Share

I Love You, My Boss
I Love You, My Boss
Penulis: Tiyar Sri Widanti

Bab 1 Keputusan Janu

"Anak kamu cantik, Nu. Aku yakin Darsa pasti suka. Besok kita pertemukan mereka, bagaimana menurutmu?" ujar Lukito, teman bisnis Janu.

"Iya. Aku setuju, To. Aku tidak sabar anak-anak kita menikah dan kita besanan," jawab Janu antusias.

Ilona mendelik kesal setelah mendengar pembicaraan ayahnya dengan sang sahabat. Bagaimana tidak, laki-laki bernama Janu itu akan menjodohkan Ilona dengan anak dari sahabatnya. Tentu saja, gadis bersurai hitam itu tidak bisa menerimanya. Keputusan Janu terlalu mendadak, tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu.

Dengan tergesa dan tanpa sepatah kata pun, Ilona segera meninggalkan ruang tamu. Membiarkan tamunya memandang kebingungan. Dia berlari ke kamar dan mengunci diri. Panggilan dari Rahma--ibunya--tidak lagi dihiraukan. Ilona kecewa sebab orang tuanya memutuskan secara sepihak.

"Ilona, Ibu mau bicara dulu, Nak," ucap Rahma lembut dari balik pintu.

"Enggak ada yang perlu dibicarakan, Bu! Pokoknya aku enggak mau menikah sana laki-laki itu. Aku enggak kenal sama dia!" Nada suara Ilona terdengar kesal dari dalam kamar.

Bahu Ilona berguncang naik turun dengan napas memburu. Emosinya memuncak, sangat kesal. Dia ingin melampiaskan, tetapi semua hanya akan memperkeruh keadaan. Akhirnya, gadis itu pun meraih ponsel dan melakukan panggilan pada sebuah nama kontak. Namun, beberapa kali mencoba, seseorang di seberang sana tidak juga menjawab panggilan.

"Aaah!"

Gadis itu berteriak dan melempar ponsel ke kasur. Emosinya makin meledak, tidak bisa ditahan. Sifat Ilona yang penurut dan tidak suka membatah, seakan menguap begitu saja. Gadis cantik itu gusar, berjalan mondar-mandir untuk memikirkan cara menghindari perjodohan tersebut.

"Dia di mana, sih? Kenapa enggak angkat teleponku saat penting seperti ini?" ucap Ilona kesal.

Langkah Ilona terhenti saat mendengar ketukan pintu yang sangat keras. Beberapa saat setelahnya, suara berat seseorang di balik pintu pun tidak kalah kencang.

"Ilona, buka pintunya!" teriak Janu.

Tubuh Ilona gemetar, bisa dipastikan laki-laki itu akan murah padanya. Gadis tersebut menggenggam pakaian yang dikenakan erat serta menggigit ujung bibirnya. Dia ragu untuk membuka pintu.

"Cepat buka pintunya! Apa kamu mau Bapak dobrak pintu ini?"

Degup jantung gadis itu semakin tidak menentu. Dengan ragu, dia pun mendekat dan membuka pintu cokelat tersebut. Wajah garang laki-laki berkumis tipis langsung tertangkap indra penglihatan Ilona. Dia pun segera menunduk takut.

Janu mendorong pintu, lalu masuk ke kamar anak perempuannya penuh emosi. Dia menyalangkan mata pada Ilona yang masih berdiri mematung.

"Ndak sopan! Kenapa bersikap seperti itu di depan tamu kita? Kamu ingin membuat Bapak malu, iya?" sentak Janu.

Ilona memberanikan diri untuk menatap Janu. Pandangannya berkabut, kedua mata indahnya telah berselimut air mata. Namun, dia mencoba menahan agar genangan itu tidak membasahi pipi.

Sementara itu, Rahma yang datang setelah Janu tampak sibuk menenangkan hati sang putri. Dengan lembut, dia mengusap pundak gadis itu. Kata-kata penuh cinta pun Rahma bisikan agar Ilona tenang.

"Bapak minta, besok kamu ikut Bapak bertemu dengan anak Pakdhe Lukito."

"Enggak, Pak. Aku enggak mau bertemu dia!" tolak Ilona.

"Dasar bocah kurang ajar! Sudah berani membantah Bapak?"

"Aku tidak cinta sama laki-laki itu, Pak. Aku sudah punya pacar dan hanya ingin menikah dengannya, bukan dijodohkan seperti ini."

"Pacar kamu yang urakan itu? Apa yang bisa diharapkan dari anak itu? Darsa anak Pak Lukito ini tidak kurang apa pun. Tampan, sopan, dan sudah mapan di usia yang masih muda. Pokoknya Bapak ingin kamu menikah dengannya!" tegas Janu.

