Inicio / Romansa / ISTRI 48 JAM TUAN CEO / 5. MEMULAI HIDUP BARU

Compartir

5. MEMULAI HIDUP BARU

Autor: Purple Rain
last update Última actualización: 2025-07-22 22:35:01

Zivanna, menjelang sore hari terlihat turun di salah satu gang sempit. Sebuah minivan mengantarnya hanya sampai separuh perjalanan menuju apartemen miliknya.

"Maafkan saya Nyonya," ucap sopir yang masih berdiam di belakang kemudi, tega ataupun tidak, ia hanya menjalankan perintah.

Zivanna tidak menjawab, ia turun dengan kondisi menyedihkan. Tangan kirinya menggenggam erat kerah baju yang terkoyak, sengaja ia tidak menyentuh barang pemberian dari Kayvandra, Zee tidak sudi.

Ia berjongkok di sudut gang gelap setelah minivan itu meninggalkannya. Zivanna merogoh tasnya untuk mengambil telepon genggam, tangannya gemetar saat menekan nomor Maureen. "R-Ryn, bisa jemput aku di simpang tiga Moonville? Mobilku tertinggal di gedung Dirgantara."

"Iya .... nanti aku jelasin, Ryn. Aku baik-baik aja, kamu jangan marah gitu dong ...." tiba-tiba saja ia terisak, wajah Zivanna kembali basah dengan air mata.

Rasa sakit di seluruh tubuhnya tidak sebanding dengan hancurnya hati karena perbuatan mantan suaminya. Keputusan cerai yang diambil Zivanna satu bulan lalu berujung petaka, Kayvandra mengerjainya habis-habisan hingga Zivanna terlihat seperti perempuan murahan.

"Zee ....!" Maureen datang setelah Zivanna menunggu sepuluh menit.

Zivanna mengangkat wajahnya, lidahnya kelu.

"Ya Tuhan, apa yang sudah dilakukan pria berengsek itu?" gumam Maureen yang lekas melepas jaket jeans miliknya dan segera menyampirkan ke bahu Zivanna.

"Sudah aku bilang, biar aku temenin. Kalau udah begini, kamu juga yang nyesel kan? Ngapain sih pake acara nyamperin Kay segala? Kamu tuh ...." bukannya simpati, Maureen dengan terang-terangan mengomelinya habis-habisan.

"Udah, Ryn! Iya aku salah. Bisa langsung pulang kan? Kepalaku pusing banget, Ryn." Kata Zivanna setelah Maureen membawanya masuk ke dalam mobil, ia merebahkan kepalanya pada sandaran kursi.

Maureen menoleh, ia menggeleng kecil. Tanpa banyak bicara, Maureen pun menghidupkan mesin mobil dan meninggalkan tempat sepi itu sebelum gelap datang.

***

Dengan semangat tersisa, Zivanna bertekad untuk kembali menatap hidupnya. Ia ingin hidup seperti apa yang dimau, bukan karena paksaan atau aturan dari orang lain.

"Kasih kabar kalau udah sampai," Maureen mengantarnya ke bandara. Kejadian tempo hari membuat Zivanna memilih untuk pergi ke Archenland, ia akan membuka usaha pertamanya di negara orang.

"Tentu saja, kalau ada waktu berkunjunglah ke sana. Mungkin sedikit menyebrang benua, kamu bisa mendapatkan jodoh di sana." Kelakar Zivanna yang mengenakan kacamata hitam untuk menyamarkan lebam di wajahnya.

"Ide menarik, tapi aku akan berpikir seribu kali lipat untuk itu ...." jawab Maureen dengan bibir dimanyunkan.

"Kenapa?" tanya Zivanna mengernyit samar.

"Emh ...." tampak Maureen berpikir, ia tidak ingin melukai hati sahabatnya.

"Kenapa? Ada apa, Ryn? Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?"

"Ah, tidak! Ayo, lekas masuk! Udah boarding pass, kan?" Maureen mengalihkan pembicaraan. Mana mungkin ia mengatakan, kalau saat ini dirinya masih belum ingin serius dalam menjalin hubungan.

Maureen tidak ingin nasib percintaannya sama seperti, Zivanna.

"He em, iya ...." angguk Zivanna dengan senyum tipis.

"Kamu hati-hati di sana, jangan godain buaya darat di Archenland." Senggol Maureen untuk mengurai kekakuan di antara mereka.

