Home / Romansa / ISTRI 48 JAM TUAN CEO / 3. PERNIKAHAN SANDIWARA

Share

3. PERNIKAHAN SANDIWARA

Author: Purple Rain
last update Last Updated: 2025-06-02 20:09:47

Dua bulan setelah terungkapnya perselingkuhan Kayvandra dengan perempuan yang belakangan ini diketahui sebagai sekretaris di Divisi keuangan. Mereka tetap melakukan pernikahan seperti yang sudah direncanakan sejak lama, pernikahan sandiwara tentunya bagi Zivanna.

"Lihat Sayang, mereka sangat bahagia karena keluarga kita sudah bersatu. Kerajaan Dirgantara akan semakin melebarkan sayapnya bersama Anumerta Garmen Corp." Dengan bangganya Kayvandra merangkul pundak Zivana dengan segelas wine di tangan kirinya.

Zivanna tersenyum masam, ia menatap ke arah depan segerombolan orang-orang munafik sedang berpesta di atas harga dirinya yang terinjak-injak.

"Kamu sangat cantik, aku sudah tidak sabar menunggu malam pertama kita." Kayvandra mencium pipi Zivanna yang terasa dingin, sedingin hatinya saat ini.

"Kamu kedinginan, Sayang? Kita masuk sekarang aja gimana? Nggak usah ikut party sama mereka, lagipula ...."

"Nggak apa-apa, aku baik-baik saya, Mas ...." jawab Zivanna datar, ia mengurai kedekatannya memastikan bahwa tidak ada masalah dengan dirinya.

"Kita di dekat laut, Mas. Semakin sore makin kenceng anginnya, jadi kamu nggak perlu khawatir. Ini cuma dingin karena angin, masa kalah sama angin?"

Pesta kecil yang diadakan oleh pihak pengantin memang mengusung tema outdoor. Kayvandra mewujudkan mimpinya di sini, di sebuah mansion milik keluarga Dirgantara yang berada tak jauh di dari tebing laut lepas.

"Ya udah kalau gitu, bentar lagi aku angetin ...." bisik Kayvandra dengan suara nakalnya, ia sedikit menyapu telinga Zivanna dengan desah napas yang membuat gadis itu sedikit bergidik.

"Kamu nih, a-apa sih, Mas ....?" Zivanna mendorong lembut dada Kayvandra agar pria itu sedikit menjauh darinya.

Sialnya, bukan malah menjauh. Kayvandra semakin nekat meraih pinggang Zivanna dan melabuhkan ciuman mendalam di hadapan para tamu.

"M-Mas, su-sudah! Malu ...." Zivanna berkelit agar Kayvandra mau melepaskannya.

"Ngapain malu? Kita sudah sah menjadi suami istri, lagian ini hanya ciuman, Sayang ...."Kayvandra membuka menghentikan aksinya, ia melihat Zivanna dari jarak dekat.

"Kamu cantik kalau tersenyum, aku suka lesung pipi kamu Zee ...." Kayvandra menyentuh dagu Zivanna dengan lembut, kemudian mengecup ringan bibir plumpy istrinya.

Segaris senyuman diberikan Zivanna di hari pernikahannya, ia hanya mengobati perasaannya yang sedang hancur. Cintanya pada Kayvandra benar-benar terkikis habis oleh rasa kecewa.

"Mau apa kamu, Mas?" Zivanna menukikkan kedua alisnya saat melihat Kayvandra melepas tuxedo putih yang dikenakan.

"Biar kamu nggak semakin kedinginan ...." Kayvandra menyampirkan tuxedo miliknya di bahu Zivanna yang saat ini mengenakan gaun pengantin dengan model A-Line.

Zivanna mengangkat wajahnya, lalu ia tersenyum -- canggung.

"Makasih .... Mas," ucap Zivanna yang andai saja tidak mengetahui tentang perselingkuhan itu, mungkin hari ini dia adalah perempuan paling bahagia di dunia setelah berhasil menikah dengan pria berhati hangat.

"Aku akan melakukan apapun, agar kamu bahagia bersamaku ...." kecup Kayvandra pada pucuk kening Zivanna.

Zivanna terdiam, ia tidak menjawab.

~ ~ ~

Aroma violet mendominasi kamar pengantin. Suasana redup di perpotongan waktu menjelang dini hari membuat Zivanna ingin merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan cepat.

"Capek, hum ....?" Kayvandra sudah berdiri di belakang tubuhnya, ia merangkul pinggang ramping Zivanna dengan manja.

"Lumayan," jawab Zivanna enggan melanjutkan, ia tahu persis kejadian apa yang akan hadir setelah ini. Sebagai perempuan dewasa, ia tidak bodoh dalam hal percintaan, namun ia tahu batasannya.

