Share

37. Tanpa Batas

Penulis: Blue_Starlight
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-10 22:15:22

Di dalam mobil, Hans menghela napas lega. Begitu sosok Ashley kini berada di sampingnya masih dalam keadaan hidup dan selamat.

Meskipun sedikit terlambat, rasanya tak ada yang lebih menyenangkan baginya selain mengetahui bahwa Ashley tidak apa-apa.

"Aku merasa bersyukur bisa menemukanmu lebih cepat. Andai aku terlambat sedetik saja. Ah ... Aku tidak bisa membayangkan betapa menyesalnya diriku nanti," kata Hans sambil menyandarkan kepalanya.

Ashley terdiam, perlahan matanya berkaca-kaca. "Terima kasih Pak, bapak sudah menolong saya. Kenapa justru orang yang baru saya kenal lebih baik dibanding mereka yang sudah lama ..."

Hans masih mendengarkan Ashley meski matanya terpejam. Ia tidak ingin melihat kesedihan wanita yang sedang mencurahkan isi hatinya. Baru kali ini Hans mendengarkan keluh kesah wanita itu secara langsung.

"Mengapa mereka tega melakukan pada saya ...?" Rasanya hati Ashley begitu tercabik-cabik oleh fakta, "Tolong turun
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (27)
goodnovel comment avatar
kurotul uyun i
wah saling pandang
goodnovel comment avatar
Iyen97
udah ikut Hans aja AS di luar sana pasti mertua mu yg kejam itu bakal lakuin sesuatu lagi terhadapmu
goodnovel comment avatar
Noviani Siregar
udah laaah, Ash.... jangan ngeyel... tempat teraman mu.... ya di dekat baby Neul...... dan ayahnya yg pasti..... .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   38. Permintaan Hans

    Keduanya membeku sepersekian detik. Menit berikutnya Ashley memutus pandangan lebih dulu, wanita itu memalingkan wajah canggung. Ashley menghindari pandangan Hans karena ia malu, berharap pipinya yang terdapat rona kemerah-merahan tidak terlihat. Ia juga khawatir, sang majikan bisa mendengar degub jantung yang ingin melompat. "Pak Hans, bisa gak kalau masuk jangan ngagetin," protes Ashley bangkit menghindari pandangan. Bukannya marah, Hans justru mengulum senyum, "Memangnya kamu keget ya? Maaf." Lagi, pria itu menertawakan tingkah Ashley yang kebingungan sendiri, tampak menggemaskan. Kemudian, ia menarik tangan sang wanita lembut, "Ash, aku omong sesuatu sama kamu." Ashley berdiri di depan Hans, tubuhnya sedikit gemetar. Pandangan sang lelaki yang tajam menembus ke dalam bola matanya, seolah-olah mencari sesuatu yang lebih dalam dari sekadar penampilan luar. Ucapan Hans terdengar serius, hingg

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   39. Ayo, Kita Menikah

    Pagi ini, udara terasa lebih cerah dari biasanya. Di kamar atas, Ashley sudah tampak segar setelah memandikan baby Neul dengan penuh perhatian. Bayi kecil itu terlihat ceria, meski tersenyum dengan mata yang setengah menyipit. Ashley tersenyum puas, merasa bangga bisa merawatnya dengan baik. "Hmmm ... Sayangnya ibu sudah harus, tampan, sekarang kita turun ke bawah ya sayang. Kita datengin papa, yuk!" ajak Ashley yang dibalas tawa sang bayi dengan senyum gemas. Setelah memastikan baby Neul nyaman dalam gendongannya, Ashley turun ke bawah menuju ruang makan dengan hati-hati. Hans yang melihatnya turun pun menatap intens sang wanita hingga sampai di lantai dasar. "Neul sudah bangun, ya?" tanya Hans saat Ashley semakin mendekat. Sesampainya di sana, Ashley melihat Hans sudah duduk di meja makan dengan secangkir kopi di tangan. Senyum ringan muncul di wajah sang pria saat melihatnya. "Hm, tentu saja, Pa," balas Ashley menirukan suara bayi, "Nyul pasti sudah ganteng." Hans

