Orang tua asing itu tersenyum, ia memanggil pelayan ketika melewati mejanya dan menyuruh Nadya untuk memesan sarapan kepada pelayan itu. Nadya menyebutkan makanan dan minuman yang dipesannya, pelayan itu segera menulisnya, lalu pelayan itu tersenyum dan meminta Nadya untuk menunggu pesanannya sebentar. Nadya kembali melihat orang tua asing itu. Orang tua asing itu menyantap makanannya dengan lahap.“Apakah kamu tidak mempunyai keluarga?” tanya Nadya ingin tahu.“Aku punya.”“Dimana keluargamu?” tanya Nadya lagi masih penasaran.“Aku hanya punya seorang anak.”“Apakah anakmu tidak menemanimu ke Bali?”“Tidak.”“Kenapa sendirian ke sini tidak ditemani anakmu?”“Aku ditemanimu sekarang.” Orang tua asing itu menyengir dan menyantap makanannya lagi.“Bukan itu maksudku,” ujar Nadya tanpa ekspresi sehingga membuat orang tua asing itu menyengir lagi.“Ya ampun kamu seperti wartawan, bagaimana denganmu kenapa kamu sendirian?”“Aku bersama teman temanku.”“Dimana teman temanmu?”“Aku tidak tah
Ethan melangkah menuju tempat makan yang berada di luar. Ia tidak menyangka ayahnya dan Mr. Steven menginap di resort tadi malam, tidak ada yang memberitahunya, baik ayahnya maupun Mr. Steven sengaja tidak memberitahunya. Bahkan General Managernya baru tahu tadi pagi sama seperti dirinya. Ketika Ethan keluar lagi dari villa untuk mengajak Nadya sarapan bersama, Mr. Steven datang sehingga ia masuk lagi dan mengundang Mr. Steven masuk.Untung saja ia sempat ke villa Nadya untuk melihat keadaan Nadya sekalian memberikan kacamata dan alat penerjemah untuk Nadya. Ketika masuk ke villa yang ditempati Nadya, Nadya masih tertidur lelap, selimutnya bergeser sehingga ia membetulkannya, ia menaruh kacamata dan alat penerjemah juga kertas yang berisi tulisannya di atas meja dekat perapian listrik. Ia juga mengisi gelas dengan air di atas meja lampu untuk diminum Nadya dengan obatnya nanti ketika bangun, lalu ia mencium kening Nadya dan melangkah pergi. Di luar villa ia menyuruh kedua pengawalnya
“Oh baiklah, Nadya membantuku keluar dari lumpur sawah.” Setidaknya itu benar, Nadya memang menolongnya, kalau alat penerjemahnya jatuh itu disengaja olehnya untuk menarik perhatian Nadya karena ingin tahu sifat anak perempuan itu seperti apa.Sebelum Ethan menanggapi, Mr. Steven lebih dulu angkat bicara. “Mr. Darren seharusnya anda membawa pengawal tapi anda menolak dan hanya membawa supir, lihatlah yang terjadi pada anda.”“Tunggu ayah tidak membawa pengawal?” Celetuk Ethan.“Mr. Darren menolak untuk membawa pengawal Ethan, ia bilang tidak perlu karena hanya melihat Nadya saja.”“Aku hanya tidak berhati hati, aku lihat Nadya sedang menulis di tempat makan, dan aku ingin melihatnya lebih dekat sehingga aku menyusuri sawah tanpa melihat ke jalan.”“Dan ayah kejeblos lumpur.” Tambah Ethan.“Iya.” “Ya ampun Mr. Darren.” Mr. Steven menggeleng geleng tidak percaya.Bosnya seorang Komisaris Besar bahkan dengan kekayaan yang berlimpah dan tidak pernah habis serta kekuasaan yang dimilikinya
Nadya sangat serius memindahkan tulisan dalam note ke dalam cerita novelnya di laptop, untung saja ia membawa note ketika tour kemarin sehingga ia tidak membuang waktu dengan sia sia. Satu kalimat lagi ia pindahkan dari note, dan titik. Ia menghela napas seraya bersandar. Ia sudah memindahkan semua tulisannya dari note ke laptop, ia tinggal meneruskan dengan mengetik di laptop lagi. Tiba tiba pintu villa nya di ketuk, ia segera berdiri dan berharap itu Ethan. Ia tersenyum dan berhenti sebentar di depan pintu seakan membetulkan rambut dan kacamata pemberian Ethan, lalu ia membuka pintu. Namun bukan Ethan yang datang tapi Mita. Mita berdiri di depannya sambil menjerit senang.“Nadyaaaa, ya ampun aku senang kamu di sini, apa kamu tidak apa apa?” Mita masuk dan segera memeluk Nadya.“Aku tidak apa apa,” jawab Nadya dalam pelukan Mita. “Maafkan aku karena melepaskan tanganmu,” kata Mita seraya melepaskan pelukannya, terlihat penyesalan dari kedua matanya.“Bukan salahmu, aku yang memisahk