Jari Kayvandra membuka resleting gaun yang masih melekat di tubuh istri yang baru saja dinikahinya. Perlahan tanpa suara berisik berlebihan, Zivanna bisa melihat ekspresi Kayvandra dari pantulan cermin di meja rias, Kayvandra begitu mendambanya.

"Kita sudah halal, Zee ...." bisik Kayvandra seolah menenangkan Zivanna dari ketegangan.

Zivanna meneguk saliva, sedangkan kedua tangannya meremas sisi gaun sebagai pelampiasan.

"Zivanna, aku menginginkan mu ...." lalu Kayvandra mengecup bahu Zivanna yang terbuka.

"Kamu milikku, utuh ...." bisik Kayvandra bersamaan dengan jatuhnya gaun Zivanna ke bawah lantai.

Malam bergulir, fajar menggantikan posisi rembulan yang menjadi saksi perhelatan malam pertama mereka. Zivanna menjalankan perannya dengan sangat baik, setidaknya ia tidak dicap sebagai seorang istri yang durhaka karena telah mempersembahkan kesuciannya hanya untuk Kayvandra Shawn Dirgantara.

"Zee .... kau .... membuatku candu ...." erang Kayvandra saat pelepasan keduanya datang hampir bersamaan.

Nikmatnya dunia baru saja mereka reguk dalam satu malam, ritme dan iramanya mengalahkan dahsyatnya deburan ombak di laut lepas Maldives.

"Makasih, Sayang ...." ucap Kayvandra setelah terkulai lemas di samping Zivanna yang membeku menatap langit-langit plafon kamar. Keringat dan peluh membanjir pada diri kedua insan yang tengah merasakan madunya cinta, tapi pahit dirasa ....

~ ~ ~

Sore itu, setelah 48 jam mereka menikah.

Kayvandra menatap tajam pada lembaran foto yang ada di tangannya.

"Ini fitnah! Kamu dapat dari mana barang murahan seperti ini, Zee?" Kayvandra mengangkat kertas foto itu dan mengarahkan pada Zivanna yang masih duduk berbalut selimut di tengah ranjang.

"Tidak perlu kamu tahu darimana aku mendapatkannya. Aku hanya bertanya, apa kamu menyembunyikan sesuatu di belakangku? Apa kamu kenal dengan perempuan itu?" tanya Zivanna dengan nada kalem, ia berusaha tidak terpancing untuk mengimbangi emosi Kayvandra yang meledak-ledak.

"Kamu sengaja menjebakku?" Kayvandra memasang wajah masam, lalu ia mendekat ke samping ranjang.

Zivanna tertawa kecil, "Menjebakmu, Mas? Mana mungkin aku melakukan itu?" kemudian Zivanna membuang muka.

"Kamu sengaja kan merusak first night kita dengan sampah seperti ini?" tangan kiri Kayvandra meraih dagu Zivanna dengan kasar, lalu ia membuang lembaran foto itu ke atas kasur.

"M-Mas, s-sakit, lepasin!" pinta Zivanna kala merasa Kayvandra telah menyakitinya.

"Sudah aku bilang padamu, kalau aku dan dia hanya sebatas rekan kerja. Kenapa kamu masih tidak percaya? Dan ini .... kenapa sampai memata-matai aku segala? Kalau aku nggak pernah serius sama kamu, mana mungkin aku menikah denganmu?" kata Kayvandra sambil melepaskan tangannya.

Wajah Zivanna berpaling ke arah samping, ia mestabilkan napasnya yang terengah-engah.

"Seharusnya yang Mas nikahi bukan aku, tapi perempuan itu." Balas Zivanna tanpa takut sedikitpun.

"Zivanna!" teriak Kayvandra dengan mata melotot.

"Kalau Mas merasa tidak bersalah, kenapa harus marah?" Zivanna menatapnya lekat, ia hanya ingin Kayvandra jujur dan berterus terang.

Sama-sama terdiam cukup lama, akhirnya Kayvandra membuka suaranya. "Apa mau mu dengan semua ini?" ia menurunkan bahunya, Kayvandra benar-benar tersudut.

"Talak aku, Mas, aku ingin kita bercerai sekarang juga." Jawab Zivanna tanpa ragu.

"Apa?! Sudah gila kamu, Zee?"

"Ya, aku sudah gila. Oleh karena itu, lepaskan aku agar tidak larut dalam kegilaan ini Mas."

Ruangan yang semula hangat oleh ribuan ungkapan kata cinta, kini berubah menjadi sedingin es di Kutub Utara. Tidak ada kelembutan atau kasih sayang yang dari awal selalu dielu-elukan oleh Kayvandra.

