Beranda / Romansa / ISTRI 48 JAM TUAN CEO / 99. AKHIR SEBUAH KESALAHAN

Share

99. AKHIR SEBUAH KESALAHAN

Penulis: Purple Rain
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-22 21:56:45

Di Mansion Dirgantara, Zivanna sedang menyisir rambut panjangnya di depan cermin ketika ponselnya berdering. Itu adalah panggilan dari rumah sakit swasta New Archadia.

"Tuan Kayvandra Shawn Dirgantara mengalami kecelakaan parah di arena balap..."

Jubah sutra Zivanna terasa dingin. "Tidak...!" dunianya seketika runtuh. Ia menjatuhkan sisir rambutnya.

"Mama! Ada apa?" Sovia keluar dari kamarnya, setelah mendengar suara ibu-nya menjerit.

Zivanna menarik napas, berjuang menahan air mata, dan meraih kunci mobil. "Papa kamu... di rumah sakit. Ayo, kita harus cepat!"

Perjalanan ke rumah sakit terasa seperti tahunan. Dalam diam, Zivanna hanya bisa memeluk putrinya yang gemetar.

Setibanya di rumah sakit, suasana sudah tegang. Di ruang tunggu, mereka menemukan Ethan.

Wajah Ethan pucat, helm balapnya tergeletak di lantai, tubuhnya masih kotor dengan oli dan keringat. Ia hanya duduk diam, menatap kosong. Ia bahkan tidak menyadari kedatangan ibu dan adiknya.

Zivanna segera berlari ke arahnya dan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    125. BINTANG MALAMKU

    ​Wajah Bella memanas. Jarak yang tiba-tiba sirna itu membuat indranya dipenuhi aroma kopi, eau de parfum mahal, dan sesuatu yang—entah bagaimana—sangat akrab dari diri Ethan. Tubuhnya secara naluriah mundur selangkah, namun terhenti oleh dinding yang keras di belakangnya.​“Ethan, jangan mulai,” Bella berbisik, suaranya terdengar lebih seperti erangan. Situasi ini sama sekali tidak ada dalam “Kontrak Kerja” yang mereka setujui.​Ethan tersenyum tipis, senyum yang biasanya hanya ia tunjukkan saat berhasil memenangkan negosiasi besar, kali ini ditujukan padanya. Itu adalah senyum yang berbahaya.​“Kenapa? Bukankah itu yang kau inginkan?” tanyanya, suaranya rendah dan serak, nadanya bergetar dengan ejekan yang terasa intim. “Kau mencari petunjuk, bukan? Kau mencari alasan kenapa aku menggunakan 140204 sebagai sandi apartemen, kenapa aku meletakkan buku The Great Gatsby di kamarmu, kenapa… aku mulai mencari tentangmu lagi?”​Jantung Bella berdentum kencang, menanggapi setiap kata yang diu

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    124. THE GREAT GATSBY BOOK

    ​Bella berdiri mematung di ambang pintu. Jantungnya berdebar, bukan lagi karena rasa takut yang dingin, melainkan karena kebingungan yang hangat. 140204. Tanggal lahirnya. Apakah Ethan baru saja melakukan hal yang—sedikit cheesy? ​Menggelikan. Bella mendecak dalam hati. Dia pasti hanya kebetulan memilih kombinasi angka itu. Mungkin itu adalah tanggal penting lainnya di hidupnya, dan Ethan hanya salah mengingat tanggal ulang tahunnya.​Ia menarik napas, melangkah masuk, dan menutup pintu di belakangnya. Apartemen itu adalah cerminan sempurna dari Ethan: dingin, mewah, dan berjarak. Dinding-dindingnya adalah kaca dari lantai hingga langit-langit, menyuguhkan pemandangan spektakuler kota metropolitan yang kini mulai menyalakan lampu-lampunya, tampak seperti hamparan berlian di bawah kaki mereka. Dominasi warna abu-abu, hitam, dan navy pekat pada furniture minimalis memberikan kesan ketegasan, tidak ada satu pun objek yang terlihat "santai" atau "hangat."​Di seberang ruangan, di balik

