"Clara, kenalkan ini Bima. Mulai hari ini Bima akan menjadi bodyguard kamu." Kata Reno, kakak kandung Clara, saat gadis itu baru saja tiba di rumah setelah pulang sekolah pada suatu siang.
Clara yang sejak sehari sebelumnya sudah merencanakan ide usil dan nakal untuk membuat sang bodyguard kewalahan dan mengundurkan diri, tiba-tiba saja mematung dan terdiam. Rencananya buyar."Gila! Ini sih bukan body guard. Gue disodorin malaikat pelindung!" pekik Clara di dalam hati. Semua rencananya berubah. Bukannya berniat mengusir. sekarang ia malah ingin mempertahankan.Kedua bola mata indah di balik jajaran bulu mata panjang dan lentik itu terbelalak mengagumi wajah tampan di hadapannya.Alis tebal, mata tajam, hidung mancung dan lurus. bibir penuh dan seksi, rahang tegas, dan tubuh atletis!He is perfect! Ini sih titisan dewa!Lelaki itu sama sekali tidak tersenyum. Tidak pula menatap Clara dengan hormat seperti yang biasanya dilakukan semua orang yang bekerja pada keluarga mereka. Bima bahkan membalas tatapan Clara dengan tajam. Lalu hanya mengangguk pelan."Oh My God! He is so cool! Kalau punya pengawal model kaya begini sih, siapa juga yang bisa menolak?" jerit hati Clara kegirangan.Bima tidak melakukan apa-apa seperti ini saja, ia sudah berhasil membuat tubuh Clara meriang panas dingin hingga meleleh. Jantungnya berdebar seakan baru saja selesai maraton.Gadis itu sudah jatuh cinta sejak pandangan pertama!Apa lagi coba namanya ini jika bukan jatuh cinta?Clara sampai harus mengangkat tangan dan meletakkannya di dadanya yang berukuran cukup besar. Menahan debaran yang terasa bergemuruh di dalam sana. Mencoba menenangkannya agar tidak melompat keluar."Ini... Bodyguard aku, Kak?" tanya gadis itu terbata dan masih tidak percaya."Iya, benar. Mulai hari ini, Bima akan ikut kemana pun kamu pergi. Bahkan ke sekolah sekali pun. Bima akan menunggu kamu hingga pulang sekolah. Paham?" Lanjut Reno dengan tegas.Dan di luar ekspektasi lelaki itu. Clara malah dengan patuh mengangguk cepat."Tumben banget nih anak." pikir Reno heran. Namun tetap tidak berkomentar apa-apa. Ia hanya berharap. Bima dapat bertahan dengan gadis kesayangan keluarga Bagaskara itu.Keluarga besar mereka memang sudah memutuskan untuk memberikan gadis itu pengawal 24 jam. Clara sudah sangat membuat mereka sakit kepala dengan sifat dan sikap nakalnya yang luar biasa. Gadis itu bahkan sering diam-diam keluar malam dan clubbing.Pernah sekalinya gadis itu dikunci di dalam kamarnya di lantai dua, namun Clara berhasil juga lolos dengan keluar dari jendela.Jangan tanya bagaimana caranya dia bisa turun dari sana. Ada saja akal nya untuk melakukan apa yang dia mau.Hari itu, Clara mengikat seprai dan kain yang disambung-sambung. Lalu melemparkannya keluar jendela dan akhirnya berhasil kabur lewat pintu pagar belakang."Selamat siang, Nona. Saya Bima Bayuwirya. Saya akan mengawal Anda mulai detik ini." kata lelaki itu sambil mendekati Clara dan mengulurkan tangannya.Clara tergagap. Jantungnya bukannya semakin tenang, malah semakin liar mendengar suara berat dan seksi itu."Ya Tuhan. Bisa mati berdiri nih gue." jeritnya di dalam hati."Ah ... Hai." Nyatanya, ia masih bisa mengeluarkan suara dari bibirnya yang penuh dan berwarna pink. Khas bibir remaja yang sedang ranum-ranumnya. "Semoga kita bisa terus bersama."EH!Sudah dua bulan Bima menjadi bodyguard Clara. Dan lelaki itu