Home / Romansa / Hutang Barang Mantan / Bab 1. Tawaran Mengejutkan

Share

Hutang Barang Mantan
Hutang Barang Mantan
Author: Fiska Aimma

Bab 1. Tawaran Mengejutkan

Author: Fiska Aimma
last update Last Updated: 2022-05-18 10:25:43

"Sara! Kembalikan semua barang yang kukasih dan uang saat aku bantu biayai kuliahmu totalnya 40 juta termasuk dengan makan dan semuanya!"

Tamat riwayatku.

Sekarang aku tahu ada dua musibah yang menyerangku, satu aku ditinggal nikah dan kedua adalah aku ditagih hutang oleh mantan.

Bukan main-main, aku ditagih sebanyak 40 juta jika tidak dikembalikan maka aku akan dipenjara. Sementara, sebelumnya saat kami masih berpacaran dia tak pernah sekeji ini. Dia bilang ikhlas membantu biaya kuliahku dan hanya ingin membantu.

Pada mulanya aku penah menolak karena tak enak tapi karena terdesak aku menerima perhatiannya sampai aku lulus tapi setelah kami putus dan mengenal janda kaya sifatnya berubah.

Kenapa dia menagihnya? Kenapa dia jadi seperti ini?

Aku tak selingkuh malah dia yang menyelingkuhiku. Aku juga tak berbuat buruk, malah dia yang suka memukulku kalau emosi.

Apa salahku?

Aku menatap Vio tajam. Tega-teganya dia memeras anak yatim-piatu sepertiku. Kuakui selama ini aku sedikit bergantung padanya tapi tak kusangka dia akan meminta kebaikannya kembali.

Pamrih.

"Vio! Apa kamu bilang? Bukannya kamu dulu bilang kamu memberikannya dengan ikhlas karena cinta dan kasihan. Kenapa sekarang jadi begini?" tuntutku dengan berurai air mata.

Saat ini di ruang tamu rumah kontrakanku, aku menangis karena merasa ditipu dan dianiaya. Belum kering luka karena Vio akan menikah dengan Bu Hana sekarang dia minta semua barangnya dikembalikan.

Untuk barang-barang seperti cincin, kalung sampai boneka terpaksa aku berikan. Tapi, biaya makan selama kami berpacaran dan uang semesteran yang ia bantu kadang-kadang, aku tidak tahu harus mencari ke mana. Gajiku sebagai asisten dosen saja tak cukup menutupi semua kekurangannya.

Apa tidak sinting itu namanya?

"Ah, aku tak mau peduli! Pokoknya kamu harus kembalikan! Asal kamu tahu, aku masih menyimpan struk dan resi pembayaran semesteran selama ini. Ingat! Karena kita gak jadi suami-istri! Maka, semua itu telah menjadi hutang! Camkan itu, Sara!" bentaknya sebelum pergi meninggalkanku yang mematung.

Tak bertenaga.

Ya Allah! Ke mana aku harus mencari uangnya?

(***)

Terhitung sudah dua puluh menit aku berdiri di depan pintu ruangan Pak Ravi.

Akibat desakan kebutuhan membayar hutang pada Vio aku berencana berhenti jadi asistennya dan pergi mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan.

Sebenarnya Pak Ravi ini dosen muda yang baru lulus S-2 dia langsung ditempatkan di sini karena konon katanya dulu dia alumni juga.

Hanya permasalahannya karena Pak Ravi juga sedang S-3 jadi dia kadang suka meninggalkan kelas di tengah jam atau bahkan tak datang. Sehingga tugasnya dilimpahkan padaku, kebetulan sekarang dia ada di ruangan.

Namun, masalahnya dia bakal mau nggak ya mengijinkanku berhenti? Dia kan juteknya setengah mampus. Cukup mengejutkan juga dia memilihku sebagai asistennya di antara banyaknya pelamar.

Tok. Tok. Tok.

"Permisi, Pak?"

Aku melihat Pak Ravi sedang menekuri laptopnya, sementara aku sedang berdiri canggung.

Dosen Material itu mendongakkan kepala. "Ya? Oh, Sara?" tanyanya tak minat.

Dia kembali mengalihkan pandangannya ke arah laptop.

"Ada apa?"

"Oh, eh, itu Pak. Boleh saya duduk?" tawarku karena kakiku sudah gemetar.

Tanpa bersuara dia menganggukkan kepala. Begitulah Pak Ravi, dingin dan irit bicara.

"Pak, saya mau berhenti jadi asisten dosen Pak Ravi, boleh?" Aku melanjutkan tahap negosiasi.

"Kenapa?"

"Heum ... anu saya harus nyari kerja yang lain. Kalau saya jadi asdos, saya kemungkinan tidak akan bisa maksimal karena ...."

"Karena?"

"Saya butuh uang lebih Pak, maaf," kataku sembari menarik napas dalam. Seenggaknya aku lega telah jujur.

Pak Ravi akhirnya berhenti mengetik di laptopnya, dia menggeser laptop hingga wajahnya bisa kulihat dengan jelas.

Tampan. Sayang, tak pernah senyum.