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   40. Ibu Kandung Haneul

    Hans memberi perhatian kecil pada sang wanita, dengan mengoles roti serta memotong hingga bagian termudah untuk Ashley langsung menyantapnya.Hati Ashley berkecamuk seketika. Antara rasa senang, malu, sekaligus canggung dan takut. Ia berusaha sekuat tenaga membuatnya tampak wajar.Acara di ruang makan itu begitu sangat tenang, tidak ada pembicaraan serius di antara keduanya hingga membuat Hans menatap ibu susu sang anak."Kamu ada rencana apa hari ini, Ash?" tanya Hans di sela-sela makan, yang memang hari ini sengaja tidak ke kantor.Ashley mendongak, "Pak Hans gak ke kantor hari ini?" Mendengar pertanyaan Ashley, Hans justru terkekeh, memiringkan kepala sedikit, "Percakapan macam apa ini? Pertanyaan dibalas pertanyaan?"Wanita itu menunduk malu, melihat senyum sang pria yang selalu menatapnya. "Saya hari ini mau belanja kebutuhan Haneul, Pak. Saya lihat stok pampers, dan yang lain hampir habis.""Hm, jadi kamu mau

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   41. Kebersamaan Bertiga

    Perjalanan keduanya pun kini tiba di basement mall terbesar di kota itu. Hans membantu menurunkan kereta dorong Baby Neul."Ayo Sayang, sudah siap." Hans mendekatkan kereta dorong itu untuk sang bayi.Di dalam mall, suasana memang begitu sangat ramai. Keduanya berjalan masuk ke dalam dan mulai menyusuri tiap lantai. Beberapa deretan toko menjajakan barang dagangan dalam ruangan yang tampak mewah dan gemerlap."Kita lihat-lihat dulu, Ash?" tanya Hans menoleh sekilas wanita yang jalan di sampingnya. Sementara dirinya mendorong kereta sang bayi dengan hati-hati.Ashley menggeleng lemah, "Pak Hans mau beli apa?""Nggak ada?" jawab Hans kemudian menaikkan dagu, "mungkin kamu mau beli baju?""Enggak, aku gak perlu, Pak.""Ya mungkin saja," pria itu menggendikkan bahu.Langkah kaki Hans seolah terasa berat dan lambat. Ia sengaja melakukan itu hanya ingin menghabiskan waktu berdua dengan sang wanita. Namu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   42. Benar Itu Dia

    Jawaban Ashley membuat Hans mengerutkan kening. Pria itu seolah menyadari ada yang tidak beres pada ibu susu Haneul. "Kamu mau omong apa sih? Sudah, ayo masuk!" ajak Hans lengannya berada di balik punggung Ashley, menggiringnya lembut. Namun, Ashley masih berusaha mencari sosok Doni yang ia lihat sekilas tadi. Ia benar-benar ingin meyakinkan bila yang ia lihat adalah bukan Doni. Kedua matanya bergerak mencari sekelilingnya, namun ia tidak juga melihatnya lagi. "Ah, mungkin tadi hanya bayang-bayang saja." Ashley meyakinkan diri sendiri, kemudian membuang napas lega, "Mungkin aku memang capek." Begitu mereka duduk, pelayan dengan ramah menyambut dan memberikan menu. "Selamat datang. Silahkan mau pesan apa?" Beberapa saat Ashley dan Hans melihat daftar menu restoran tersebut, hingga keduanya menentukan pilihan. "Kita pesan ini dua, dan minumnya dua, Mbak," kata Hans setelah meyakinkan menu yang disukai Ashley. "Baik, mohon ditunggu sebentar," kata pelayan sambil menulis pesanan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   43. Peringatan Hans

    Langkah cepat Doni menghampiri Ashley dan Hans membuat wanita itu mawas diri. Wajah Ashley terlihat pucat dengan tangan sedikit gemetar.Hans yang melihatnya pun langsung menggenggam erat tangan Ashley yang kemudian menoleh padanya. Ia mengangguk kecil, mengisyaratkan seolah 'tidak apa-apa, aku ada di sini'.Doni mengikis jarak dengan wajah yang tegang, "Jadi, ini alasan kenapa kamu pergi dari rumah, Ash? Jalan-jalan dengan pria lain?" cibirnya dengan suara yang terdengar agak datar, namun tajam.Wanita itu mencoba tersenyum, meski sedikit canggung, "Oh, Mas Doni. Sedang apa kamu di sini, Mas?" sapa Ashley mencoba bersikap wajar, lalu beralih pada pria di sampingnya, "Kenalin, ini Pak Hans. Kami sedang berbelanja dan hanya berjalan-jalan sebentar."Ashley tentu saja bingung akan mengenalkan Hans sebagai apa kepada mantan kakak iparnya itu.Doni mengerutkan kening, menelisik, "Memangnya siapa dia?""Oh ahm ... dia ..." Ashley