Zee tertawa kecil saat Maureen menyenggol lengannya. "Aku mau tahu, sebuas apa buaya Archenland sama betina Moonville ...."

"Wohooo .... rupanya nakal juga temanku yang satu ini, huh?" kemudian Maureen mengacak pucuk rambut, Zivanna.

"Udah, ah! Kita sambung lagi nanti, aku takut ketinggalan pesawat." Ujar Zivanna agar Maureen tidak terus menggodanya.

"Aku pasti akan merindukanmu ...." Maureen memeluk erat Zivanna, ia belum rela sahabatnya itu pergi.

"Makasih, Ryn." Ucap Zivanna saat berada di dalam pelukan, Maureen.

"Untuk ....?" Maureen melepaskan pelukannya, ia menatap lekat Zivanna.

"Semuanya," ujar Zivana singkat.

"Tanpa kamu, mungkin aku sudah di alam lain setelah kejadian itu ...." lanjutnya dengan kelopak mata sayu.

"Kamu nggak boleh menyerah hanya karena satu pria. Kamu harus bahagia, Zee ...."

Keduanya pun kembali berpelukan, seakan takdir akan memisahkan keduanya -- lama.

Di atas pesawat, Zivanna mengeluarkan telepon genggam hitam metalik. Ia membuang sim card yang ada di dalam ponsel miliknya, perempuan itu memutuskan untuk tidak lagi bersinggungan dengan keluarga Dirgantara.

***

Dua bulan berlalu di Archenland, tidak ada kendala serius saat Zivanna memulai bisnis garmen di sana. Ia membuka sebuah butik baju dan ekspor impor bahan baku seperti yang ia kerjakan di Moonville.

"Hallo, Ryn. Gimana kabar di sana, lancar?" telepon Zivanna sambil memilah bahan baku di galeri miliknya.

[Lancar, dong! Penjualan makin meningkat di bulan ini] jawab Maureen sama sibuknya dengan kondisi Zivanna saat ini.

"Oh, ya? Bagus! Kamu hebat, Ryn." Puji Zivanna yang telah mempercayakan bisnisnya di Moonville pada, Maureen.

[Bu CEO, sehat kan di Archenland? Aku dengar, bentar lagi ada pagelaran busana di sana. Pasti sibuk sekali saat ini, ya?] tanya Maureen yang memastikan tentang berita terbaru dari usaha milik Zivanna di Archenland.

"Hu um, begitulah. Aku harap kamu bisa datang hari itu, aku ingin kamu menjadi asistenku di acara pagelaran." Jawab Zivanna membenarkan, lalu ia meletakkan bahan yang baru dilihatnya dan duduk sebentar di sebuah kursi.

[Jangan terlalu diforsir, kamu harus sehat. Minta bantuan sementara sama karyawan yang lain, aku akan datang beberapa hari sebelum hari H]

Zivanna terlihat lelah, wajahnya pucat. Ia memijat pangkal hidungnya, "Iya, Ryn ...." jawab Zivanna dengan suara terdengar lemah.

[Kamu baik-baik aja kan, Zee?] Maureen merasa ada yang aneh.

"Ya, aku .... aku hanya lelah. Setelah istirahat bentar pasti baik-baik aja ...." Zivanna tidak ingin sahabatnya itu khawatir.

[Ya udah, istirahat aja dulu, Zee. Minum obat, tidur bentar, jangan pegang kerjaan dulu kalau masih capek]

"Iya, Ryn. Sorry, ya ...." Zivanna merasa tidak enak hati.

[Santai aja lagi, lekas sehat, ya!]

"Makasih, Ryn. Sampai ketemu minggu depan ...." Zivanna pun memutuskan untuk mengakhiri teleponnya.

[Oke, bye!] jawab Maureen mengerti.

"Bye ...." Zivanna pun mematikan teleponnya segera.

Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Zivanna merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, ia tidak pernah merasa sakit berkepanjangan seperti ini.

"Aku butuh aspirin ...." monolog Zivanna pada diri sendiri.

Setelah menyerahkan pekerjaan pada salah satu karyawan kepercayaannya, Zivanna pulang lebih cepat hari ini. Ia menghabiskan waktu dengan tidur sepanjang sore, tepat jam satu dini hari ia terbangun di apartemennya dan berniat ke dapur untuk mengambil air minum.

"Kenapa kepalaku masih terasa pusing?" ia merasa heran dengan kondisi fisiknya yang melemah.