"Mau jadi gembel kamu tanpa aku? Sudah merasa hebat? Sok-sokan minta cerai segala," Kayvandra bangkit dari tepi ranjang, ia menunjuk Zivanna dengan dagunya, lalu berkacak pinggang gelisah.

"Mas, aku hanya tidak mau ada miskomunikasi di antara kita. Apalagi kita menikah tidak sehari atau dua hari, aku hanya minta kejujuran dari kamu."

"Aku harus bilang berapa ribu kali, kalau aku nggak ada apa-apa sama dia Zee?"

"Kalau nggak ada apa-apanya, mana mungkin perempuan itu sampai hamil segala? Dia hamil anak kamu, atau dari pria lain Mas?"

Skak mat! Kayvandra diam, ia menelan salivanya mentah-mentah.

"Oke, baik kalau itu mau kamu." Ujar Kayvandra yang membiarkan resleting celananya tidak tertutup dengan benar.

"Jasmine Adriella Zivanna, aku talak kamu detik ini juga! Akuu haramkan tanganku, kulitku, menyentuh tubuhmu sampai kapanpun!" dengan menegakkan punggungnya, Kayvandra secara terang-terangan menjatuhkan talaknya pada Zivanna.

Zivanna menatapnya tanpa berkedip, pria yang semula menggencarkan rayuan gombal telah memperlihatkan wujud aslinya. Bibirnya bergetar, ia tidak berkutik, seakan nyawannya sudah pergi menjauh darinya.

Bukankah ini yang diinginkan Zivanna? Kenapa ada perasaan sesal setelah ia mendapatkan apa yang diinginkannya? Zivanna pun tidak menyadari, satu tetes embun telah membasahi pipinya yang putih.

Zivanna telah menyandang gelar janda setelah pernikahan singkatnya selama 48 jam. "Cepat kemasi barangmu! Sopir akan mengantarmu pulang," lalu Kayvandra pergi meninggalkannya dalam kesunyian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    6. SURVIVE

    Zivanna terduduk lemas di tepi bathtub, alat uji kehamilan masih tergenggam erat di tangannya yang dingin. Pikirannya berputar kacau, mencoba mencari logika dari kenyataan yang baru saja ia terima. “Aku sudah bercerai… aku sudah pergi jauh… tapi kenapa sekarang?” bisiknya lirih, suaranya nyaris tak terdengar, tenggelam dalam gemuruh emosinya sendiri. Air matanya mengalir pelan, kali ini bukan karena sakit hati pada Kayvandra, tapi karena ketakutan. Takut akan masa depan yang tak pasti, takut harus membesarkan anak sendirian, takut jika jejak lelaki itu tetap akan melekat di hidupnya, bahkan setelah ia pergi sejauh ini. Zivanna memeluk lututnya, menggigil dalam sepi dini hari yang begitu membekukan. *** Pagi harinya, ia tetap pergi ke galeri meski wajahnya tampak jauh lebih pucat dari biasanya. Seorang karyawan kepercayaannya, Alma, menghampiri dengan wajah cemas. “Bu Zee, Anda yakin nggak mau ke dokter? Wajah Ibu pucat banget dari kemarin.” Zivanna tersenyum kecil. “Aku baik-ba

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    5. MEMULAI HIDUP BARU

    Zivanna, menjelang sore hari terlihat turun di salah satu gang sempit. Sebuah minivan mengantarnya hanya sampai separuh perjalanan menuju apartemen miliknya. "Maafkan saya Nyonya," ucap sopir yang masih berdiam di belakang kemudi, tega ataupun tidak, ia hanya menjalankan perintah. Zivanna tidak menjawab, ia turun dengan kondisi menyedihkan. Tangan kirinya menggenggam erat kerah baju yang terkoyak, sengaja ia tidak menyentuh barang pemberian dari Kayvandra, Zee tidak sudi. Ia berjongkok di sudut gang gelap setelah minivan itu meninggalkannya. Zivanna merogoh tasnya untuk mengambil telepon genggam, tangannya gemetar saat menekan nomor Maureen. "R-Ryn, bisa jemput aku di simpang tiga Moonville? Mobilku tertinggal di gedung Dirgantara." "Iya .... nanti aku jelasin, Ryn. Aku baik-baik aja, kamu jangan marah gitu dong ...." tiba-tiba saja ia terisak, wajah Zivanna kembali basah dengan air mata. Rasa sakit di seluruh tubuhnya tidak sebanding dengan hancurnya hati karena perbuatan

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    4. SURAT PENGUNDURAN DIRI