Nadya keluar dari villa dan melangkah ke arah villa yang ditempati Ethan. Kedua orang berjas yang dipanggil teman oleh Ethan sudah tidak berjaga lagi di depan villanya. Selama berjalan ke villa Ethan, jantungnya mulai tidak karuan sehingga ia menarik napasnya beberapa kali untuk menenangkan jantungnya. Ia juga membawa dompet koin untuk Ethan, ia tidak bertemu Ethan waktu sarapan jadi ia akan memberikannya sekarang.Villa Ethan hanya berjarak 5 meter dari villanya karena di cluster yang sama. Setahu Nadya cluster Sunset Pearl Island hanya memiliki dua villa, itu berarti yang menempati cluster Sunset Pearl Island hanya ia dan Ethan. Nadya tidak tahu kenapa Ethan memilih cluster villa yang sama dengan dirinya. Tiba tiba ia teringat ucapan Mita kalau Ethan mencintainya. Tentu tidak mungkin Ethan mencintainya. Tidak ada pernyataan apapun dari Ethan kalau ia mencintainya. Nadya tidak akan mempercayai begitu saja, dan ia akan menepis ucapan Mita.Nadya tiba tiba berhenti ketika melihat kelim
Ethan mengajak Nadya ke arah sofa, ia duduk di atas sofa itu dan Nadya duduk di sampingnya. Ethan masih memegang tangan Nadya seolah tidak ingin melepaskannya. Nadya masih belum mengatakan apa apa, tapi ia seakan tahu kalau Ethan ingin membicarakan sesuatu padanya. Ethan memberikan foto yang dipegangnya kepada Nadya.“Ini ibuku.”Nadya mengambil foto itu dengan tangannya yang bebas karena tangannya yang sebelah masih dipegang Ethan. Ia memandang foto ibunya Ethan. Ibunya Ethan sangat cantik, rambutnya pirang dan disanggul, ia memakai gaun panjang berwarna biru tanpa lengan. Liontin dan cincin yang tadi dilihat Nadya di dalam kotak yang terbuka dipakai oleh ibunya. Jadi liontin dan cincin itu milik ibunya Ethan. Pikir Nadya. Ibunya Ethan tersenyum bahagia ke arah kamera. Sekarang Nadya tahu kenapa Ethan sangat tampan, ternyata menurun dari ibunya. Tapi mata ibunya tidak biru, melainkan abu abu. Mungkin Ethan mendapat mata biru dari ayahnya.“Ibumu sangat cantik.”“Dia seorang primadona
“Nadya.” Panggil Ethan pelan, ia melihat air mata Nadya turun lagi. Ia mengangkat sebelah tangannya untuk menghapus air mata Nadya dengan lembut.“Kamu dan ayahmu pasti sangat sedih.”“Iya, ayahku berubah setelah kejadian itu, ia lebih berhati hati dan selalu mengawasiku kemanapun aku pergi, ia tidak ingin aku mengalami kejadian yang sama sehingga ia melindungiku dengan mengirim pengawal kepadaku.”“Pengawal? Apakah kelima orang berjas itu pengawalmu?” tanya Nadya, seolah teringat ia juga ingin menanyakan kelima orang berjas itu.“Iya.”“Katamu mereka temanmu.”“Aku berbohong kepadamu.”“Kenapa kamu berbohong kepadaku?”“Memangnya kamu tidak melihat kalau mereka pengawalku, jika mereka temanku mereka pasti akan mengobrol denganmu juga.” Ethan mengangkat sebelah alisnya seraya mencubit pipi Nadya dengan lembut karena daya tangkap Nadya yang agak lambat.“Baiklah itu salahku karena tidak cepat menyadarinya,” kata Nadya mengakui kesalahannya. Ia menurunkan tangan Ethan yang masih dipipin
Ethan menatap pintu villanya ditutup Nadya. Senyum geli masih tersungging di bibirnya. Ia tidak menyangka Nadya belum pernah berciuman. Tapi anehnya hatinya merasa bahagia mengetahui Nadya belum pernah berciuman dengan siapapun bahkan dengan mantan pacarnya yang brengsek itu. Itu artinya Nadya belum tersentuh sama sekali, dan ia yang akan menjadi orang pertama dan terakhir yang mencium Nadya. Tidak boleh ada yang mencium Nadya atau menyentuhnya selain dirinya. Rasa posesif tiba tiba muncul dalam dirinya. Ia tiba tiba teringat laki laki kurang ajar yang mengelus pipi Nadya di Monkey Forest. Apa ia harus menyuruh dua orang pengawalnya menjaga Nadya, agar hatinya tenang. Mungkin ia akan melakukan hal itu, hanya saja jangan sampai ketahuan Nadya, nanti Nadya marah. Kedua pengawalnya yang terlatih pasti mengerti dengan mengawasi secara sembunyi. Ia tiba tiba seperti ayahnya. Tidak apa apa, demi keselamatan Nadya juga.Ethan kembali teringat ketika mereka akan berciuman. Nadya seharusnya ta