Air mata Ilona tidak mampu ditahan lagi. Dia terisak dalam pelukan Rahma. Meskipun tidak terucap, tersirat jelas bahwa gadis itu meminta pembelaan dari sang ibu. Ilona berharap Rahma mengerti dan menghentikan niat dari Janu.

Wanita paruh baya itu masih mengelus lembut punggung sang putri. Dia tahu gelisah dalam hati Ilona. Namun, setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak mereka. Begitu pula Janu dan juga Rahma. Terlebih, Ilona anak semata wayang, mereka ingin Ilona tidak salah pilih suami.

"Bapak dan Ibu melakukan ini demi kamu, Lon. Besok temui dulu calon suamimu. Kenalan dulu biar saling dekat," ucap Rahma lembut.

Ilona segera melepaskan pelukan. Dia menghapus air mata kasat, tidak mengira bahwa Rahma pun menyetujui rencana Janu. Gadis itu merasa terpojok, tidak ada yang benar-benar mengerti hatinya.

"Ibu juga setuju sama Bapak? Aku tidak cinta dia, Bu. Aku hanya cinta Arsenio."

"Arsenio terus! Dia itu tidak pantas untuk kamu, Lon. Anak motor yang kerja di bengkel kecil, tidak ada masa depannya. Mau jadi apa kamu kalau menikah sama dia!"

"Tapi, aku cinta dia, Pak." Suara Ilona melemah dengan isak tangis lebih mendominasi.

"Cinta? Membangun rumah tangga itu butuh uang, bukan cinta! Cinta bisa hadir seiring berjalannya waktu, tetapi uang menjadi landasan utama. Bapak enggak terima alasan apa pun, kamu harus menikah sama Darsa!"

Janu melangkah ke luar kamar dengan cepat. Panggilan Ilona tidak lagi dihiraukan. Keputusannya telah bulat dan keinginannya tidak dapat dibantah. Dia telah yakin memilihkan jodoh yang terbaik untuk putri semata wayangnya.

Di sisi lain, tubuh Ilona luruh ke lantai. Air mata semakin membasahi pipinya. Tidak ada cara lain untuk mematahkan keputusan Janu. Ilona tidak rela bisa harus meninggalkan sang kekasih hati.

"Lona."

Sentuhan lembut terasa di bahu Ilona. Dia pun menoleh dan mendapati Rahma telah menyejajarkan tubuh. Dengan sendu, gadis itu menatap sang ibu. Mengapa wanita yang paling mengerti dirinya malah menyetujui keputusan sang suami?

"Ibu, kenapa Ibu setuju keputusan Bapak? Aku tidak mencintai dia, Bu. Aku tidak mau menikah dengannya."

Ilona menggeleng cepat. Membayangkan menikah dengan orang yang tidak dia cintai pun rasanya tidak sanggup. Dunia gadis itu seakan dipenuhi kegelapan. Apa yang harus dia lakukan untuk menolak perjodohan?

"Ibu tahu, tapi bukankah cinta hadir karena terbiasa? Keluarga Darsa telah secara langsung meminta pada Bapak untuk menjodohkan kalian. Bapak pun setuju akan hal itu, begitu pula Ibu."

"Kenapa kalian memutuskan perkara sebesar ini tanpa persetujuan dariku? Aku yang akan menikah, aku yang akan menjalani kehidupan berumah tangga dan semua itu menyangkut hatiku. Mengapa kalian tidak mengerti?"

"Darsa itu laki-laki yang baik, Sayang. Bapak dan Ibu yakin dia akan menjagamu dengan baik seperti kami menjagamu selama ini. Tenangkan hatimu dan mulai menerima keputusan ini."

Rahma meraih jemari sang putri dan mengelusnya lembut. Senyum manis pun terbit dari bibir merahnya. Namun, Ilona bergeming, tidak mau membalas senyuman sang ibu. Dia masih sangat kecewa, tidak bisa menerima keputusan sepihak tersebut.

Wanita paruh baya itu pun meninggalkan Ilona seorang diri di kamar. Dia memberikan waktu pada sang putri untuk menenangkan diri. Rahma tahu, tidak mudah bagi Ilona untuk menerima keputusan yang terkesan mendadak tersebut. Namun, dia yakin bahwa sang putri akan luluh dan menyetujui perjodohan tersebut.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
sumi yati
kalimat "cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu " benarkah writernim? ataukah cinta akan hilang seiring berjalannya waktu ah entahlah aku jadi galau baca bab 1
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status