Home / Romansa / ISTRI 48 JAM TUAN CEO / 4. SURAT PENGUNDURAN DIRI

Share

4. SURAT PENGUNDURAN DIRI

Author: Purple Rain
last update Last Updated: 2025-07-20 12:47:44

Satu bulan setelah mereka berpisah, Kayvandra menerima satu email dari mantan istrinya. Email tersebut berisi surat pengunduran diri Zivanna dari perusahaan Dirgantara, "Berani-beraninya dia ...." gumam Kayvandra setelah membuka email tersebut.

Ia membuka ponsel yang diletakkan tak jauh dari tempat duduknya. Kayvandra mencari nomor kontak Zivanna yang sudah tidak pernah lagi ia hubungi sejak perceraian kemarin.

Jari Kayvandra menekan tombol panggil, "Sialan! Apa dia mengabaikan aku sekarang?" gerutu Kayvandra setelah telepon darinya tidak ada jawaban.

Ia mencoba kembali untuk yang kedua kalinya, "Sedang apa kau?!" teriak pria itu begitu emosi.

Zivanna mematung, ia memegang erat ponselnya agar tidak terjatuh. Baru saja ia hendak menyapa, namun suara lantang di seberang membuatnya terkejut dan membeku.

[Aku? Aku sedikit .... sibuk] Jawab Zivanna dengan tenang, ia berhasil menstabilkan keadaan.

"Sibuk? Sok banget kamu sekarang? Ini apalagi? Kenapa tidak datang langsung ke kantor dan menyerahkan surat pengunduran diri? Kenapa harus kirim email segala? Apa kamu sudah lupa siapa yang membesarkan nama Anumerta di sini? Kenapa kamu sekarang jijik menginjakkan kaki di tempatku?" cecar Kayvandra layaknya kereta api.

Zivanna menghembuskan napas panjang, lalu [Bukankah sama saja? Lagi pula ....]

"Datang ke kantor, menghadap padaku, sekarang juga!" jari telunjuk Kayvandra ditekan di atas meja kerjanya.

[Tapi Mas ....]

"Sekarang, Zivanna!"

[Baik] Zivanna mengalah, ia memiliki alasan kuat. Zivanna harus menyelesaikan kekacauan ini segera agar terbebas sepenuhnya.

Ia menutup telepon dan menyambar tas miliknya. "Titip kantor bentar ya, Ryn!" titah Zivanna pada Maureen, sahabatnya.

"Lho, mau ke mana kamu, Zee?" tanya Maureen yang semula masih fokus pada layar monitor, ia memeriksa beberapa desain produk yang baru saja dikirim Zivanna padanya.

"Ada sesuatu yang harus aku selesaikan di luar," jawab Zivanna saat menghentikan langkahnya sejenak.

"Itu?" tunjuk Maureen dengan dagu pada amplop panjang yang dipegang oleh, Zivanna.

"Iya. Aku harus serahin ini pada, Kay." Jawab Zivanna seolah membenarkan tebakan, Maureen.

"Zee ...."

"Aku baik-baik saja, Ryn." Ucap Zivanna seolah menenangkan Maureen yang tengah mengkhawatirkan dirinya.

***

Dirgantara Corp, Moonville.

"Nona, emh, Nyonya! Saya mohon, berhenti! Saya hubungi tuan Kayvandra terlebih dahulu, Nyonya!" tahan sekretaris Kayvandra saat Zivanna menerobos masuk ke dalam kantor milik mantan suaminya.

Zivanna tidak peduli, ia berjalan dengan tegap melewati dua security yang tidak memiliki kekuasaan penuh untuk mengusirnya.

"Huft ...." Zivanna menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan.

Ia sudah berdiri di depan pintu besar beraksen kupu-kupu. Tangan kanannya ragu ketika hendak meraih handle pintu kayu jati tersebut, namun dengan keberanian tersisa akhirnya ....

"Masuk, Zee!" dengan angkuhnya Kayvandra menyuruh Zivanna mendekat.

Pria dengan perawakan 180 centimeter, tegap, berdada bidang dan berhidung mancung tersebut duduk di singgasananya dengan sebelah kaki terangkat.

"Aku tidak akan lama," Zivanna menyerahkan amplop yang sudah disiapkan dari jauh hari.

"Sudah makan siang?" tanya Kayvandra menatap lekat pada presensi Zivanna yang tengah meletakkan amplop pengunduran dirinya di atas meja.