Zivanna mencoba mencari tahu, ia menerka-nerka, kemudian kembali ke dalam kamar setelah menghabiskan satu gelas air putih.

"Aku mohon, ini adalah sebuah kesalahan ...." ia menggenggam alat yang baru saja diambilnya dari dalam laci nakas yang berada di samping tempat tidur. Buru-buru Zivanna melangkah ke arah kamar mandi untuk menjawab pertanyaan yang belum ada ujungnya.

Tak perlu menunggu lama, dalam hitungan detik saja kedua bola matanya bisa melihat jelas. Dua garis merah melintang horizontal di benda membujur yang ada dalam genggaman tangannya.

"Aku hamil?" ia menutup mulutnya yang terngaga.

"Tidak mungkin," lalu kepalanya menggeleng tak percaya.

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Comentarios (2)
goodnovel comment avatar
Nora Aainly
maaf ya, tapi yah...
goodnovel comment avatar
Nora Aainly
abor aja,mmgnya lho mau masih ada kaitan dgn Kay...emang bayi nggak berdosa tp akan jd masalah ujung hari
VER TODOS LOS COMENTARIOS

Último capítulo

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    138. MELAKUKAN APAPUN UNTUK KAMU

    Langkah kaki Ethan terasa berat saat mereka memasuki lobi mansion Dirgantara yang sunyi. Meskipun Bella tadi sempat berakting manja di depan Sovia, suasana hangat itu menguap begitu pintu mobil tertutup. Kini, di bawah lampu kristal yang menggantung megah, ketegangan kembali merayap.Ethan mengantar Bella hingga ke depan pintu kamarnya. Ia tidak langsung pergi, melainkan berdiri mematung di ambang pintu, memastikan Bella benar-benar masuk ke zona aman.​“Istirahatlah. Aku akan ada di ruang kerja jika kau butuh sesuatu,” ucap Ethan datar, namun matanya masih menyiratkan kegelisahan yang sama seperti di mobil tadi.​Bella memegang gagang pintu, tapi ia urung membukanya. Ia berbalik, menatap Ethan lekat-lekat. “Mas... soal foto gudang terbakar itu. Apakah itu ada hubungannya dengan kematian ayahku?”​Pertanyaan itu membuat tubuh Ethan menegang. Ia mengepalkan tangan di samping tubuhnya, menyembunyikan getaran halus di jemarinya. “Jangan mikir kejauhan begitu, Bella. Fokus saja pada makan

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    137. AKU TELAH MEMILIHMU

    ​Ethan tetap berdiri tegak, rahangnya mengeras. Meskipun tangannya mencengkeram pinggang Bella dengan tekanan yang hampir menyakitkan, suaranya saat berbicara ke mikrofon tetap tenang dan penuh wibawa.​"Mari kita nikmati sisa malam ini dengan optimisme baru untuk Moonville," tutup Ethan, disambut riuh tepuk tangan.​Begitu ia menurunkan mikrofon, Ethan segera menarik Bella turun dari podium. Langkahnya lebar dan terburu-buru, menyeret Bella melewati kerumunan tamu yang mencoba menyapa. “Aku butuh penjelasan,” todong Bella tanpa harus menunggu.“Nanti. Tapi kau pantas mendapatkan yang terbaik,” jawab Ethan dengan suara rendah.“Semua ini sudah keluar dari isi perjanjian kerjasama kita, Ethan.”“Mas—panggil aku dengan sebutan itu, jika di hadapan semua orang.”“W-What the fck? Lepas! Tanganmu menyakitiku..." Bella meringis, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria itu.​Ethan tersadar dan melepaskan pegangannya, namun matanya selalu mencuri pandang pada amplop itu. "Sorry…" desis

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    136. KEJUTAN DARI ETHAN

    ​"Berani juga. Pantas saja Elena meradang di luar sana," Sovia membuka tas kecilnya dan mengeluarkan sebatang lipstik. "Dengar, Bella. Butik Butterfly milik keluarga kami yang sekarang aku kelola tidak hanya menjual baju, kami menjual citra. Dan sejauh ini, kau memberikan citra yang menarik bagi Ethan. Tapi ingat satu hal..."​Sovia menatap Bella melalui pantulan cermin, sorot matanya berubah serius.​"Di keluarga Dirgantara, rahasia adalah mata uang. Jika kau punya rahasia yang bisa menjatuhkan Ethan, sebaiknya kau simpan itu rapat-rapat. Karena jika aku bisa melihat kegugupan di balik gaunmu, orang lain juga bisa."​Ia kemudian menyodorkan sebuah kartu nama berwarna perak ke arah Bella. "Datanglah ke butikku besok pagi. Gaun yang kau pakai sekarang sudah 'ternoda' karena tatapan kebencian Elena. Kau butuh sesuatu yang baru untuk acara makan malam keluarga besok."​Bella menerima kartu itu dengan ragu. "Makan malam keluarga?"​"Oh, Ethan belum memberitahumu?" Sovia tertawa kecil samb

