Share

109. Bebas

last update Last Updated: 2025-05-28 18:45:29

Ashley menahan napas. Sekujur tubuhnya bergetar menahan amarah. Namun satu pandangan ke Neul membuatnya kembali tenang. Ia tahu, pertengkaran ini tak boleh meledak di hadapan anak sekecil itu.

"Aku nggak peduli kamu tinggal di sini sampai hujan berhenti. Tapi setelah itu, keluar dari rumah ini. Dan jangan pernah kembali," ujar Ashley lirih tapi penuh tekanan.

Sisil melirik ke luar. Petir masih menyambar langit. "Tenang aja, Ashley. Aku akan pergi. Tapi sebelum itu, mari kita lihat siapa yang benar-benar akan bertahan."

Ashley memejamkan mata sesaat. Ia tahu Sisil bukan hanya badai lewat. Tapi mungkin musim yang panjang. Dan ia harus kuat, demi dirinya, demi Neul, dan demi bayi yang baru disadarinya tumbuh dalam rahimnya.

"Aku harus kuat ... aku harus bisa melewati ini semua," batin Ashley menguatkan dirinya sendiri.

**

Sementara di tempat lain.

Langit sore menggantung kelabu saat Riana kembali duduk di ruang Kepala Sipir. Hatinya masih berdegup tak karuan, tapi kali ini bukan karena k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ani Rohayani
sepertinya Hans belum tahu kalau Sisil ada di rumah nya
goodnovel comment avatar
bojone mas Rohmat
semoga Riana fan Doni tidak mengingkari janji
goodnovel comment avatar
Estri Gunyani
semoga riana, doni menepati janji tidak mengganggu keluarga hans Ashley
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   115. Maafkan Aku

    Cahaya matahari menembus tirai ruang tengah, menyebar lembut ke seluruh penjuru rumah yang biasanya hangat oleh tawa dan canda pagi hari. Tapi pagi ini, suasana itu seolah sirna. "Entah kenapa hari ini kok rumah rasanya sepi sekali," batin Hans. Rumah Hans terasa dingin dan sunyi, seakan menyerap sisa-sisa ketegangan yang terjadi malam sebelumnya. Hanya suara pelan dari kamar Ashley yang sesekali terdengar. Ocehan lembut Baby Neul yang tampaknya tengah asyik bermain dengan mainan kecilnya. Suara itu menambah kesan kontras dengan keheningan rumah yang anehnya? tak nyaman. Di ruang tengah, Sisil duduk dengan santai di sofa panjang. Kakinya berselonjor, satu tangan memegang kapas kecil dan alat manicure, membersihkan kukunya sambil sesekali bersenandung pelan. Wajahnya tampak tenang, nyaris tak menunjukkan penyesalan atas insiden semalam. Hans melangkah keluar dari kamarnya. Pandangannya tertumbuk pada sosok Sisil yang masih berada di rumahnya. Dengan nada dingin namun menyelipkan si

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   114. Luka

    Malam itu, suasana semakin menegang tatkala Ashley berpapasan dengan Sisil yang tengah berkeliaran hanya memakai lingerie minim warna hitam. Ashley yang nampak curiga, lantas menekan Sisil untuk mengatakan yang sebenarnya. Apa yang tengah ia lakukan malam-malam begini. "Kenapa kamu mengenakan lingerie seperti itu? Dan kenapa arah datangmu dari kamar itu? Apa kamu masuk ke kamar yang ditempati Hans?" Sisil memutar bola matanya. "Astaga, kamu ini pencemburu banget, ya. Aku cuma pakai lingerie, Ash. Nggak berarti aku tidur bareng suamimu." "Berarti memang benar... kamu memang masuk ke kamar Hans?!" desak Ashley. Sisil tertawa pendek. "Aku kesal tidur sendiri. Mau ngobrol, sebentar. Lagipula? kami dulu pasangan suami istri. Sedikit nostalgia, kenapa tidak?" Pernyataan itu seperti pisau menusuk dada Ashley. "Apa kamu gila?!" Ashley nyaris berteriak. "Hans suamiku sekarang! kamu pikir kamu bisa seenaknya datang dan bermain-main hanya karena kalian punya masa lalu?!" "Kenapa? K