Zivanna memanyunkan bibirnya, lalu mengangkat wajahnya. "Urusan aku di sini sudah selesai, aku permisi."

"Zee!" Kayvandra berhasil meraih tangannya.

"Apaan sih, Mas! Lepas!" Zivanna berusaha menepis, tapi terlambat.

"Jangan kasar dong sama perempuan! Lepas atau aku teriak!" ancam Zivanna dengan wajah penuh amarah.

Manik kebiruan milik Kayvandra menatap tajam, "Teriak aja! Silahkan! Tidak akan ada yang mendengar suara kamu dalam ruangan ini," kata Kayvandra yang sudah mengunci tubuh Zivanna di sudut meja.

"Mas! Kita sudah berpisah, apa kata orang kalau lihat kita seperti ini?" Zivanna panik, tiba-tiba hawa dingin menyusup di seluruh tubuhnya.

"Siapa yang peduli? Bahkan jika kita bercinta di sini, semua orang pasti akan menutup mata dan telinganya."

"Mas! Sadar! Apa-apaan sih kamu?"

"Aku sadar, Zee. Aku tidak mabuk, aku masih waras." Sahut Kayvandra dengan wajah berkerung.

"Hanya saja aku bodoh sudah melepaskan kamu waktu itu," kini tangannya berpindah pada dagu Zivanna. Bukan belaian lembut yang diterima perempuan itu, namun jari Kayvandra menjapit di kedua pipinya.

"S-Sakit, Mas! Lepaskan!"

Permintaan Zivanna agar Kayvandra menghentikan sikap kasarnya tidak digubris oleh pria yang sudah terbakar emosi tersebut. Semakin Zivanna merongrong Kayvandra, pria itu pun semakin berani bertindak kasar sebagai pelampiasan.

"Kau sudah mencuri ilmu bisnisku, lalu kau minta bercerai dengan dalih aku berselingkuh. Memangnya aku sebodoh itu tidak mengetahui rencana licikmu, hah?!"

Dan benar adanya, Kayvandra berhasil menguasai Zivanna sepenuhnya. Ia menarik kasar Zivanna ke dalam kamar pribadi yang ada di samping ruangan nya, tubuh ramping itu tersungkur di atas single bed dengan satu kali sentakan.

"Kau memang berselingkuh, Mas! Apa masih kurang bukti yang aku tunjukkan padamu? Dia adalah salah satu karyawan di divisi keuangan bukan? Perempuan itu sudah mengandung darah dagingmu."

"Diam!" bentak Kayvandra membuat Zivanna mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

Riak kebencian di wajah Kayvandra begitu mendalam. Penyesalan yang datang di akhir membuatnya frustasi, Kayvandra tidak bisa menerima keputusan yang diambil dalam kondisi emosi.

"Berani kamu membantahku? Memangnya siapa kamu?" kaki jangkung Kayvandra naik ke tepi single bed, perlahan ia mendekat ke arah Zivanna yang mundur hingga beringsut ke arah head bed.

"Mundur, Mas! Jangan macam-macam!"

Namun sayangnya, jari telunjuk Zivanna ditangkap cepat oleh Kayvandra. Pria itu menyingkirkannya dan semakin merangsek maju dengan sorot mata tidak bersahabat.

"Mas Kay! Jangan! Aduh! Awh ....!"

Plak ....!

Tamparan keras dihadiahkan pada Zivanna yang tidak menurut, perempuan itu terus memberontak sebagai bentuk perlawanan.

"Makanya jangan sok tahu jadi orang," suara itu menggema di telinga Zivanna saat bibir Kayvandra menyentuh sisi lehernya yang jenjang.

"Berengsek kamu, Mas!" Zivanna masih mencoba untuk melawan, namun usahanya berakhir dengan kata sia-sia.

Kemeja biru muda miliknya terkoyak, kancing terlepas dari tempatnya saat tangan kekar milik Kayvandra mencabik dengan tenaga penuh.

"Diamlah! Aku tidak akan menyakitimu, kita sudah pernah melewati malam pertama bersama. Aku yakin, kamu pasti tidak akan pernah melupakan bagaimana nikmatnya bersamaku ...."

"Tidak! Mas! Jangan gila kamu!"

"Aku bilang, diam, Zivanna!"