    Satu bulan setelah mereka berpisah, Kayvandra menerima satu email dari mantan istrinya. Email tersebut berisi surat pengunduran diri Zivanna dari perusahaan Dirgantara, "Berani-beraninya dia ...." gumam Kayvandra setelah membuka email tersebut. Ia membuka ponsel yang diletakkan tak jauh dari tempat duduknya. Kayvandra mencari nomor kontak Zivanna yang sudah tidak pernah lagi ia hubungi sejak perceraian kemarin. Jari Kayvandra menekan tombol panggil, "Sialan! Apa dia mengabaikan aku sekarang?" gerutu Kayvandra setelah telepon darinya tidak ada jawaban. Ia mencoba kembali untuk yang kedua kalinya, "Sedang apa kau?!" teriak pria itu begitu emosi. Zivanna mematung, ia memegang erat ponselnya agar tidak terjatuh. Baru saja ia hendak menyapa, namun suara lantang di seberang membuatnya terkejut dan membeku. [Aku? Aku sedikit .... sibuk] Jawab Zivanna dengan tenang, ia berhasil menstabilkan keadaan. "Sibuk? Sok banget kamu sekarang? Ini apalagi? Kenapa tidak datang langsung ke kan

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    3. PERNIKAHAN SANDIWARA

    Dua bulan setelah terungkapnya perselingkuhan Kayvandra dengan perempuan yang belakangan ini diketahui sebagai sekretaris di Divisi keuangan. Mereka tetap melakukan pernikahan seperti yang sudah direncanakan sejak lama, pernikahan sandiwara tentunya bagi Zivanna. "Lihat Sayang, mereka sangat bahagia karena keluarga kita sudah bersatu. Kerajaan Dirgantara akan semakin melebarkan sayapnya bersama Anumerta Garmen Corp." Dengan bangganya Kayvandra merangkul pundak Zivana dengan segelas wine di tangan kirinya. Zivanna tersenyum masam, ia menatap ke arah depan segerombolan orang-orang munafik sedang berpesta di atas harga dirinya yang terinjak-injak. "Kamu sangat cantik, aku sudah tidak sabar menunggu malam pertama kita." Kayvandra mencium pipi Zivanna yang terasa dingin, sedingin hatinya saat ini. "Kamu kedinginan, Sayang? Kita masuk sekarang aja gimana? Nggak usah ikut party sama mereka, lagipula ...." "Nggak apa-apa, aku baik-baik saya, Mas ...." jawab Zivanna datar, ia mengu

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    2. MATI RASA

    4 bulan sebelum kejadian .... Zivanna, perempuan cantik, pintar dan mandiri. Semua tidak ia dapatkan dengan mudah, tempaan masa lalu yang berlatar belakang broken home membuat Zee menjadi pribadi yang lebih kuat dari gadis seusianya. "Aku masih menyiapkan beberapa dokumen untuk persiapan meeting nanti siang. Mas Kay bisa pergi dulu ke kantor, nggak perlu nungguin aku." Zivanna menjawab telepon dari calon suaminya, Kayvandra. Hari ini tepat dua bulan setelah mereka melakukan pesta pertunangan. Semuanya direncanakan dengan baik, meskipun acara digelar hanya mengundang keluarga serta kerabat terdekat saja. "Nggak apa-apa, Mas. Kita ketemu di kantor saja, setelah meeting kita bisa makan siang bareng di luar, gimana?" sahut Zivanna yang sepertinya sedang mencari alasan agar Kayvandra tidak menunggunya. "Iya, aku juga sayang sama, Mas. Sampai ketemu di kantor ya, Mas. Love you more, Mas Kay ...." Zivanna pun menutup teleponnya. "Fiuh ...." ia menghela napas panjang, lalu melihat

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    1. KEPUTUSAN ZIVANNA

    "Tidak ada pembagian harta Gono gini," "Tidak ada pembagian hak waris," "Dan tidak ada kewajiban menafkahi setiap bulannya." Jasmine Adrielle Zivanna, perempuan muda 22 tahun itu terlihat duduk tenang di depan meja pengadilan agama. Pandangannya lurus ke depan, seakan tidak memperdulikan kehadiran Kayvandra Shawn Dirgantara yang saat ini menatap tajam padanya. "Apakah Anda bersedia dengan keputusan ini?" tanya seorang hakim yustisial kepadanya. "Saya bersedia," tanpa ragu Zee menjawab. "Hem ... tidak ada proses mediasi? Apakah Anda sudah tidak berniat untuk memperbaiki hubungan Anda dengan suami?" hakim yustisial tersebut memastikan, mereka memandang heran pada Zee. "Tidak," jawab Zee singkat. Tampak hakim yustisial memeriksa beberapa surat dokumen, lalu berunding dengan hakim lainnya. Tanpa menunggu lama, surat dokumen yang masih berada di atas meja itu dirapikan kembali. "Baiklah!" "Gugatan dikabulkan!" "Huft ...." hembusan napas halus terdengar dari arah Ze

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status