Home / Romansa / ISTRI 48 JAM TUAN CEO / 72. LET IT FLOW....

Share

72. LET IT FLOW....

Author: Purple Rain
last update Last Updated: 2025-10-20 20:08:39

Malam menurunkan sunyinya begitu dalam, bahkan suara jarum jam di kamar rawat Zivanna terdengar seperti gema yang menembus dinding hati. Di luar jendela, lampu-lampu kota berpendar redup di bawah kabut tipis. Rumah sakit itu begitu tenang—terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja kehilangan segalanya.

Zivanna duduk bersandar di tepi ranjang. Tangannya masih memegangi perut yang kini terasa hampa. Tatapannya kosong, tapi di dalam dadanya, badai sedang bergemuruh tanpa suara.

Maureen tertidur di kursi samping, masih mengenakan jaket tipis yang sama sejak tadi siang. Wajahnya kelelahan, namun ekspresinya tetap menunjukkan kepedulian yang mendalam.

Zivanna menoleh sekilas, lalu menatap jendela lagi. “Bukankah aku sudah terbiasa kehilangan?” gumamnya nyaris tanpa suara. “Tapi kenapa rasanya kali ini… berbeda?”

Kilasan ingatan menari di benaknya — wajah Kayvandra yang marah, suara David yang memaksa, jeruji besi dingin, dan tatapan dokter sore tadi. Semuanya berbaur, menciptakan kekacau
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    146. TAPAK TILAS MOONLIGHT BLOOM

    ​Ethan akhirnya menyerah pada tarikan tangan Bella. Dengan sisa-sisa napas yang masih sedikit berat, ia melangkah keluar dari jacuzzi, membiarkan tetesan air jatuh membasahi lantai marmer yang dingin. Ia segera meraih handuk kimono tebal berwarna putih dan menyampirkannya ke bahu Bella sebelum membungkus dirinya sendiri.​"Kamu benar-benar tidak kenal lelah, ya?" gumam Ethan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Matanya tak lepas dari Bella, yang meski terlihat lelah, memiliki binar mata yang lebih cerah dari biasanya.​"Kehilangan semangat adalah kemewahan yang tidak bisa aku beli, Mas," jawab Bella jenaka sambil mengikat tali kimononya. "Dan ingat, Mas punya utang satu kemenangan padaku di pasar malam nanti."***​Satu jam kemudian, mobil mewah Ethan membelah jalanan Moonville menuju sisi kota yang lebih merakyat. Kontras itu terasa nyata; dari kesunyian penthouse yang eksklusif menuju hiruk-pikuk suara mesin wahana permainan dan aroma harum gulali serta jagung bakar.​

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    145. SI PALING DOMINAN

    Lampu-lampu kota Moonville yang berkilauan di kejauhan menjadi saksi bisu saat atmosfer di dalam jacuzzi itu berubah dari sekedar hangat menjadi membara. Uap air yang mengepul di udara seolah memerangkap aroma tubuh mereka—perpaduan antara wangi Chateau Margaux yang berkelas, kelopak mawar, dan feromon murni yang memicu gairah.“Sekarang tidak ada lagi alasan untuk takut, jika Mas ingin kembali ke lintasan balap.” Suara Bella terdengar bagai bisikan. Mungkin terapi mental yang Bella berikan sedikit berbeda, namun bisa membuat Ethan merasa hidup dan mengalahkan ketakutannya sendiri.“Enghh…” ​Ethan mengerang rendah saat jemari Bella yang lentur mulai menelusuri garis rahangnya, turun ke leher, hingga berakhir di dadanya yang bidang. “Kematian ayah Kay adalah takdir yang sudah dikehendaki. Mas tidak pantas stuck di masa itu dan meratapi kesalahan di sepanjang hidup,”“Tidak semua orang mengerti, Bella.” “Sekarang saatnya Mas bangkit dan menunjukkan pada semua orang, kalau kerja keras

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    144. TARUHAN YANG TERBAYARKAN