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   44. Kepiting Rebus

    Selama perjalanan menuju rumah, Hans tampak mengamati melalui kaca spion, pengendara yang selalu mengikuti laju mobilnya. Meski Doni tampak menjaga jarak pandang agar tidak diketahui, tetap saja Hans tidak mudah dikelabui.Pria itu tahu siapa sosok di balik helm itu, namun ia membuat suasana tetap tenang agar tidak membuat Ashley khawatir."Terus saja mengikutiku, dan rasakan akibatnya nanti," batin Hans sambil fokus pada kemudi.Hingga beberapa saat mobil itu masuk ke kawasan perumahan elite di pusat kota. Doni melajukan motornya dengan hati-hati agar tidak menarik perhatian Hans. Ia terpaksa menghentikan motornya saat mobil Hans mulai masuk ke dalam area rumah mewah tempat tinggalnya."Jadi benar kamu tinggal di sini?" gumam Doni mengingat kembali alamat yang pernah diberikan Risma.Setelah tiba di rumah, Winda membantu membantu menurunkan barang belanjaan dari bagasi. Begitupula dengan Hans membantu Ashley yang sedang menggendong

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   45. Keputusan Terbaik

    Duduk terpaku merasakan setiap sentuhan lembut sang pria, Ashley tidak bisa menolak permintaan Hans yang ingin mengobati iritasi pada areola miliknya. Hans kini melihat sepenuhnya gundukan kenyal berwarna putih, yang biasanya dimainkan sang anak setiap kali Ashley menyusui Baby Neul. "Sudah Ash," suara Hans mengembalikan kesadaran Ashley yang hanyut bersama sentuhan hangat sang lelaki. Wanita itu terkesiap, lalu dengan cepat menutup kedua payudaranya dengan merapikan pakaian yang sedikit berantakan. "Lekaslah kamu makan, nanti keburu dingin," pinta Hans sambil menutup tirai tebal pada jendela. Kemudian, tubuh tegap itu melangkah menuju pintu yang terhubung dengan balkon. Hans mendudukan dirinya di sana. Ashley terus menatap wajah tampan itu. Perasaannya menghangat karena perlakuan lembut pria itu. "Kenapa jantungku berdebar setiap kali berdekatan dengannya?" batinnya sambil memegang dada. Wanita itu cepat menyadarkan diri, mengambil piring yang ada di atas nakas, kemudian m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14

Bab terbaru

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   96. Tanpa Sengaja

    Sementara Sisil yang tidak mendapatkan keinginannya saat di rumah Hans, wanita itu langsung keluar rumah dan melajukan mobilnya menuju diskotik. Kedatangannya kali ini benar-benar mengejutkan semua orang setelah kepergiannya secara sepihak sekian lalu lamanya.Kedatangannya kembali ke dalam kehidupan Hans, tentu saja tidak jauh dari niatnya ingin menyatu dengan mantan suami dan anaknya. “Sialan banget sih kamu Hans, baru juga aku tinggal beberapa bulan, kamu sudah punya wanita lain,” gerutunya sambil terus menginjak pedal gas.Setiba di Diskotik Eleven, dengan langkah penuh percaya diri, Sisil masuk ke dalam dengan rambut yang tergerai indah. Seolah ada rasa rindu terhadap tempat yang dulunya sering dikunjungi, wanita itu memilih salah satu bangku di sudut ruang tersebut.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   95. Kepercayaan Ashley

    Kedatangan Sisil di rumah Hans tentu saja membuat hati kecil Ashley penuh pertanyaan. Siapa wanita yang sempat memeluk suaminya itu? Namun, jangankan bertanya, ingin bernapas saja dadanya masih terasa sesak. Ashley sekuat tenaga menahan semua rasa itu demi sang suami.Tiba di lantai atas, Hans langsung membuka pintu kamar agar sang istri bisa masuk lebih dulu. Ia tidak ingin Ashley semakin kepikiran tentang Sisil, meskipun kenyataannya Ashley memang harus tau siapa Sisil sebenarnya.Keduanya melangkah lebih dalam masuk ke dalam kamar, kemudian Hans menutup pintu kamar rapat. Ada rasa campur aduk di dalam hati pria itu, apakah ini waktu yang tepat mengatakan semuanya pada sang istri?“Uhm … Ash?” panggil Hans tiba-tiba menghentikan langkah kaki sang wanita.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   94. Tamu Tak Diinginkan