masih sedingin kutub utara. Mencintai seseorang yang tidak mencintai nya kembali, sepertinya akan menjadi takdir gadis cantik itu.Awalnya sih memang membuat Clara gregetan dengan sikap coolnya Bima. Namun, lama kelamaan ia merasa lelah juga dengan perangai lelaki itu yang super duper dingin. Sialnya, cinta itu masih tidak mau pergi. Masih bersarang di dalam hati Clara. Bahkan semakin besar dan berkembang.Sebelum ini, belum pernah ada yang mampu menolak pesona gadis itu. La cantik dan pintar. Berprestasi di sekolah, namun juga mampu menikmati hidup dengan begitu baik.Dia pintar, namun tidak pernah menjadi kutu buku yang hanya menghabiskan waktu di perpustakaan. Clara dapat bergaul dengan mudah. Ramah dan selalu ceria, sehingga mudah berteman dengan siapa saja.Clara juga cerdas, karena ia pintar berdiplomasi dan berwawasan luas. Ia bahkan menjadi incaran para pemuda di sekolahnya, atau bahkan putra-putra dari rekan bisnis kakak dan orang tuanya.Secara fisik, kecantikannya juga tidak main-main. Pantas-pantas saja bersaing dengan para model dan artis papan atas.Clara memiliki mata hitam dan belok yang dibingkai dengan bulu mata lentik dan lebat, alis asli yang terbentuk rapi bagai disulam, bibir penuh dan sexy dengan belahan di tengah nya, kulit halus yang berwarna putih susu, serta rambut hitam legam dan halus yang terurai panjang hingga pinggang.Ia juga memiliki tubuh yang cukup tinggi untuk ukuran gadis SMA; 170 sentimeter, yang membuat nya semampai bagaikan model kelas atas.Bentuk tubuh nya sempurna dengan berat badan yang ideal. Hanya saja ukuran dadanya memang lebih besar dari pada umumnya anak sekolah menengah. Mengenakan bra dengan ukuran cup D tentu saja membuat bagian tubuhnya itu menjadi salah satu bagian yang paling mencolok dan membuat kaum adam berlomba-lomba ingin berbicara dengannya.Lebih tepatnya agar mereka memiliki kesempatan menikmati pemandangan aduhai itu lebih lama.Belum lagi bentuk pinggul molek dengan kaki jenjang yang akan membuat setiap mata menoleh ketika ia melangkah.Clara bukannya tidak sadar. Namun ia tidak terlalu peduli dan membiarkan saja mata-mata nakal itu menggerayangi tubuh moleknya. Lagi pula ia juga tidak berpenampilan terbuka yang membuatnya menjadi terlihat sangat seksi.Umumnya ia memang memakai pakaian ketat press badan, namun masih di dalam tahap wajar kok. Tidak terlalu terbuka yang memamerkan terlalu banyak permukaan kulitnya yang mulus.Clara lahir dengan sendok perak di mulut nya. Orang tua nya memberikan semua yang ia inginkan, menjadikan gadis itu manja dan keras kepala.Sempurna! Adalah istilah yang paling cocok untuk menggambarkan kehidupan Clara. Namun, sayangnya itu tidak berlaku di dalam kasus percintaanya dengan Bima.Ia sudah jatuh cinta pada lelaki itu sejak pandangan pertama. Namun Bima seolah tidak menganggapnya ada. Lelaki itu benar-benar hanya menganggap Clara sebagai seorang gadis manja dan nakal yang harus diawasi.Namun, bukan Clara namanya jika ia menyerah begitu saja. Bagaimana pun, ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk Bima Bayuwirya.Ya. Clara telah tersihir dalam pesona Bima. Lelaki itu telah berhasil mencuri hatinya dan menyembunyikannya entah di mana. Namun, Clara bertekad untuk melakukan hal yang sama pada lelaki itu. Seperti dirinya yang telah bertekuk lutut di hadapan Bima, lelaki itu juga harus merasakan hal yang sama!"Lo yakin usaha gue kali ini bakal berhasil, kan?" tanya Clara pada Renata, sahabatnya sejak SMP yang hari ini sengaja diajaknya ikut ke rumah.Clar