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    123. DI BALIK TRAUMA

    ​Bella mengatur napasnya, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang masih memukul-mukul dadanya seperti palu. Kata-kata Ethan yang terakhir terngiang-ngiang di telinganya: "Kau adalah milikku." Kalimat itu dingin, tegas, dan entah mengapa terasa seperti rantai yang melilit pergelangan tangannya.​Ia segera berjalan ke mejanya, membuka laptop, dan mulai merencanakan jadwal perjalanan ke Moonvile dan Archenland. Dia harus memproses semua emosinya: amarah, frustrasi, dan ketakutan yang mendalam terhadap ibunya.​’Semua ini demi Mama. Enam bulan. Setelah itu, selesai,’ tekadnya.​Sore harinya, setelah makan siang formal yang dingin dan diwarnai instruksi-instruksi singkat dari Ethan, Bella menyelesaikan semua pengaturan untuk perjalanan mereka. Ia baru saja mencetak itinerary saat pintu kantor Ethan terbuka dan pria itu keluar, sudah mengenakan jaket cashmere abu-abu gelap, siap untuk pulang.​“Sudah selesai, Bel?” tanya Ethan, tidak menunggu jawaban.​“Sudah. Ini salinannya,” Bella men

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    122. KAU ADALAH KEKASIHKU

    ​Bella merasakan darahnya berdesir karena marah dan gugup. Senyum tipis dan licik di wajah Ethan seperti menyatakan bahwa pria itu memegang kendali penuh atas dirinya, seperti pion dalam permainan catur.​“Aku sudah bilang, aku tidak mau tahu urusanmu yang lain!” desis Bella, menatap mata tajam Ethan tanpa gentar. ​Ethan melangkah mendekat lagi, meniadakan jarak di antara mereka. Kehangatan tubuh Bella, yang ia rasakan melalui seragam OB-nya, dan aroma karbol samar yang masih tercium di balik parfum manisnya, memicu naluri kepemilikannya.​“Aku tahu kau tidak ingin tahu,” bisik Ethan, suaranya dalam dan pelan, hanya untuk didengar Bella. “Tapi aku ingin tahu. Apa pun yang membuat kekasihku harus menyelinap keluar saat jam kerja, mengganti seragam, dan kembali dengan napas terengah-engah, itu adalah urusanku.”​Bella memejamkan mata sesaat, frustasi. “Aku bukan kekasihmu, Ethan. Aku adalah orang yang kau bayar. Batasan kita jelas, dan itu tidak termasuk mencampuri urusan pribadiku.”​

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    121. ALL ABOUT KISSING

    ​Bella menyandar ke dinding lift yang dingin, mencoba menenangkan napasnya yang terengah-engah. Bau antiseptik dari Celestial Spring seolah masih melekat kuat di pakaiannya. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, berusaha menghapus sisa-sisa kepanikan bertemu Ethan. ​Tiga puluh menit. Waktu yang sangat tipis. ​Jika ia naik bus, ia akan terlambat. Tidak ada pilihan lain, ia harus naik taksi online. ​Saat ia keluar dari rumah sakit, Bella mengeluarkan ponselnya dan memesan taksi. Pandangannya menyapu jalanan yang macet di depannya, dadanya terasa sesak. Ia merasa seperti seorang penjahat yang sedang melarikan diri, padahal ia hanya seorang putri yang berjuang untuk ibunya. ​Taksi tiba lima menit kemudian. ​“Tolong ke Gedung Goc'ta Company di Distrik Pusat, secepat mungkin, Pak!” seru Bella kepada pengemudi. ​Sepanjang perjalanan, Bella tidak bisa mengalihkan pandangan dari jam digital di ponselnya. Pukul 10:25. Pukul 10:30. Pukul 10:40. Kemacetan seolah berkon

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    120. POSSESIVE CEO

    ​Bella menyambut para anggota dewan dengan senyum profesional dan formalitas yang sempurna. Ia mengarahkan mereka ke ruang VVIP, memastikan semua orang mendapatkan air mineral dan padfolio yang tepat. Dalam perannya, ia bergerak dengan efisien, kontras dengan gejolak batinnya yang baru saja ditimbulkan oleh Ethan.“Jika semua sudah beres, kau boleh pergi.” Ucap Alexa seakan memberikan peringatan untuknya.“Baik, Bu.” Bella mengangguk hormat."Violla," panggilan dari Alexa menghentikan langkahnya.Bella menoleh, "Iya, Bu? Apa ada yang perlu saya kerjakan lagi?""Tidak. Terima kasih..." ucapnya dengan wajah datar.Bella mengulas senyumnya, "Sudah menjadi tugas saya, Bu Alexa."​Setelah pintu ruang rapat tertutup, Bella tahu ia punya waktu luang sekitar dua jam, waktu yang sangat berharga. Ia meraih ponselnya, mencari jadwal bus tercepat menuju tempat yang harus ia kunjungi.​Ia bergegas ke ruang loker kecil di belakang pantry Eksekutif. Dengan gerakan cepat, ia melepaskan seragamnya dan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status