"Jadi kamu berhenti karena butuh uang? Untuk apa? Bukannya untuk kuliah S-2 kamu katanya mau ikut beasiswa?" tanya Pak Ravi menatapku lurus.

Aku terkesiap. Pupil mataku bergerak ke kanan dan ke kiri mencari alasan yang tepat agar tak menyebutkan hutangku pada mantan. Sialnya, sepanjang aku berpikir aku tak menemukan alasan yang dapat meyakinkannya.

"Saya itu Pak, saya butuh buat ... bayar hutang."

"Hutang? Hutang siapa?"

"Hutang saya Pak sama mantan. Dia minta saya balikin semua barang dan uang yang pernah dia kasih," jawabku sambil menundukan kepala.

"Si Vio itu? Berapa totalnya?"

"40 juta, Pak. Saya tak punya uang itu, makan saja sama bala-bala," sahutku lagi.

Antara polos, putus asa, terus terang dan b*go.

Dia terdiam mendengar penjelasanku. Lalu, memutar balpoin yang ada di atas meja dengan pelan seakan ikut berpikir. Padahal bukan masalah dia juga, dia bisa mendapatkan yang lebih baik dari aku.

"Saya yang akan bayar."

"Apa Pak?" Aku terlonjak dari kursi dengan gaya lebay. "Serius? Ini nggak main-main loh, ya? Ini 40 juta Pak! Uang semua bukan daun!"

Dia tersenyum tipis mendengar teriakanku yang terkejut. "Emang siapa yang bilang daun? Saya tahu itu uang dan saya juga tahu mantan kamu nikah sama siapa," katanya menyeringai.

"Siapa gitu, Pak?"

"Ibu kandung saya yang telah membuang saya," katanya dingin.

Sontak setelah mendengar itu aku langsung menutup mulut dengan kedua tangan. Tidak! Aku tidak percaya.

Belum juga aku sadar dari keterkejutan kalimat selanjutnya dari Pak Ravi lebih mencengangkan lagi.

"Jadi, saya mau bayar hutang kamu juga tidak dengan syarat. So, kamu gak usah merasa berhutang karena saya mau minta bantuanmu. Jadilah istri saya untuk balas dendam pada Ibu."

Astaga! Kejutan apa lagi ini? Ini lebih gila lagi. Masa jadi menantunya istri mantan? Kacau.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hutang Barang Mantan   Bab 30. Hutang Barang Mantan (Ending)

    Aku sungguh tak menginginkan acara penyambutan yang kaku dan menyedihkan seperti ini ketika kembali ke kediaman keluarga Sasongko.Namun, apa yang aku bisa harapkan? Jika kehadiran kami saja membuat semua orang kecewa karena Bang Ravi menyampaikan kabar tentang kehamilanku pada keluarga yang jelas-jelas tak menginginkannya."Sudah berapa bulan?" tanya Bu Gea dengan nada berat sehingga terdengar seperti gumaman.Saat ini kami sekeluarga berkumpul di ruang tamu dengan formasi lengkap. Bu Gea, Wita dan Pak Songko ketiganya seketika diliputi atmosfer gelap terutama Wita. Gadis itu sampai menundukan kepala menahan tangis yang hendak keluar.Aku paham kondisi ini pasti sangat sulit bagi semua. Sebagai wanita, Wita pasti sangat sakit hati ketika tahu lelaki yang ia cintai selama ini ternyata telah memiliki anak dari perempuan yang ia benci. Apalagi pernikahannya pun harus gagal karena Bang Ravi lebih memilih aku."Kata Dokter baru lima minggu Bu, minta doanya," kata Bang Ravi. Kurasakan geng

  • Hutang Barang Mantan   Bab 29. Penghutang Barang Mantan

    Aku memainkan sendok yang kupegang dengan perasaan malas. Sudah setengah jam berlalu tapi aku masih saja tak bisa menghabiskannya. Rendang, nasi, parkedel dan lalaban yang ada di hadapanku benar-benar tak dapat menggugah selera.Hari ini tepat dua minggu berselang dari hari di mana aku diminta pergi dengan paksa dan berakhir di villa persembunyian Bu Hana yang berada di kaki gunung Pangrango. Bu Hana? Bu Hana ibu kandung Bang Ravi? Iya dia. Siapa sangka, di saat aku merasa ingin pingsan di pinggir jalan karena merasa kehilangan tujuan, dialah yang membawaku ke sini. Sungguh kebetulan, aku yang hendak melarikan diri setelah dihina dan diusir bertemu dengan seorang perempuan yang kukira musuh. Beruntung, saat itu tak ada Vio di sana sehingga dengan amannya aku bisa menyembunyikan diri. Entah, ini karena kasian atau dia berpikir sebaiknya merawatku demi rasa bersalahnya kepada seorang Ravi, jujur aku tak peduli. Aku tidak tahu ada modus apa di balik kebaikan Bu Hana yang tiba-tiba ini

  • Hutang Barang Mantan   Bab 28. Unboxing? (POV RAVI)