    Ashley mengerutkan kening. Ia perlahan turun dari gendongan Hans, berdiri di samping suaminya yang masih mematung, menatap ke arah sosok asing yang berdiri di ruang tamu. "Siapa perempuan itu? Kenapa Ko Hans terlihat begitu tegang?" batin AshleyPerempuan itu tampak anggun, dengan senyum lebar yang seolah tidak menyadari keterkejutan yang mengisi udara di sekitar mereka. Rambutnya tergerai rapi, bibirnya dilukis merah muda, dan matanya bersinar—seolah kedatangannya adalah kabar baik.Belum sempat Ashley bertanya, perempuan itu tiba-tiba melangkah cepat dan langsung memeluk Hans begitu saja, tanpa ragu.Ashley tersentak. Ia berdiri terpaku, matanya membelalak. Dadanya sesak seketika, jantungnya berdegup keras. Sedetik tadi, malam terasa hangat. Kini, ia seperti dilempar ke dalam kolam es.Sementara Hans juga tampak terkejut. Tubuhnya menegang beberapa detik, sebelum akhirnya ia mendorong perempuan itu perlahan, menjauh dari dirinya.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   93. Siapa?

    Setelah makan sore yang hangat dan sederhana, Hans dan Ashley akhirnya memutuskan untuk pulang. Hari mulai gelap, dan suasana di antara mereka dipenuhi dengan kehangatan yang masih membekas dari obrolan-obrolan kecil selama makan tadi. Di dalam mobil, Ashley memegang kotak kecil berisi kalung itu erat-erat di pangkuannya. Jemarinya sesekali menyentuh liontin bintang di dalamnya, seolah memastikan hadiah itu nyata dan bukan sekadar khayalan."Aku masih nggak percaya kamu melakukan ini," katanya pelan, masih menatap kotak itu. “Kupikir kita cuma mau makan aja.”Hans melirik sekilas sambil tersenyum. "Kamu suka?" Ashley mengangguk, senyumnya melebar. "Iya, aku sangat suka."Beberapa saat mereka diam. Musik lembut mengisi keheningan, menemani pemandangan lampu-lampu jalan yang melintas perlahan di balik kaca jendela.Tidak lama kemudian, Hans menepikan mobil ke bahu jalan yang cukup sepi, lalu mematikan mesin.As

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   92. Senyuman

    Sore harinya, dokter akhirnya masuk dengan senyum hangat di wajahnya. Setelah memeriksa hasil tes dan kondisi fisik Ashley, ia memberikan keputusan yang dinanti-nanti."Semua hasilnya baik. Tidak ada indikasi komplikasi. Jadi, Bu Ashley sudah boleh pulang sore ini, ya. Tapi tetap harus banyak istirahat di rumah."Ashley nyaris melompat dari tempat tidur kalau saja Hans tidak langsung menahan bahunya. Senyum lebarnya tidak luntur sedikit pun sejak dokter mengucapkan kata “boleh pulang.”“Terima kasih banyak, Dok!” ucap Ashley semangat.Hans mengangguk sopan. Setelah proses administrasi dan pengambilan obat selesai, mereka pun meninggalkan rumah sakit.Sepanjang perjalanan di dalam mobil, Ashley nyaris tak berhenti tersenyum. Ia duduk dengan tubuh condong ke depan, memeluk tas kecilnya, sementara pandangannya sesekali melongok keluar jendela.Hans yang menyetir di sebelahnya melirik beberapa kali, lalu tersenyum tipi

