Share

Chapter 22 Desas desus semakin merajarela

Intan meraih cangkir berisi teh jahe hangat. Pagi ini hujan masih turun dan depan rumah sudah bising. Abraham bersama dua tukang sedang membetulkan kanopi di depan ruang Bimbel yang lepas karena kencangnya badai semalam.

Sudah seminggu lamanya pria itu setiap hari datang ke rumahnya. Dari pagi sampai sore hari. Seolah ia sama dengan para pekerja di sana. Tanpa mengeluh sedikitpun jika Intan sibuk dan tidak sempat menyapa.

Bukan, bukan tidak sempat sebetulnya hanya saja Intan mengurangi kedekatan fisik. Desas-desus semakin merajalela, sindiran selalu ada untuknya yang dikatakan wanita tidak punya malu. Wanita yang tak punya harga diri sudah diperlakukan semena-mena tetapi masih mau menerima. Itu tuduhan dari mereka para pembenci pria, alias mereka yang memang sudah merasakan pahitnya dikhianati sehingga menganggap Intan orang yang lemah.

"Kamu nggak harus melakukan itu," Kata Intan begitu Abraham berhadapan dengannya.

Pria itu menghentikan kegiatannya begitu melihat Intan datang de
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status