    Langkah ini begitu gontai saat keluar dari ruang perawatan Pak Sasongko. Pikiranku berkecamuk tak tentu arah karena memikirkan permintaan Ayah angkat yang tetap mau menikahkanku dengan Wita. Kata beliau hanya aku harapan dia untuk menjaga anak bungsunya.Sejujurnya, sampai saat ini aku masih belum bisa memberi jawaban. Sekali pun Ibu mendesak dan Wita tentu saja berharap, aku memilih bersikeras menunda keputusan. Aku tak ingin emosi dan mengambil jalan yang salah. Terutama, aku tak ingin menyakiti Sara.Aku mencintainya. Itu pasti. Hanya saja aku belum menemukan cara agar membuat Sara tetap di sisiku tanpa menjadikannya objek kemarahan keluarga Sasongko. Sebagai lelaki aku tak boleh gegabah bertindak."Ravi tunggu!" Suara tegas milik Ibu menahan langkahku yang hendak menuju ke arah pintu keluar. "Ibu ingin bicara."Aku berbalik dan memaksakan senyum. "Iya Bu. Ada apa lagi?" tanyaku menahan rasa enggan.Otakku benar-benar penat dan butuh istirahat."Kamu bisa jagain Wita malam ini?""L

  • Hutang Barang Mantan   Bab 27. Penjelasan Hati

    Patah hati adalah sebuah kejadian yang pasti dialami oleh hampir seluruh manusia yang mengaku pernah jatuh cinta. Kisah patah hati pun nggak sama, semua orang punya kisah berbeda. Tapi, berkali-kali patah hati karena suami tak membuat hatiku menyerah. Entah mungkin karena sudah terbiasa.Bang Ravi, pria itu terlalu nyata untuk aku lupakan. Kenangan dan segala sesuatu tentangnya membuatku tak bisa beralih pikiran. Lalu, aku harus apa? Ketika aliran sesak ini semakin tak tahu diri.Menangis? Ah, aku lelah! Bahkan rasanya aku seperti menjilat ludahku sendiri.Dulu, aku mengatakan, menangis untuk Bang Ravi sama saja dengan menangisi kebodohan tapi fakta membuktikan kalau aku malah tenggelam dalam kebodohanku sendiri.Baru seminggu saja aku bersembunyi, ternyata diri ini sudah sangat merindu seorang Ravi.Aku rindu wanginya.Aku rindu suaranya.Aku rindu tatapannya, tawanya, ciumannya, dekapannya dan semua tentangnya.Aku hampir merasa gila tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Tak kusangka

  • Hutang Barang Mantan   Bab 26. Sebuah Pilihan

    Apa yang kamu harapkan Sara? Ngimpi!Sejak awal pernikahanku memang sudah salah. Tak seharusnya mempermainkan pernikahan dan kutahu Bang Ravi hanya ingin memperalatku sebagai objek balas dendam.Tak lebih! Sepantasnya aku sadar itu hingga tak terlalu menyuapi angan dengan harapan. Namun, aku saja yang bodoh masih merasa semua akan baik-baik saja.Padahal setelah ini selesai, dia tetap milik keluarganya dan aku tetap kembali ke titik semula seorang gadis yang berhutang barang pada mantannya.Bruk!Aku menutup pintu dengan keras. Entahlah, ubun-ubunku terasa mendidih melihat Bang Ravi memeluk Wita.Apakah arti dari pelukan itu adalah mereka akan menikah? Dan lelaki itu akan menuruti perintah orang tua angkatnya?"Sialan!" Spontan aku membanting bantal ke lantai. Mulai dari sekarang, aku tak akan percaya mulut lelaki satu pun.Aku tak akan mendengarkan Bang Ravi sama sekali. Aku akan bertindak sesukaku, kami hanya suami-istri di atas kertas. Untuk apa aku setia? Jika pada akhirnya akulah

  • Hutang Barang Mantan   Bab 25. Sakit Tak Berdarah

    "Sebelum dia menjadi suami kamu. Ravi adalah anak angkat kami. Jadi, saya harap kamu sadar kedudukanmu Sara."Kata-kata Pak Sasongko terus saja terngiang di kepalaku. Bagaikan sebuah kaset yang terus diputar di kepala dan membuat gelisah.Emang seharusnya aku tak perlu sekhawatir ini karena Bang Ravi sudah berjanji mau menjagaku. Namun, tetap saja rasa keberatan itu timbul karena bukan Bu Gea yang berbicara tapi Pak Sasongko.Ayah angkat Bang Ravi yang terbiasa diam itu sekarang seolah bersebrangan denganku. Sebagai menantu aku jadi merasa serba salah dan juga tak yakin akan hubungan ini. Lambat-laun belang dari keluarga ini terlihat, sekali pun mereka baik jika berkenaan dengan anak kesayangan pasti apa pun dikorbankan termasuk perasaan orang lain.Karena Wita. Rasa cinta Wita pada Bang Ravi-lah yang menjadi alasan aku menjadi ragu dan sekarang adik iparku itu kecelakaan tepat di mana aku sedang berbulan madu.Haruskah aku curiga? Mungkinkah ini disengaja?Memikirkan ini semua membua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status