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   91. Penuh Cinta

    Pagi menjelang dengan langit yang perlahan berubah cerah, cahayanya menyusup masuk lewat tirai kamar rumah sakit. Ashley duduk di tepi ranjang, mengenakan sweater tipis dan celana panjang yang dibawakan Hans semalam. Rambutnya tergerai seadanya, luka di kepalanya sudah dibalut rapi. Meski nyut-nyutan masih terasa, wajahnya terlihat jauh lebih segar daripada malam sebelumnya.Hans mondar-mandir di kamar, membereskan tas kecil yang berisi barang-barang Ashley. Sesekali ia melirik istrinya, memastikan semuanya baik-baik saja.Ashley menggeser selimutnya pelan dan menurunkan kaki ke lantai. Dengan hati-hati, ia berdiri, lalu berjalan perlahan ke arah kamar mandi.Hans yang sedang membereskan tas langsung menghentikan gerakannya. “Mau ke mana?” tanyanya cepat.“Mau ke kamar mandi,” jawab Ashley tanpa menoleh.“Biar aku antar,” ucap Hans, sudah melangkah mendekat.Ashley menoleh sebentar. “Nggak usah, Ko. Aku bisa sendiri.”Ha

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   90. Perhatian

    Lampu kamar menyala temaram. Dari balik tirai jendela besar, langit malam tampak gelap tanpa bintang. Ruangan sunyi, hanya suara hembusan pelan AC yang terdengar.Hans kembali duduk di kursi, sementara Ashley masih bersandar lemah di ranjang. Mereka terus mengobrol, seolah tidak ingin malam cepat berlalu.“Tadi kamu bilang darahku banyak sekali?” tanya Ashley sambil memutar tubuhnya sedikit ke arah Hans.Hans mengangguk. “Iya, aku bener-bener panik. Rasanya mau teriak minta tolong ke seluruh dunia.”Ashley tertawa kecil, tapi langsung meringis karena kepalanya masih nyut-nyutan. “Jangan lebay, Ko.”“Aku serius,” ucap Hans cepat. “Saat kamu nggak sadarkan diri, aku sangat khawatir. Aku nggak tahu apa yang harus kulakukan jika kamu sampai ....”Ashley menyentuh tangan Hans, menggenggamnya erat. “Aku masih di sini.”Hans mengangguk, menatap mata istrinya lama.Beberapa menit mereka terdiam. Lalu Ashley menguap

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   89. Kehangatan

    Suara pintu yang berderit pelan memecah keheningan kamar rumah sakit. Hans melangkah masuk, perlahan menutup pintu di belakangnya. Di ranjang, Ashley terbaring dengan wajah pucat. Matanya tertutup, nafasnya pelan tapi teratur. Perban membalut dahinya, dan selang infus menancap di tangannya.Perlahan, Hans mendekat dan duduk di kursi di samping ranjang. Ia menggenggam tangan Ashley, menatap wajah pucat itu dalam diam sejenak, lalu menunduk, mengecup jemari istrinya.“Ash …,” bisiknya pelan. “Bangun, ya. Aku di sini.”Beberapa detik berlalu. Lalu, pelan-pelan, mata Ashley terbuka. Pandangannya masih kabur, bola matanya bergerak ke kanan dan kiri sebelum akhirnya menangkap sosok Hans yang duduk di sisinya.“… Ko?” suara Ashley serak, nyaris tidak terdengar.Hans mengangkat kepala, bibirnya membentuk senyum lega. “Ya, aku di sini, Sayang.”Ashley memutar pandangannya, mencoba mengenali tempat itu. “Aku … di mana?”

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   88. Rencana

    Naomi datang dengan napas sedikit terengah, wajahnya penuh kecemasan saat melihat Winda membuka pintu.“Gimana? Sudah ada kabar?” tanya Naomi cepat begitu masuk, matanya langsung menatap ke arah Haneul yang ada dalam pelukan Winda.Winda menggeleng pelan. “Belum, Bu. Pak Hans belum hubungi saya lagi. Saya juga udah coba nelpon, tapi belum diangkat.”Naomi mengangguk sambil menarik napas panjang, lalu mengulurkan tangannya. “Sini, saya gendong Haneul.”Winda menyerahkan bayi itu dengan hati-hati. “Dia masih sesekali menangis, Bu. Tapi sudah nggak sekencang tadi. Namun masih gelisah.”Naomi langsung memeluk tubuh mungil itu erat-erat. Ia duduk di sofa, mengayun perlahan sambil mengelus punggung Haneul. “Haneul …” ucapnya lembut. “Kamu kenapa, Nak? Kamu tahu ya Mama kamu lagi sakit?”Haneul masih sesenggukan kecil di pelukan Naomi. Kepalanya menyandar di bahu sang nenek, matanya setengah terpejam.“Mama kamu orang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status