"Tidak ....! Argh .....!" tangisnya pecah, bersamaan dengan rasa perih yang didapat ketika pelepasan Kayvandra mendapatkan puncaknya.

Sudut bibirnya pecah. Ada lebam di beberapa bagian yang membuat Zivanna seperti mayat hidup saat semuanya sudah terjadi. Ia meremas ujung seprei untuk meluapkan hancurnya hati, tatapan itu kian terasa -- kosong.

"Itu akibatnya kalau kamu berani melawan aku. Jangan menangis! Ini __bayaran buat kamu. Aku akan menyuruh Jessi menyiapkan baju ganti, setelah itu pergilah!" keringat dan peluh masih membasah di tubuh kekarnya, Kayvandra memakai boxer dan membuka laci yang ada di samping single bed. Segepok uang ia lemparkan ke arah Zivanna yang masih terkulai di atas kasur, tubuhnya hanya berbalut selimut tipis.

'Sialan kamu Mas, kamu sudah menjebakku!'

Zivanna membuang muka, ia menyesal telah menginjakkan kakinya ke Dirgantara Corp kembali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    6. SURVIVE

    Zivanna terduduk lemas di tepi bathtub, alat uji kehamilan masih tergenggam erat di tangannya yang dingin. Pikirannya berputar kacau, mencoba mencari logika dari kenyataan yang baru saja ia terima. “Aku sudah bercerai… aku sudah pergi jauh… tapi kenapa sekarang?” bisiknya lirih, suaranya nyaris tak terdengar, tenggelam dalam gemuruh emosinya sendiri. Air matanya mengalir pelan, kali ini bukan karena sakit hati pada Kayvandra, tapi karena ketakutan. Takut akan masa depan yang tak pasti, takut harus membesarkan anak sendirian, takut jika jejak lelaki itu tetap akan melekat di hidupnya, bahkan setelah ia pergi sejauh ini. Zivanna memeluk lututnya, menggigil dalam sepi dini hari yang begitu membekukan. *** Pagi harinya, ia tetap pergi ke galeri meski wajahnya tampak jauh lebih pucat dari biasanya. Seorang karyawan kepercayaannya, Alma, menghampiri dengan wajah cemas. “Bu Zee, Anda yakin nggak mau ke dokter? Wajah Ibu pucat banget dari kemarin.” Zivanna tersenyum kecil. “Aku baik-ba

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    5. MEMULAI HIDUP BARU

    Zivanna, menjelang sore hari terlihat turun di salah satu gang sempit. Sebuah minivan mengantarnya hanya sampai separuh perjalanan menuju apartemen miliknya. "Maafkan saya Nyonya," ucap sopir yang masih berdiam di belakang kemudi, tega ataupun tidak, ia hanya menjalankan perintah. Zivanna tidak menjawab, ia turun dengan kondisi menyedihkan. Tangan kirinya menggenggam erat kerah baju yang terkoyak, sengaja ia tidak menyentuh barang pemberian dari Kayvandra, Zee tidak sudi. Ia berjongkok di sudut gang gelap setelah minivan itu meninggalkannya. Zivanna merogoh tasnya untuk mengambil telepon genggam, tangannya gemetar saat menekan nomor Maureen. "R-Ryn, bisa jemput aku di simpang tiga Moonville? Mobilku tertinggal di gedung Dirgantara." "Iya .... nanti aku jelasin, Ryn. Aku baik-baik aja, kamu jangan marah gitu dong ...." tiba-tiba saja ia terisak, wajah Zivanna kembali basah dengan air mata. Rasa sakit di seluruh tubuhnya tidak sebanding dengan hancurnya hati karena perbuatan

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    4. SURAT PENGUNDURAN DIRI

    Satu bulan setelah mereka berpisah, Kayvandra menerima satu email dari mantan istrinya. Email tersebut berisi surat pengunduran diri Zivanna dari perusahaan Dirgantara, "Berani-beraninya dia ...." gumam Kayvandra setelah membuka email tersebut. Ia membuka ponsel yang diletakkan tak jauh dari tempat duduknya. Kayvandra mencari nomor kontak Zivanna yang sudah tidak pernah lagi ia hubungi sejak perceraian kemarin. Jari Kayvandra menekan tombol panggil, "Sialan! Apa dia mengabaikan aku sekarang?" gerutu Kayvandra setelah telepon darinya tidak ada jawaban. Ia mencoba kembali untuk yang kedua kalinya, "Sedang apa kau?!" teriak pria itu begitu emosi. Zivanna mematung, ia memegang erat ponselnya agar tidak terjatuh. Baru saja ia hendak menyapa, namun suara lantang di seberang membuatnya terkejut dan membeku. [Aku? Aku sedikit .... sibuk] Jawab Zivanna dengan tenang, ia berhasil menstabilkan keadaan. "Sibuk? Sok banget kamu sekarang? Ini apalagi? Kenapa tidak datang langsung ke kan

