Seperti biasa, sebelum masuk ke kamar, ia menyempatkan diri untuk melihat keadaan ibunya. Namun ia tidak menjumpai siapapun di dalam kamar Aisyah. Baik Aisyah maupun perawat baru tersebut. "Mama kemana?? Tidak biasanya pada jam segini tidak berada di kamar??" kedua mata elang Exel menelusuri sudut kamar. Bahkan ia mencarinya di kamar mandi. Wanita itu tidak ada di manapun. Buru-buru ia keluar dan mencari tahu, kembali ia menuruni anak tangga, dan bertanya pada penghuni rumah siapapun yang ia temui di sana.Kebetulan Exel berpapasan dengan asisten rumah tangga, gegas ia menanyakan, di mana keberadaan ibunya. "Nona perawat membawanya jalan-jalan keluar, Tuan."Exel tertegun sejenak. Hampir berminggu-minggu Aisyah tidak pernah mau diajak refresing keluar rumah, sebagian waktu hanya ia gunakan dikediamannya saja selain itu ke rumah sakit.Karena cemas, Exel buru-buru menyusul keluar rumah, karena sepulang dari kantor ia tidak melihat ke duanya di luar rumah. Atau mungkin saja ia tidak
DOR!!"Astaghfirullah!" Anne memegang dadanya kuat. Hampir jantungnya terlepas dari tempat semula. Ia memejamkan mata sejenak, rasanya tubuhnya berdebar hebat. Anne mencoba menetralisir, mengamankan detak jantungnya, menarik dan menghembuskan nafas perlahan.Gegas ia membuka mata, mendengar gelak tawa Exel. Terlihat ia seperti baru menang lotre tingkat kecamatan. Senangnya bukan main. Apa sebegitu bahagianya dia melihat orang lain menderita?"Stop!!"Bukan malah menghentikan tawanya, malahan Exel mengeraskan suaranya. "Apa Anda kurang kerjaan menggoda saya begitu? Memang menurut Anda lucu?! Bagaimana jika saya punya penyakit jantung??—"Setelah beberapa saat akhirnya Exel bisa diam. Sembari memegang perutnya yang terasa sakit. "Aku yakin, kamu gak akan mati hanya karena aku mengagetkan mu.""Maaf, tidak ada waktu untuk bercanda!" sungutnya, melanjutkan pekerjaannya.Saat akan berjalan ke arah meja yang tak jauh darinya, ia terpeleset refleks ia mencari pegangan agar tidak jatuh, ia
Satpam terpaksa memberitahu Tuannya. Gegas ia berlari masuk ke dalam kediaman Adam tanpa permisi."Tuan!! Tuan!!""Dimanakah adab kesopanan mu!! Datang lari-lari, masuk tanpa permisi!!" Adam membusungkan dada kesal."Maaf Tuan Adam. Saya hanya ingin melaporkan, Nona Anne di culik!" ucapnya dengan nafas terengah-engah. Tapi untung saja nafasnya tidak terputus karena faktor usianya."APA?? Anne di culik?!" Hampir memberikan respon bersamaan. Adam dan Exel segera berdiri karena panik."Kamu jangan bercanda!!" Adam memberi ancaman. "Cepat Tuan Exel, tolong wanita itu. Saya tidak dapat mengejarnya. Dua pria berpakaian hitam memasukkannya ke dalam mobil."Tanpa banyak bertanya lagi, Exel meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Buru-buru ia menyusul mobil tersebut sesuai petunjuk pria berseragam coklat; yang telah bekerja di rumah Adam beberapa tahun lamanya.Satpam memberikan informasi mengenai nomor kendaraannya. Petunjuk yang benar-benar membantu. "Penjahat amatiran!! Mereka ti
Sekitar pukul 10. 30 malam, Anne telah sadar. Ia merasa sedikit pusing. Pandangannya mengedar. Merasa asing di ruang itu."Dimana aku?!" Memijit kepalanya yang masih terasa pening. Mengingat kejadian terakhir sebelum ia tak sadarkan diri.Beberapa pria berpakaian hitam meringkusnya. Membiusnya hingga tak sadarkan diri. Ia mulai bangkit dari tidurnya. Kedua matanya fokus pada pria yang bersandar di dinding sofa. "Tuan Exel??" ucapnya lirih. "Apa Tuan Exel yang menolongku?? Atau malah jangan-jangan pria itu dendam padaku dan menyewa orang suruhan untuk menyekap ku??"Kembali ia mengedarkan pandangan ke segala sisi ruangan. Dekorasinya sama seperti kamar milik Nyonya Aisyah. Dan kini barulah ia sadar jika saat ini sedang berada di kediaman Adam.Saat ia turun dari ranjang, Exel terbangun. Meski Anne sudah sangat berhati-hati. Tetap saja pria itu dapat mendengarkan gerakan tubuhnya."Sudah sadar rupanya." Hanya satu bait kalimat tak berarti. Anne harus tetap berhati-hati terhadapnya. Ia
"Saya akan antar kamu pulang!!" "Tidak perlu. Saya bisa pesan taksi online." Anne menolaknya dengan halus. Sembari membuka tas melihat ponselnya. Takut-takut ayahnya menelepon namun ia tidak mendengarnya. 'Ya ... Kehabisan daya.' batinnya menatap gawai yang sudah mati."Jangan!! Aku khawatir. Ini sudah akan larut malam. Aku tidak ingin kejadian tadi terulang kembali. Jadi biarkan aku mengantarkan kamu.""Baiklah jika itu tidak merepotkan Anda." Akhirnya ia menyetujui penawaran Exel. Karena pun ia tidak akan bisa memesan taksi karena ponselnya mati."Shitt ... bicaramu terlalu serius."Keduanya berjalan keluar, beriringan. Tanpa sadar, Exel menggandeng tangannya. Anne sempat melirik ke bawah. Ada yang beda dari sifat biasanya yang cuek dan masa bodoh terhadapnya. Ah ... mungkin ia hanya reflek atau tidak sadar saja. Begitu pikirnya.Anne tidak berkata apapun sampai keduanya masuk kedalam mobil. Dan beberapa saat, kuda bermesin Exel melaju cepat.Selama dalam perjalanan ..."Tuan ..."