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    135. CALON ISTRI

    ​Langkah kaki Bella terasa ringan meskipun jantungnya bertalu-talu di balik gaun emerald green-nya. Ia bisa merasakan tatapan tajam Elena yang seolah ingin melubangi punggungnya, namun ia menolak untuk menoleh. Di sampingnya, Ethan berjalan dengan dagu terangkat, memancarkan aura dominasi yang selama ini menjadi ciri khasnya.​"Sangat berani," bisik Ethan tanpa menggerakkan bibir terlalu banyak saat mereka mulai memasuki area ballroom yang luas. "Aku tidak menyangka kau bisa menjawabnya secepat itu."​"Aku hanya melakukan pekerjaanku, Ethan. Bukankah kau tidak mau rugi karena sudah membayarku?" jawab Bella datar, meski jemarinya yang melingkar di lengan Ethan sedikit gemetar.​Aula Tuscan Twilight dipenuhi oleh aroma cerutu mahal, parfum kelas atas, dan denting gelas kristal. Di sudut ruangan, sekelompok pria paruh baya berpakaian formal tampak sedang berdiskusi serius. Mereka adalah para investor yang disebutkan Ethan—orang-orang yang memegang kunci masa depan proyek ambisiusnya di M

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    134. SELERA YANG MAHAL

    Zivanna hanya mengangguk singkat tanpa mengalihkan pandangan dari piringnya. Atmosfer di meja makan itu terasa begitu berat, seolah setiap denting sendok yang beradu dengan piring porselen adalah detak bom waktu. ​Ethan menepuk punggung tangan Bella sekilas—sebuah kode agar gadis itu segera duduk dan mulai makan. "Panggil dia Mama, Bella. Itu bagian dari peranmu sekarang," bisik Ethan nyaris tak terdengar. ​Bella duduk dengan kaku. Di depannya tersaji sarapan ala bangsawan yang terlihat sangat lezat, namun seleranya seolah menguap. Ia melirik Zivanna, wanita yang tampak sempurna tanpa cela itu. Ada otoritas yang mutlak dalam setiap gerakannya. ​"Jadi," Zivanna akhirnya meletakkan serbetnya setelah beberapa suapan. "Tuscan Twilight. Kau yakin membawanya ke sana, Ethan? Kau tahu siapa yang akan ada di sana selain investor?" ​Ethan menyuapkan makanan ke mulutnya dengan tenang. "Aku tahu. Dan itulah alasan utamanya aku membawa Bella. Aku ingin semua orang tahu bahwa posisiku tidak lag

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    133. AKU TELAH MEMILIHMU

    "Aku memilihmu karena..." Ethan pun melihatnya, dalam, penuh arti.“Hem,” kepala Bella dimiringkan, menanti sebuah jawaban yang menggantung.“What… Ethan?” tagih Bella, suaranya ditekan, hingga terdengar seperti—kurang sabar.Ethan menarik smirknya, "Itu karena… kamu berani mengumpat di depanku," jawab Ethan asal. Bella menautkan kedua alisnya. “Hanya itu? Gila,” pupus sudah rasa percaya diri Bella, kedua bahuku diturunkan."Ya. Itu karena kamu tidak memandangku seperti mereka memandangku,”“Mereka… siapa?” sahut Bella cepat.​Ia terdiam sejenak, lalu tangannya bergerak naik, membelai pipi Bella dengan ibu jarinya. "Kamu belum menyadarinya, Bella?”Gadis itu terdiam, ia tidak menyela.“Di balik kemarahanmu, kamu hanya menyembunyikan sebuah luka. Kita berdua adalah orang yang sedang bertahan hidup, dengan cara kita masing-masing."​Bella terpaku. Sentuhan itu terasa berbeda—tidak ada aura mengancam, hanya ada keheningan yang intim. ​"Ngomong apaan sih kamu? Aku nggak ngerti deh," bis

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status