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   113. Lingerie

    Hans terhenyak. "Jangan bicara seperti itu?" Ashley menoleh, tatapannya kini penuh luka yang jujur. "Aku mencintaimu, Ko. Tapi cinta saja tidak cukup, bukan?" "A-aku tahu, Ash... tapi?" Hans melangkah maju, ingin meraih tangan istrinya, namun Ashley mundur setapak. Ashley masih berdiri di sisi tempat tidur, lalu menunduk memandangi wajah mungil Baby Neul yang lelap dalam tidurnya. Namun di dalam hatinya, badai yang ditahan tadi belum juga reda. Dan ketika Hans hendak berbicara lagi, suara Ashley menghentikannya. "Jadi? kamu akan membiarkan dia tidur di rumah ini malam ini?" tanyanya lirih tapi penuh tekanan. Hans berhenti. "Aku sudah bilang, aku tidak tega membiarkan dia pulang di tengah hujan deras seperti itu." "Kalau begitu, kamu tidur saja bersama dia!" seru Ashley tiba-tiba dengan suara lebih tinggi. "Jangan tidur di sini. Biar aku saja yang tidur dengan anak kita." Hans membalikkan badan, menatap Ashley tajam. "Ash, kamu terlalu berlebihan. Kamu tahu aku tidak pernah berni

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   112. Biarkan Aku Pergi

    Setelah menutup telepon dari Liam, Hans mengembuskan napas panjang. Tubuhnya terasa letih, tidak hanya karena hari yang panjang, tetapi juga karena tekanan batin yang terus-menerus membelit pikirannya."Riana ya... kira-kira apa yang wanita itu rencanakan? Kenapa ia nampak begitu menginginkan kebebasan putranya?"Ia menyandarkan tubuh ke sandaran sofa, membiarkan kepalanya jatuh ke belakang, matanya terpejam. Hujan masih deras di luar. Suara tetesan air menghantam genting terdengar seperti alunan drum alam yang tak kunjung reda.Namun ketenangan sesaat itu buyar seketika.Dua tangan tiba-tiba melingkar dari belakang lehernya pelan, namun erat. Lalu sebuah tubuh bersandar lembut di bahunya. Hans sontak membuka mata d

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   111. Retak

    Langit malam mulai gelap sempurna. Di luar, hujan masih menderas, menyisakan bunyi gemericik yang konstan di atap dan jendela. Di dalam rumah, lampu gantung ruang tamu menyala lembut, memantulkan bayangan sendu pada dinding putih.Hans duduk di sofa panjang, tubuhnya masih mengenakan kemeja basah yang telah mengering sebagian. Tangannya menopang kepala, sementara matanya terpejam sebentar, mencoba menenangkan badai yang kini berpindah ke dalam dadanya.Ashley berjalan pelan menghampirinya, masih sedikit gemetar oleh emosi yang belum pulih. Ia berdiri di hadapan Hans, lalu duduk perlahan di sisi berseberangan."Ko," ucapnya pelan. "Aku minta maaf soal vas itu. Aku tahu itu barang kesayangan kamu. Aku akan ganti. Tapi tolong dengar penjelasanku."

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   110. Pecah Berantakan

    Hujan kian deras mengguyur atap rumah saat langit senja mulai memerah sempurna. Petir sesekali menyambar, menerangi kaca jendela dengan cahaya putih yang menyilaukan. Suara tetesan air dari talang bergema, menambah suasana yang semakin dingin dan muram.Ashley memeluk Baby Neul erat-erat di pelukannya. Anak itu baru saja selesai menyusu, matanya mulai sayu, dan napasnya menghangat di leher Ashley. Ia mengusap punggung mungil Neul perlahan sambil berjalan mondar-mandir di kamar, berusaha meninabobokan putra kecilnya."Neul sayang, tidur, ya? Mama capek banget hari ini," bisik Ashley lirih sambil mencium ubun-ubun bayi itu.Neul m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status