    Raungan mesin Lamborghini Aventador milik Ethan membelah keheningan jalanan menuju sirkuit pribadi di pinggiran kota. Di balik kemudi, Bella tampak seperti orang yang berbeda. Rambutnya yang biasa tergerai rapi kini diikat kuda, menampakkan garis rahangnya yang tegas.​Ethan, yang duduk di kursi penumpang, sesekali melirik takometer yang jarumnya terus menanjak. Ia harus mengakui, Bella punya nyali yang luar biasa.​"Kau yakin bisa mengendalikan monster ini, Bel?" tanya Ethan, suaranya hampir tenggelam oleh suara mesin.​Bella hanya meliriknya dengan seringai tipis. "Jangan remehkan Bella si kutu buku ini, Mas. Diam-diam aku belajar banyak dari kamu, sang mantan pembalap.”***​Setibanya di sirkuit, dua mobil telah siap. Ethan memilih Porsche 911 GT3 miliknya. Ia tidak ingin membiarkan Bella menang begitu saja, meski tawaran di akhir balapan sangat menggoda. Ego seorang Dirgantara tetaplah tinggi.​"Tiga putaran," seru Ethan melalui interkom helm. "Kalau aku menang, aku yang menentuka

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    143. JACUZZI DAN LINGERIE

    Langkah kaki Ethan dan Bella bergema di sepanjang lorong pualam Chateau De Valois. Genggaman tangan Ethan terasa begitu kokoh, memberikan kekuatan yang tidak pernah Bella bayangkan sebelumnya. Namun, saat mereka mendekati tangga utama yang menuju ruang tengah, riuh rendah suara manusia dan kilatan lampu flash kamera mulai terasa.​Elena berdiri di tengah lobi dengan gaun merah yang mencolok, tampak kontras dengan suasana klasik Chateau yang tenang. Di sampingnya, beberapa jurnalis dari Moonville Daily sudah siap dengan perekam dan kamera mereka....​Saat sosok Ethan muncul di puncak tangga bersama Bella, suasana seketika hening. Elena mendongak, matanya berkilat antara amarah dan kecemburuan saat melihat tautan tangan mereka.​"Ethan!" seru Elena, suaranya melengking memecah keheningan. "Apa maksud semua ini? Kamu membiarkan perempuan tidak jelas asal usulnya ini tinggal di Chateau? Publik perlu tahu bahwa pernikahan kalian bukan hanya sandiwara bisnis semata. Kamu memiliki rencana

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    142. BUKAN SANDIWARA

    Sinar matahari pagi yang menembus celah gorden Chateau De Valois perlahan membangunkan Bella. Ia merasakan beban hangat di pinggangnya—lengan kokoh Ethan yang masih memeluknya erat, seolah takut ia akan menghilang begitu fajar menyapa.​Bella terdiam sejenak, menatap langit-langit kamar yang tinggi. Rasa nyeri di tubuhnya menjadi pengingat nyata bahwa malam tadi bukanlah mimpi. Ia bukan lagi sekadar "asisten" atau "partner kontrak". Batas yang selama ini ia jaga dengan ketat telah runtuh sepenuhnya.​"Sudah bangun?" Suara bariton Ethan yang serak khas bangun tidur menggetarkan punggung Bella.​Ethan mengecup bahu Bella yang terbuka, lalu membalikkan tubuh gadis itu agar menghadapnya. Mata Ethan yang biasanya tajam dan mengintimidasi, kini tampak lembut dan penuh proteksi.​"Mas..." panggil Bella lirih. Ada keraguan yang tiba-tiba menyelinap di hatinya. "Tentang yang Mas katakan semalam... soal kontrak itu..."​Ethan menjauhkan anak rambut yang menutupi wajah Bella, menatapnya dalam-da

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    141. MY FIRST LOVE

    ​Ethan mengangkat dagu Bella, menatap bibir ranum yang sedari tadi menggoda logikanya. "Bella..."​"Ya, Mas?"​"Malam ini, jangan pergi. Tetaplah di sini, bersamaku. Bukan sebagai partner kerja, tapi sebagai Violla Isabella yang selalu membuat hatiku menjadi hangat."​Tanpa menunggu jawaban, Ethan menunduk dan menyatukan bibir mereka dalam sebuah ciuman yang lembut namun penuh tuntutan. Ciuman itu tidak lagi dingin seperti kontrak kerja mereka; itu adalah ungkapan terima kasih, rasa bersalah, dan benih cinta yang mulai tumbuh di tengah reruntuhan masa lalu yang baru saja mereka lalui bersama.Ciuman yang awalnya terasa seperti ungkapan terima kasih itu dengan cepat berubah menjadi api yang membakar sisa-sisa kontrol diri Ethan. Di bawah temaram lampu Chateau De Valois, setiap sentuhan terasa ribuan kali lebih intens. Bella bisa merasakan detak jantung Ethan yang berdentum keras di dadanya, seirama dengan miliknya sendiri yang kian tak beraturan.​Ethan melepaskan tautan bibir mereka s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status