Home / Romansa / ISTRI 48 JAM TUAN CEO / 59. SEBELUM TERLAMBAT

Share

59. SEBELUM TERLAMBAT

Author: Purple Rain
last update Last Updated: 2025-10-03 19:51:12

Suara langkah berlarian mulai terdengar dari arah basement. Beberapa orang yang baru saja keluar dari pusat kebugaran langsung panik melihat pemandangan di depan mata; seorang pria tergeletak berlumuran darah, dan seorang perempuan dengan wajah pucat penuh kepanikan sedang berusaha menahan luka di kepala pria itu.

“Cepat hubungi 911!” salah seorang security berteriak lantang sambil mengeluarkan HT-nya.

Zivanna masih menekan bagian kepala David dengan tangan gemetar. Nafasnya tersengal, tubuhnya mulai bergetar tak terkendali. “Bertahan, David… kamu nggak boleh mati dengan cara seperti ini,” suaranya pecah, walau air matanya sudah kering karena terlalu sering menangis belakangan ini.

David sempat menggerakkan bibirnya, nyaris tak terdengar. “Zee…” hanya itu yang lolos dari mulutnya, sebelum matanya kembali terpejam.

“Jangan tutup mata kamu! Hey! Lihat aku, David!” Zivanna berteriak panik. Perasaan bersalah dan rasa benci yang tadi sempat ia lontarkan seketika runtuh, diganti dengan keta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    75. AWAL BARU SETELAH PERGI

    Hujan turun tipis malam itu. Di balik kaca rumah sakit, Ares menatap langit yang temaram, seolah mencari jawaban dari setiap bintik air yang jatuh. Ruangan itu sepi—hanya terdengar dengung pendingin ruangan dan bunyi lembut monitor infus yang menetes teratur. Satu koper kecil tergeletak di sudut ruangan. Jaketnya sudah dilipat rapi di atas kursi, dan di meja, sebuah amplop putih bertuliskan nama: “Untuk Zivanna.” Ares duduk perlahan, memegangi sisi meja. Tubuhnya terlihat lebih kurus dari sebelumnya, tapi sorot matanya berbeda: tidak lagi ketakutan, tidak lagi kosong. Ada ketenangan yang sulit dijelaskan—seolah ia akhirnya berdamai dengan dirinya sendiri. Ia menghela napas panjang, lalu menatap surat itu lama. “Kalau nanti kamu baca ini, aku mungkin sudah di perjalanan,” gumamnya lirih, seolah berbicara pada bayangan Zivanna di kepalanya. Tangannya gemetar sedikit, tapi ia tetap menulis beberapa baris terakhir: Zee, Aku bukan orang yang kuat. Dulu aku pikir dengan pergi aku bis

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    74. HARAPAN KECIL

    Ares terdiam. Sejenak, waktu di ruangan itu seperti berhenti. Hanya terdengar detik jam dinding dan desiran halus infus yang menetes perlahan. Zivanna menegakkan tubuhnya dengan susah payah, matanya bergantian memandang dua pria di hadapannya— masa lalunya, dan luka yang belum sempat sembuh. “Kay… tolong tenang dulu,” kata Ares pelan, suaranya nyaris serak. Namun Kayandra tidak bergeming. Langkahnya maju satu, dua langkah, mendekat ke arah tempat tidur Zivanna. Matanya tajam menatap Ares, penuh kebingungan yang bercampur marah, sedih, dan sesuatu yang tak bisa ia sebutkan. “Jadi ini alasan kamu menghilang, Ares?” tanya Kay dengan nada rendah tapi tegas. “Selama ini aku cari kamu ke mana-mana. Semua orang bilang kamu pergi ke luar negeri. Dan sekarang aku temukan kamu di sini— di ruang rawat Zivanna, dalam keadaan seperti ini. Bagaimana bisa, Ares? Apa kamu tidak bisa memberikan penjelasan padaku sedikit saja?” Ares menarik napas dalam, menunduk. Tangannya yang pucat memegangi kur

