Share

7. Salah Mendugamu

Setelah memastikan perempuan itu aman dan sudah kabur, anak-anak itu bergegas melarikan diri dengan cepat. Lari ke segala arah.

Dan sebelum Dev sempat mengejar dan menangkap salah satu diantara mereka, tiba-tiba muncul beberapa warga dan petugas keamanan sekitar. Datang dari pintu utara dan berbondong-bondong membawa alat dapur seadanya.

"Dasar anak-anak berandal! Pergi! Jangan membuat keributan disini!" Itu suara sahutan keributan dari warga saat menghardik anak-anak remaja itu.

Dev yang menyadari kedatangan warga itu pun tak urung juga ikut kabur. Tentunya sebagai agen rahasia yang sedang bertugas, idenditas dan keberadaaannya jangan sampai diketahui warga sipil manapun.

Dengan susah payah, Dev berusaha menyeret kakinya dan melompati pagar selatan. Dan tak lupa pula Dev juga menyempatkan waktu memanggil agen anak buahnya yang bertugas di dekat lokasi itu untuk segera menjemputnya.

Hanya dalam hitungan menit, Anton--anak buah Dev itu datang dengan motor sport miliknya.

"Astaga! Apa yang terjadi pada kaki Kakak?" tanya Anton ketika melihat pakaian Dev yang kotor dan cara berjalan Dev yang agak sedikit pincang.

"Sudah jangan banyak bicara! Sebaiknya kita mengejar pergi ke arah selatan untuk menangkap perempuan itu--"

BLAAAARRRR!

Ucapan Dev terputus saat suara kobaran api tiba-tiba terdengar keras. Asalnya dari dinding sebelah selatan pemakaman. Sepertinya seseorang ada yang dengan sengaja menutup akses jalan tikus di sekitar sana dengan membakar tempat itu.

Entah siapa pelakunya. Bisa jadi anak-anak tadi, atau mungkin pihak lain. Atau mungkin kobaran api itu hanya kecelakaan. Banyak kemungkinan.

Dan dampak kobaran itu tentunya memacu Dev dan rekannya untuk menjauh agar jangan sampai mereka terlalap api.

Dirasa sudah menjauh dan berada di titik aman, Dev pun memutuskan untuk menghubungi petugas pemadam kebakaran.

"Kita harus memadamkan api ini dulu selagi menunggu pemadam kebakaran datang," tegas Dev pada Anton.

Anton menatap bingung Dev. "Tapi bukannya Anda ingin mengejar perempuan itu--"

"Kita memang agen rahasia yang punya misi utama. Tapi bagaimanapun kita juga punya kewajiban melindungi warga sipil dan meredam kekacauan yang ditimbulkan para penjahat. Kita tidak boleh egois," balas Dev seraya melempar senyum dan menepuk bahu Anton.

Terlihat dari ekspresi Anton masih kurang bisa menerima penjelasan Dev. Dan Dev yang cukup peka dengan arti mimik wajah Anton itu kembali memberikan penjelasan.

"Jangan khawatir." Dev lantas menunjukkan sinyal pelacak yang tertera di jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Dari situ Anton paham dan mulai bernapas lega.

"Aku sudah menempelkan chip pelacak pada perempuan itu. Sekarang ayo kita mempersiapkan penyamaran dan bergabung dengan warga untuk memadamkan api," ajak Dev kemudian.

Menanggapi perintah Dev, Anton tanpa sadar menerbitkan senyum kagum. Lalu kepalanya menunduk hormat. "Baik, laksanakan."

Tidak butuh waktu lama setelah para penjinak api itu datang, Dev dan Anton bersiap pergi untuk kembali melakukan pengejaran.

Si jago merah memang sudah ditaklukkan dengan baik dan tidak sampai merembet ke tempat lain, tapi dia berhasil membumihanguskan sebagian besar dinding sebelah selatan. Jejak lubang tikus yang diduga Dev pun juga sepertinya sudah musnah.

Tapi lokasi kebakaran itu juga harus diselidiki. Jadi sebelum pergi memburu keberadaan perempuan itu bersama Anton, Dev sudah memerintahkan kepada agen-agen lain untuk meninjau dan mencari petunjuk di lokasi pemakaman yang terbakar itu.

"Maaf sebelumnya ... Kalau saya boleh menyarankan, apa sebaiknya Kak Dev mengobati kaki kakak? Sepertinya kakak cukup kesakitan ..." ucap Anton seraya melajukan motornya membonceng Devlin.