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    3. PERNIKAHAN SANDIWARA

    Dua bulan setelah terungkapnya perselingkuhan Kayvandra dengan perempuan yang belakangan ini diketahui sebagai sekretaris di Divisi keuangan. Mereka tetap melakukan pernikahan seperti yang sudah direncanakan sejak lama, pernikahan sandiwara tentunya bagi Zivanna. "Lihat Sayang, mereka sangat bahagia karena keluarga kita sudah bersatu. Kerajaan Dirgantara akan semakin melebarkan sayapnya bersama Anumerta Garmen Corp." Dengan bangganya Kayvandra merangkul pundak Zivana dengan segelas wine di tangan kirinya. Zivanna tersenyum masam, ia menatap ke arah depan segerombolan orang-orang munafik sedang berpesta di atas harga dirinya yang terinjak-injak. "Kamu sangat cantik, aku sudah tidak sabar menunggu malam pertama kita." Kayvandra mencium pipi Zivanna yang terasa dingin, sedingin hatinya saat ini. "Kamu kedinginan, Sayang? Kita masuk sekarang aja gimana? Nggak usah ikut party sama mereka, lagipula ...." "Nggak apa-apa, aku baik-baik saya, Mas ...." jawab Zivanna datar, ia mengu

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    2. MATI RASA

    4 bulan sebelum kejadian .... Zivanna, perempuan cantik, pintar dan mandiri. Semua tidak ia dapatkan dengan mudah, tempaan masa lalu yang berlatar belakang broken home membuat Zee menjadi pribadi yang lebih kuat dari gadis seusianya. "Aku masih menyiapkan beberapa dokumen untuk persiapan meeting nanti siang. Mas Kay bisa pergi dulu ke kantor, nggak perlu nungguin aku." Zivanna menjawab telepon dari calon suaminya, Kayvandra. Hari ini tepat dua bulan setelah mereka melakukan pesta pertunangan. Semuanya direncanakan dengan baik, meskipun acara digelar hanya mengundang keluarga serta kerabat terdekat saja. "Nggak apa-apa, Mas. Kita ketemu di kantor saja, setelah meeting kita bisa makan siang bareng di luar, gimana?" sahut Zivanna yang sepertinya sedang mencari alasan agar Kayvandra tidak menunggunya. "Iya, aku juga sayang sama, Mas. Sampai ketemu di kantor ya, Mas. Love you more, Mas Kay ...." Zivanna pun menutup teleponnya. "Fiuh ...." ia menghela napas panjang, lalu melihat

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    1. KEPUTUSAN ZIVANNA

    "Tidak ada pembagian harta Gono gini," "Tidak ada pembagian hak waris," "Dan tidak ada kewajiban menafkahi setiap bulannya." Jasmine Adrielle Zivanna, perempuan muda 22 tahun itu terlihat duduk tenang di depan meja pengadilan agama. Pandangannya lurus ke depan, seakan tidak memperdulikan kehadiran Kayvandra Shawn Dirgantara yang saat ini menatap tajam padanya. "Apakah Anda bersedia dengan keputusan ini?" tanya seorang hakim yustisial kepadanya. "Saya bersedia," tanpa ragu Zee menjawab. "Hem ... tidak ada proses mediasi? Apakah Anda sudah tidak berniat untuk memperbaiki hubungan Anda dengan suami?" hakim yustisial tersebut memastikan, mereka memandang heran pada Zee. "Tidak," jawab Zee singkat. Tampak hakim yustisial memeriksa beberapa surat dokumen, lalu berunding dengan hakim lainnya. Tanpa menunggu lama, surat dokumen yang masih berada di atas meja itu dirapikan kembali. "Baiklah!" "Gugatan dikabulkan!" "Huft ...." hembusan napas halus terdengar dari arah Ze

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status