengarkan apa yang dikatakan teman-temanmu. Jangan pergi terlalu jauh dan bermain dengan ceria, ya?"Aurora mengangguk dengan semangat. "Terima kasih, Mama! Aku akan bermain dengan baik dan berhati-hati. Aku janji!"Yumna memberikan ciuman lembut di kening Aurora. "Baiklah, sayang. Nikmati waktu bermainmu dan jangan lupa bahwa Mama akan selalu di sini jika kamu butuh sesuatu. Aku bangga padamu."Dengan senyum
Teman-teman Aurora satu per satu pamit kepada Aurora karena sudah dicari oleh orang tua mereka. Mereka memberikan salam perpisahan dan berlari menjauh dengan riang. Aurora mengangguk sambil tersenyum, memahami bahwa mereka harus pulang. Sementara itu, Diana duduk di samping Aurora, menyentuh lembut pundaknya. Mereka berdua menikmati momen kesendirian di bawah pohon kelapa itu.Aurora, yang duduk di dekat Diana, tiba-tiba bertanya dengan polos, "Tante Diana, apakah Tante sudah punya anak selain aku?" Pertanyaan itu membuat Diana sedikit bingung dan terdiam sejenak. Ia mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan yang tak terduga ini."Belum, Aurora. Tante belum memiliki anak, tante ke sini sama suami tante."Diana memandang Aurora dengan penuh kehangatan dan bertanya, "Nak, dengan siapa kamu datang ke sini?" Aurora menatap Diana dengan tatapan ceria dan menjawab dengan gembira, "Aku datang ke sini bersama Mama Yumna!" Diana tersenyum dan menganggukkan kepala, merasa
Farez berdiri di tempat, kebingungan melingkupi pikirannya. Dia tidak dapat memahami hubungan antara Aurora dan Yumna. Yang dia tahu, Yumna belum memiliki anak. Pertanyaan berputar-putar di kepalanya, mencari jawaban yang belum terungkap.Dalam kebingungannya, Farez mencoba mengingat kembali momen-momen bersama Yumna di kantor. Mereka adalah sekretaris dan atasan, hubungan profesional yang seharusnya tidak melibatkan urusan pribadi seperti ini. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam pertemuan mereka. Ada ikatan yang terjalin, meskipun Farez tidak tahu persis apa itu.Dia merasa sedih melihat Yumna pergi dengan begitu cepat, tanpa memberikan penjelasan. Farez ingin mengerti, ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun, saat ini dia hanya ditinggalkan dengan tumpukan pertanyaan tanpa jawaban yang jelas.Farez melangkah mundur, mencoba merapikan pikirannya yang kacau. Dia tahu bahwa dia harus mencari kebenaran dan menyelesaikan kebingungannya. Namun, untuk saat ini, dia harus mene
Yumna duduk di tepi ranjang di kamar hotel, sambil melihat keluar jendela yang memperlihatkan pemandangan laut yang tenang. Hari terakhir liburan mereka membuatnya teringat pada pertemuan tak terduga dengan Farez di pantai kemarin.Mata Yumna menerawang, mengingat momen ketika dia melihat Farez bersama Diana, dan perasaan cemburu yang melintas dalam hatinya. Namun, dalam kejadian itu, ada sesuatu yang membuatnya merasa hangat di hati. Tatapan lembut Farez saat melihat Aurora dan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya ketika bersama Diana, itu membuat Yumna merasa ada cinta yang mendalam di antara mereka.Yumna merenung sejenak, mempertanyakan perasaannya sendiri. Apakah itu hanya rasa cemburu biasa ataukah ada yang lebih dalam? Dia berusaha mencari jawaban di dalam hatinya, namun perasaannya begitu rumit dan sulit untuk dijelaskan.Saat melihat Aurora yang sedang tertidur pulas di sampingnya, Yumna merasakan kekuatan dan kebahagiaan yang datang dari ikatan mereka. Meskipun tak mampu
Dalam perjalanan pulang yang tenang, Diana merasa ada kehampaan yang mengisi hatinya. Dia melihat keluar jendela, mengamati jalan yang dilalui. Dengan lembut, dia memulai percakapan, "Farez, aku merindukan Aurora. Walaupun kebersamaan ku dengan Aurora begitu singkat. Rasanya aneh saat tidak ada dia di sekitar kita."Farez, yang duduk di sebelahnya, mengangguk dengan pengertian. Dia menggenggam tangan Diana dengan lembut dan berkata, "Aku juga merindukannya, Diana. Aurora adalah anak yang cerdas. Waktu bersamanya selalu penuh keceriaan dan kebahagiaan."Diana tersenyum lembut, matanya menerawang. "Dia begitu cerdas dan penuh semangat. Aku berharap bisa memberikan keturunan untukmu, Farez, agar kita bisa merasakan kebahagiaan keluarga yang lebih besar."Farez merasakan kehangatan dari kata-kata Diana. Dia menggenggam tangan Diana erat-erat dan berkata, "Diana, kamu adalah hadiah terbesar dalam hidupku. Biarkan waktu mengikuti jalannya, dan jika kita diberikan karunia lain dalam bentuk k
Setelah menikmati liburan yang singkat bersama Aurora, Yumna kembali ke kantor dengan semangat yang baru. Meskipun masih sedikit mengkhawatirkan tentang pekerjaan yang menunggunya setelah cuti, Yumna memutuskan untuk menghadapinya dengan penuh dedikasi. Ia masuk ke kantor dengan senyuman dan menyapa rekan-rekan kerjanya dengan hangat. Dalam pikirannya, Yumna merencanakan strategi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang tertunda dan mengatur prioritas dengan baik. Meskipun kembali ke rutinitas kerja yang sibuk, Yumna berusaha menjaga semangat positif dan tetap fokus pada tanggung jawabnya sebagai sekretaris yang handal. Ia siap untuk menghadapi tantangan dan melanjutkan pekerjaannya dengan profesionalisme yang tinggi, sambil tetap berharap bisa mengatasi setiap rintangan yang muncul di hadapannya.Setelah Yumna kembali bekerja setelah tiga hari libur, rekan kerjanya, Mario, penasaran dengan kepergiannya. Dengan rasa ingin tahu yang tulus, Mario mendekati Yumna dan bertanya dengan ramah