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    73. HARUS MEMILIH

    Kay terdiam. Suara di kafe yang biasanya riuh mendadak terdengar jauh. Denting sendok pada gelas, desis mesin espresso, semua seolah melebur dalam satu frekuensi yang tak sanggup ia tangkap.Tatapan matanya tertuju pada Maureen, tapi pikirannya berkelana entah ke mana. “Apa maksud kamu?” suaranya serak, hampir berbisik.Maureen menegakkan duduknya. “Aku nggak minta kamu percaya begitu aja. Tapi aku yang menemani Zivanna sejak awal. Aku tahu kapan dia mulai sakit, kapan dia mulai panik, dan kapan dia berhenti berharap. Anak itu… yang sekarang ada di dalam kandungannya— bukan anak David. Itu anak kamu, Kay.”Kay memejamkan mata. Napasnya memburu. “Anak aku? Mana mungkin? Tapi dia bilang kalau itu—”“Dia nggak pernah bilang itu anak David,” potong Maureen lembut. “Kamu yang menuduh. Dan dia memilih diam… karena semua rasa sakit yang pernah ia rasakan membuatnya menutup mulut rapat-rapat.”Hening jatuh lagi, kali ini lebih berat.Kay bersandar, kedua tangannya menutupi wajah. Dunia sepert

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    72. LET IT FLOW....

    Malam menurunkan sunyinya begitu dalam, bahkan suara jarum jam di kamar rawat Zivanna terdengar seperti gema yang menembus dinding hati. Di luar jendela, lampu-lampu kota berpendar redup di bawah kabut tipis. Rumah sakit itu begitu tenang—terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja kehilangan segalanya.Zivanna duduk bersandar di tepi ranjang. Tangannya masih memegangi perut yang kini terasa hampa. Tatapannya kosong, tapi di dalam dadanya, badai sedang bergemuruh tanpa suara.Maureen tertidur di kursi samping, masih mengenakan jaket tipis yang sama sejak tadi siang. Wajahnya kelelahan, namun ekspresinya tetap menunjukkan kepedulian yang mendalam.Zivanna menoleh sekilas, lalu menatap jendela lagi. “Bukankah aku sudah terbiasa kehilangan?” gumamnya nyaris tanpa suara. “Tapi kenapa rasanya kali ini… berbeda?”Kilasan ingatan menari di benaknya — wajah Kayvandra yang marah, suara David yang memaksa, jeruji besi dingin, dan tatapan dokter sore tadi. Semuanya berbaur, menciptakan kekacau

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    71. HARAPAN YANG PERGI

    Malam semakin kelam dirasa. Sunyi membalut jarak yang sebenarnya telah usai, namun takdir tidaklah mudah ditebak. Semakin tinggi keinginan mereka untuk melepaskan, semakin sulit bagi mereka untuk tidak saling bergantung.“Aku hamil, Mas.” Satu kalimat meluncur dengan lugas dari bibir Zivanna.Perempuan itu terlihat rapuh, semua kekuatannya seakan terkikis oleh keadaan yang kejam. Seharusnya Zivanna tidak memberitahu kebenaran ini, tapi rasa putus asanya menuntut untuk membuka tabir di balik kepiluan yang telah dialaminya.“Apa?!” mata Kayvandra reflek membola. Dan satu kata yang tepat untuk menggambarkan situasi mereka saat ini adalah— hancur.“I-Itu… anak David, ‘kan?” "Hah..." Zivanna terbengong, persis seperti kambing ompong yang dicolok hidungnya.Lucu. Zivanna yang semula menggantungkan harapannya setinggi langit, mendadak seperti dihempaskan dengan keras ke dasar bumi. Tidak hanya harapan yang hancur, tapi hati dan juga rasa percayanya.“M-Mas,” ia menunduk lesu bersamaan den

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    70. GARIS PEMBATAS ANTARA AKU DAN KAMU

    Alvaro mengantarnya ke sebuah mansion dengan selamat, kini mereka telah berdiri di ruang tengah yang memiliki interior Amerika klasik. Zivanna menatap asing pada bangunan mewah di hadapannya, kemudian memutar tubuh ke arah Alvaro.“Rumah siapa ini, Alvaro?” tanya Zivanna saat mereka saling berhadapan.Alvaro tidak lantas menjawab, raut ketegangan masih tersisa di wajah tampannya. “Ayo, ikut aku. Nanti kamu tahu sendiri siapa yang sudah nolongin kamu.” “Tapi kenapa kamu nggak antar aku pulang ke rumah saja? Aku rindu sama anak-anak, Al.” Zivanna terpaksa mengikutinya saat Alvaro menaiki anak tangga menuju lantai dua.“Anak-anak sudah ada di tempat yang aman, Zee. Aku memindahkan mereka atas instruksi seseorang. Tentu saja Maureen dan Draven menjaga mereka dengan sangat baik, jadi jangan terlalu khawatir soal mereka.” Jawab Alvaro sambil berjalan.“Atas perintah siapa? Kenapa tidak bilang dulu sama aku? Aku ini ibu mereka, Alvaro….” Zivanna terlihat sangat marah ketika Alvaro mengabaik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status