Clara tersenyum senang sambil menggigit bibir bawahnya mendengar sebutan 'lakik lo' dari sahabatnya. Seakan Bima memang sudah menjadi miliknya. Hatinya seakanpenuh dengan bunga-bunga yang bermekaran."Acieee, ada bunga di mana-mana." ledek Renata menyadari senyuman malu-malu dari wajah sahabatnya."Hush! Brisik banget sih lo." Kata Clara malu-malu. Ia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak tersenyum.Sumpah. Susah sekali rasanya untuk... bahkan sekedar pura-pura marah pada sahabatnya itu!"Tapi. Mr. Bodyguard lo itu emang cakep gila sih ya. Pasti banyak yang naksir dia." Kata Renata sambil merenung."Hush! Awas aja kalau lo ikut naksir sama Bima. Gue kulitin lo!" ancam Clara dengan mata mendelik."Hahahha, tenang aja, Nooon. Gue sih tetap cinta sama kakak lo. Reno gak ada duanya. My one and only love." Gadis itu kerkikik sambi menutup wajahnya dengan telapak tangan. pura-pura malu. Padahal bangganya bukan main.Kalau bi
"Ren? Lo serius gak sih apa yang lo omongin kemarin?" tanya Clara setelah guru mata pelajaran terakhir pada hari itu keluar kelas.Bel pulang baru saja berbunyi. Dan keadaan kelas sedang gaduh melebihi pasar ikan. Semua siswa ribut karena buru-buru ingin keluar kelas."Yang mana?" tanya Renata pura-pura cuek sambil terus membereskan buku-bukunya."Yang lo bilang kak Reno 'belahin' punya lo." bisik Clara sambil melirik ke sekitar. Takut ada yang mendengar.Renata melirik Clara sekilas. Wajahnya tertegun sesaat. Lalu sedetik kemudian menggelakkan tawanya."Ih serius deh gue. Malah ketawa sih? Beneran nggak?" desak Clara masih dengan wajah seriusnya.Kemarin juga Renata langsung keluar dari kolam renang tanpa memberikan Clara jawaban yang jelas.Tapi, kak Reno itu sudah lama sekali tidak menjalin hubungan dengan wanita mana pun.Kalau yang suka sama dia sih banyak. Secara ya kakaknya itu kan double 'pan'. Tampan da
Bima membukakan pintu untuk nona mudanya. Ia berdiri di samping pintu sambil menunggu Clara masuk. Ia sedikit bingung dengan perubahan wajah Clara yang siang itu merengut. Biasanya ia selalu memberikan senyuman manis pada Bima.Masih dengan bibir yang maju menggemaskan karena rasa kesalnya, Clara menghentakkan kaki dan masuk ke dalam mobil. Ia melipat kedua tangan di depan dada, dan menghempaskan bokongnya duduk di bangku penumpang di samping kemudi.Ada yang bingung kenapa Bima menempatkan Clara di sampingnya dan bukan di belakang, seperti nona muda pada umumnya?Karena berkali-kali ia melakukannya sebelum ini. tetap saja Clara akan memilih duduk di sampingnya.Menyebrangi kursi dari belakang dan masuk ke depan.Itu malah membuat jantung lelaki itu tidak sehat. Paha mulus Clara dan bokongnya yang sintal akan tersaji di depan wajah Bima dengan bebas.Bagaimana pun Clara adalah anak majikannya. tidak mungkin Bima berani bertindak