Dev menggeleng. "Jangan pikirkan kakiku. Yang terpenting kita harus segera mengejar perempuan itu sebelum jauh. Sinyal pelacak ini sayangnya tidak bisa menjangkau kalau jarak sasarannya terlalu jauh. Jadi setidaknya, kita harus tetap menjaga jarak dengan perempuan itu."

Agak sedikit bingung dengan penjelasan Dev, Anton pun mengurangi laju motornya. "Menjaga jarak? Apa itu artinya kakak tidak langsung menangkapnya sekarang?"

Tidak langsung menjawab, Dev terdiam sejenak. Otaknya berputar untuk menemukan satu cara agar misi ini berhasil. Dan saat sebuah ide itu muncul di kepala Dev, seringaiannya pun perlahan terbit.

"Tentu saja aku akan menangkapnya. Namun dengan rencanaku."

**

Tidak salah lagi. Sinyal keberadaan perempuan yang ditunjukkan radar pelacak itu tinggal satu kilometer lagi dari lokasi Dev dan Anton sekarang.

Setelah melalui perjalanan panjang menembus kebun jati super luas di daerah selatan, akhirnya mereka sampai di tempat perbatasan kota di pinggir sungai besar. Perbatasan kota P dan M.

Akses terdekat untuk melewati sungai agar bisa pergi ke tempat sasaran itu hanya satu. Jembatan panjang namun lebarnya cukup kecil, hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki--sepeda kayuh paling mentok.

Sebenarnya Dev tahu kalau ada jalan utama untuk pergi melewati sungai, tapi jaraknya terlalu jauh dan memutar. Dev tidak ingin sampai membuang waktu dengan melalui jalan itu. Maka ia pun memutuskan untuk lewat jalur sempit ini.

"Kakak tidak apa pergi sendiri? Apa saya perlu ikut?" tanya Anton untuk memastikan keputusan Dev sekali lagi.

Dev mendengus. Senyuman tipisnya menjadi sinyal kalau dia cukup yakin. Sedangkan tatapannya sayu, seperti ingin menenangkan Anton agar jangan khawatir.

"Kau kenal aku, kan? Aku tidak semudah itu dilumpuhkan hanya dengan cidera seperti ini. Hal remeh seperti ini tidak akan menghentikan seorang Dev!" Dev menjejak-jejakkan kakinya dengan jumawa.

"Dan aku yakin, sebentar lagi aku pasti menangkap perempuan itu!" sambung Dev dengan semangat.

Anton tertawa pelan. "Baiklah. Saya mengerti. Tapi Anda harus berhati-hati--"

Seketika Dev mengangkat tangannya dan berbalik. Lalu berlari kecil menuju jembatan itu sembari memberi satu lambaian tangan.

"Bye!"

Kentara sekali kalau Dev sudah enggan menaruh minat sedikitpun untuk mendengar nasehat Anton lebih lama lagi. Bagi Dev, kekhawatiran Anton itu tidak penting. Dev hanya akan fokus pada misinya.

Anton yang melihat sikap Dev hanya bisa mengulum senyum maklum dan mengangguk hormat. Dan Anton sendiri sudah tidak heran dengan sikap Dev yang seperti itu. Dev memang tidak suka bosa-basi dan selalu ingin menuntaskan misi dengan cepat.

Sambil berlari kecil menyeberang sungai, Dev perlahan mengenakan penyamaran serapi mungkin. Menutupi wajah fisiknya dengan kumis palsu dan melepas kacamatanya, lalu mengeluarkan kamera digital dan tanda pengenal pers untuk memperkuat alibi penyamarannya menjadi seorang Bapak-bapak reporter pemburu berita.

Hingga sesampainya di seberang sungai di kota M, Dev kemudian dikejutkan dengan pemandangan konstruksi alat-alat berat disana.

'Apa disini akan dibangun jalan inspeksi?' batin Dev seraya berjalan melewatinya. Dev tidak terlalu memperhatikan itu karena lebih berfokus melihat sinyal keberadaan perempuan itu di jam tangannya.

Memasuki area permukiman yang padat, Dev berinisiatif untuk pergi mengendap-endap melalui lorong dan jalan yang jarang dilalui orang. Meminimalisir masyarakat sipil untuk mengetahui keberadaannya.

TIT! TIT! TIT!

Begitu alat pelacak itu berbunyi kian lantang, tandanya keberadaan perempuan itu sudah dekat.

"Hemph!" Helaan napas remeh disertai seringaian tajam Dev pun muncul saat alat pelacak miliknya memberitahu lokasi perempuan itu ternyata mengarah ke ...

