Share

Chapter 4

Di perjalanan ke tempat reunian yang diadakan di cafe milik orang tua Mita, emosi Nadya terus muncul menguasai akal pikirannya. Gimana tidak, setelah putus darinya Dimas dikabarkan bertunangan dengan perempuan yang ia lihat di bioskop bersama Dimas. Oh bukan hanya itu, komiknya berhasil menjadi Top Trending yang selalu dicari semua orang dan berkat hal itu Dimas membangun kantor sendiri dengan label namanya sendiri. Sampai sekarang Dimas terkenal dengan komikus cerdik.

Cerdik? Huh! Orang orang tidak tahu seperti apa Dimas Erlambang aslinya, laki laki yang tidak segan melontarkan kata kata yang tidak baik kepada perempuan karena keegoisannya dan mempermainkan perempuan seolah perempuan itu gampangan, dan Dimas dengan mudahnya melakukan perbuatan jahat untuk menyakiti hati perempuan. Mata Nadya memincing tajam seraya menghentikan motornya tepat ketika lampu lalu lintas berubah merah.

Sambil menunggu lampu berubah hijau Nadya menarik napas menenangkan diri. Ia harus tenang, ia tidak mau emosinya mengganggu konsentrasinya dalam mengendarai motor, bisa bisa terjadi sesuatu yang akan disesalinya. Nadya buru buru menggeleng menghilangkan pikiran buruk yang terbayang di benaknya. Ia tidak akan membiarkan laki laki itu mempengaruhi dirinya lagi sehingga menimbulkan amarah yang membutakannya seperti dulu.

Lampu yang terpancar dari layar lebar yang dipasang di sepertiga lalu lintas itu mengalihkan perhatian Nadya. Layar lebar itu biasa menampilkan iklan dan sekarang iklan itu menayangkan resort mewah dengan pemandangan pantai yang indah dan pastinya mahal. Pikir Nadya. Mungkin resort itu akan menjadi salah satu pilihannya untuk berlibur dan bersantai setelah novelnya selesai. Tiba tiba matanya terbelalak terpesona melihat pemilik resort itu ditampilkan terakhir. Director of The Blue Pearl Island Resort Bali, Ethan Sullivan. Laki laki itu sangat tampan, matanya biru sebiru langit, hidungnya mancung sempurna, rahang dan dagunya brewokan, tapi tidak menghilangkan ketampanannya sebaliknya brewok itu mempertajam ketampanannya seakan menunjukkan seseorang yang sukses dan mapan, oh satu lagi bibirnya merah. Laki laki yang sempurna. Namun bukan itu yang membuat Nadya tiba tiba terpesona tetapi kedua mata itu yang menatap sangat dalam sehingga bisa menghipnotis siapa pun termasuk Nadya.

Tiba tiba jantung Nadya berdegup kencang hanya karena menatap kedua mata itu dan menimbulkan khayalan yang di luar dugaannya namun dengan cepat Nadya memukul helmnya seakan menghilangkan khayalan itu. Nadya mulai mengoceh sendiri.

“Sadarlah Nad, dia itu orang asing, kamu paling bodoh dalam pelajaran bahasa Inggris, dan dia pastinya orang kaya, sangat jauh darimu yang hanya seorang penulis junior.”

Nadya menghela napas seolah hal itu menyadarkannya kalau laki laki itu di luar jangkauannya, lagi pula ia tidak mengenal laki laki itu begitu juga sebaliknya. Namun aneh kenapa begitu cepat ia mengkhayal laki laki asing itu. Apa hanya ia sendiri yang mengalami hal itu atau setiap perempuan yang melihat laki laki asing tampan itu. Tentu saja semua perempuan mengkhayalkan yang sama seperti dirinya apalagi laki laki itu mempunyai harta dan posisi yang tinggi. Pikir Nadya. Tapi Nadya tidak pernah mengalami hal seperti barusan dengan laki laki manapun, bahkan dengan Dimas.

Nadya menatap laki laki asing itu lagi, seketika jantungnya kembali berdetak, dan khayalan itu kembali muncul dalam pikirannya. Sejenak ia melupakan amarah dalam dirinya karena Dimas, dan merasakan kebahagian dalam dirinya hanya melihat laki laki asing itu. Tiba tiba iklan itu berubah digantikan dengan iklan yang lain sehingga menyadarkan Nadya. Ya ampun, Nad, apa yang kamu lakukan, hanya melihat laki laki asing tampan itu kamu sudah lupa diri, apa kamu tidak kapok dengan kejadian pahit yang dialami dengan Dimas. Peringat Nadya pada dirinya sendiri sambil memukul helmnya lagi.

“Turunkan pandanganmu…fokus…fokus…fokus.” Kata Nadya mengingatkan dirinya sendiri. “Jangan sampai kamu melanggar janjimu.” Peringat dirinya lagi.

Nadya memaksakan pandangannya kembali ke arah jalan dan bersamaan dengan itu lampu lalu lintas berubah hijau. Untuk saat ini hadapi dulu laki laki kurang ajar itu. Amarahnya kembali muncul mengingat sebentar lagi ia akan bertemu dengan mantannya. Tatapan Nadya berubah tajam, ia memacu motornya dengan kencang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status