Tiba di rumah, Clara langsung turun dari mobil tanpa mengatakan apa pun lagi pada Bima. Tidak ada lambaian tangan dan senyum menggoda yang biasa ia berikan pada lelaki itu. Hati sang nona muda terlanjur sakit dengan apa yang diucapkan Bima tadi.Bima sendiri hanya menatap Clara yang keluar dari mobil dengan marah dan membanting pintu. Ia memaklumi kelakukan gadis tersebut. Mau bagaimana lagi. Wajar saja Clara merasa marah padanya.Pria itu menghembuskan napas kasar karena rasa frustasi yang menyerangnya.Bima tahu bahwa ucapannya pada Clara tadi keterlaluan. Namun, ia tidak mampu menahan diri. Ia marah. Sangat marah. Bukan hanya pada Clara yang menciumnya tanpa aba-aba, namun juga pada dirinya sendiri yang malah membalas ciuman itu dengan lebih menggebu dan hampir hilang kontrol.Jika saja mereka berada di tempat tertutup dan bukan di dalam mobil yang hanya berhenti sejenak di lampu merah, mungkin Clara tidak akan lepas dari cengkraman hasrat Bima
DEG!Clara langsung terduduk tegak mendengar kabar itu. Lupa bawa kepalanya sedang pusing karena terlalu banyak menangis."Serius Lo? Di mana? Sama siapa? Memangnya yang dia lakukan?" Pertanyaan demi pertanyaan mulai beruntun ia tanyakan. Jantungnya terasa nyeri.Karena itu kah Bima sama sekali tidak tertarik padanya?Benar juga. Mengapa Clara tidak pernah berpikir bahwa Bima mungkin saja sudah memiliki kekasih?Pikiran itu seketika menyakiti hati Clara.["Di komplek perumahan Setia Alam. Dan gue juga lihat dia tersenyum lepas gitu begitu disambut sama itu perempuan. Kayanya mereka memang memiliki hubungan khusus."]Sebenarnya Renata tidak ingin mengatakan sebanyak itu, terkesan mengompori rasanya.Namun, ia juga tidak mau sahabatnya terlalu terlarut dalam cinta yang mungkin tidak bisa dimiliki.Clara tidak mampu berkata-kata. Ia terdiam dengan mata yang mulai kembali basah.["Clara?"]
Clara berusaha mati matian untuk menenangkan debaran jantungnya yang menggila."Ih, kenapa sih juga jantung gue harus berdisco kaya gini? Bukan urusan dia juga kalau gue mau keluar sama siapa!" gerutu gadis itu dengan kesal. Sayangnya, gerutu an itu hanya mampu diucapkannya di dalam hati.Nyatanya, di depan Bima yang terlihat sangat marah saat ini, Clara hanya mampu terdiam kaku. Ia menggigit bibir bawah dengan kuat tanpa sadar.Bisa bisa bibirnya berdarah."Maaf kak..." Clara cukup terkejut saat tiba-tiba mendengar Revan mengambil alih pembicaraan. "Saya Revan, teman sekolahnya Clara." lanjut pemuda itu memperkenalkan diri.Revan bahkan mengulurkan tangannya untuk bersalaman kini. Posisi tubuhnya sedikit membungkuk menghormati.Namun sayang, Bima malah tampak tidak ingin menggubris. Alih alih menyambut tangan Revan, ia malah menatap pemuda itu dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan mata elangnya yang tajam dan mendominasi.
Bima kembali merasa jengkel!Bisa bisanya gadis itu menciumnya tadi siang, dan malamnya malah keluar dengan pria lain.Ingin rasanya tadi Bima menarik tubuh rampingnya itu dengan kasar, lalu membopongnya masuk ke dalam kamar. Menguncinya di sana sehingga tidak berkeliaran dengan pria mana pun.Apalagi dengan pakaian seterbuka itu!Oke baiklah. Dress yang dikenakan Clara tadi tidak terlalu terbuka. Namun, jelas mampu membuat pikiran lelaki manapun berimajinasi liar.Pakaian yang dikenakan Clara tadi bahkan sudah membuat darah Bima berdesir hanya dengan memandangnya saja.Dress berbahan katun putih dengan kerah lebar hingga cukup banyak menampakkan kulit mulusnya di area itu, membuat Bima ingin mengerang menahan hasrat yang melesak dari dalam dirinya.Bima bahkan bisa melihat tali bra hitam yang mengintip dari balik kerah dress yang berbahan renda itu.Pakaian yang Clara kenakan tadi memiliki potongan pinggang dan mengembang pada bagian bawah. Bisa bahaya jika angin meniup cukup kencang