"Panti asuhan??"

Lagi-lagi Dev dibuat bertanya-tanya dengan perempuan ini. Pertama, pemakaman umum. Sekarang, perempuan ini malah bersembunyi di rumah panti asuhan? Yang benar saja!

Dev yang sudah kepalang penasaran itu segera bergerak cepat mendekati panti asuhan itu. Dan untuk memastikan keberadaan perempuan incarannya itu ada disana, Dev sampai berjalan mengendap hingga jendela samping rumah panti itu.

Namun karena terlalu fokus mengintip keadaan dalam rumah panti itu, kewaspadaan Dev sedikit kendor. Dev sampai tidak mawas dengan keberadaan seseorang yang tidak jauh dari sana. Orang itu ternyata mengintai Dev sejak datang tadi. Dan sosok siluet orang itu terlihat mengamati Dev di atas rooftop gedung sebelah panti. Dia bersiap membidikkan Dev.

DUG!

"Hei!!"

Sebelum menyadari bahaya mengancamnya, tiba-tiba Dev merasakan tubuhnya ditarik cepat ke belakang, masuk ke rumah itu melewati pintu dinding rahasia. Akibatnya, bidikan sosok siluet itu pun meleset.

"Hei!! Siapa kau--"

Hendak melawan tarikan itu dengan gerakan karate, Dev sontak terkejut bukan main saat mengetahui siapa yang menarik tubuhnya.

"Ssst! Diam!"

Gadis itu. Perempuan yang diburu Dev itu yang ternyata menariknya kedalam rumah panti. Terlihat gadis itu masih berbusana sama. Tangan perempuan itu berusaha membekap mulut Dev agar tidak bersuara. Sambil sorot matanya memberi isyarat pada Dev untuk duduk meringkuk dan bersembunyi di bawah jendela.

'Tunggu! Ada apa ini? Setelah menyerangku habis-habisan, mengapa perempuan ini sekarang malah menyelamatkan aku? Apa yang dia rencanakan sebenarnya?' batin Dev kebingungan.

"Sial! Kemana orang itu? Hilangnya cepat sekali!" seru pemburu Dev tadi dari arah luar.

"Cari lagi! Dia pasti masih ada di sekitar sini!" Perintah dari pemburu lainnya itu kemudian terdengar lantang.

DRAP DRAP DRAP!

'Siapa mereka! Mengapa mereka memburuku?' Dev membatin penasaran.

Inginnya Dev menengok untuk melihat siapa yang memburunya. Tapi kepala Dev malah ditahan oleh perempuan itu. Mulut Dev juga dibekap kuat.

'Ugh! Beraninya perempuan ini!' geram Dev dalam hati.

"Langkah terdengar menjauh. Sepertinya mereka sudah pergi," gumam gadis itu pelan.

Dirasa sudah aman, Perempuan itu menengok ke arah jendela. Memastikan kalau orang yang mengincar Dev itu sudah pergi.

"Fyuh ..." Gadis itu menghembuskan napas lega sembari perlahan melepaskan Dev dari belenggunya.

Perempuan lantas itu beringsut sedikit menjauh. Menatap lekat-lekat ke manik mata kecoklatan Dev dengan tatapan misteri--tidak tahu apa maksud tatapan itu.

"Ternyata mereka mengincarmu ya? Maaf, aku sempat salah mengira kau bagian dari perampok itu ..."

Dahi Dev menyerngit. Balas menatap perempuan itu. Menampilkan raut wajah tidak mengerti.

"Perampok? Jadi kau mengira aku perampok? Karena itu kau menghajarku?"

Perampok. Dev tidak pernah mendengar kata itu sebelumnya. Dan setelah mendengar kalimat perempuan itu barusan, Dev jadi punya satu kesimpulan.

'Hanya ada satu kesimpulan. Di wilayah ini, kemungkinan besar bukan hanya dihuni oleh satu kelompok penjahat. Melainkan lebih dari satu kelompok. Dan mereka ... saling bermusuhan satu sama lain.' gumam Dev menganalisa dalam pikirannya.

Dan anggota perampok yang dimaksud perempuan itu nyatanya mengincar Dev. Sebenarnya siapa mereka? Bagaimana mereka tahu keberadaan Dev? Dan bagaimana bisa mereka berseteru dengan grup penjahat perempuan ini?

Untuk jawaban semua itu, Dev harus mencari tahu secepat mungkin.

**

To be continued.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status