"Dasar sombong!!" umpat Exel lirih, melanjutkan kegiatan rutinitas setiap paginya di meja makan.'Ivanna ... kau harus bisa meluluhkan pria ini.' batinnya menguatkan diri yang sedikit goyah mendengarkan ucapan Exel. 'Jangan panggil Ivanna jika aku tidak bisa melakukannya. Biar dia milik perawat sialan atau wanita lain pun, aku tidak membiarkannya.' Lgi wanita itu bicara tanpa suara.Tanpa menunggu dua pria itu mengizinkan, wanita itu masuk saja ke dalam kamar Aisyah. "Permisi Om, Exel, saya mau melihat keadaan Tante Aisyah dulu——"Keduanya hanya menatap heran, "Xel, lebih baik kita bisa lebih tegas pada wanita itu!! Papa tidak ingin terjadi apapun pada Mama Aisyah. Mentang-mentang papanya investor di perusahaan kita, dia jadi bisa bertindak semaunya. Rasanya harga diri papa di injak-injak oleh gadis itu!!' seloroh Adam saat Ivanna sudah tidak terlihat lagi.Exel paham, ia pun menyuruh anak buah Adam untuk menjaga Aisyah. Mereka akan bekerja 24 jam untuk menjaganya.Di kamar Aisyah ..
Matahari telah condong ke arah barat. Langit biru sudah berubah warna menjadi jingga. Sinar mentari mulai redup. Masih tampak cantik di langit yang luas. Seorang wanita berparas ayu usai memberi privat pada beberapa murid-muridnya, tentang pelajaran dan pekerjaan rumah yang diberikan guru disekolah."Untuk pertemuan sore ini, Kakak Aisyah akhiri ya adik-adik, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka serempak.Sikap lembut yang dimiliki Aisyah membuat anak-anak menyayanginya seperti kakak sendiri. Tidak ada upah untuk pekerjaannya. Ia lakukan semua dengan ikhlas.Kehidupannya yang sendiri tidak menjadikan semua itu beban. Ia akan terus berusaha mewarnai hidupnya dengan kegiatan yang bermanfaat.Aisyah menarik tas kecil selempangnya lalu menata kembali meja dan kursi yang telah dipakai. Didekat balai desa, ada sebuah tempat untuk Aisyah mengajar. Meski tidak tidak terlalu luas. Cukup untuk menampung banyak muridnya. Diba
Keesokan harinya di sebuah cafe ...Seorang wanita cantik dan modis, mengulas senyum jahat karena tujuannya telah tercapai. Ia menarik salah satu sudut bibirnya dan membayangkan penderitaan yang akan dialami oleh Aisyah."Apa benar kamu sudah membuat wanita itu menderita seumur hidupnya? Kalau boleh saya tahu, apa yang telah kau lakukan pada wanita itu?" tanya dia penasaran.Pria berjas hitam tebal itu menyilangkan kaki, dan meneguk minuman bersoda beberapa kali, lalu menjawabnya, "Aku sudah merenggut kehormatannya. Menurut kamu apakah yang aku lakukan padanya sudah sebanding dengan apa yang ia perbuat pada saudaraku?"Adam Smith, pria berdarah Jerman, yang memiliki perusahaan terbesar di kota ini, merasa lega telah meluapkan kesalnya pada wanita yang sudah dianggap menghancurkan keluarganya."Apa?" Dengan menutup mulut karena tidak percaya, akan apa yang diperbuat Adam."Kenapa memangnya? Sepertinya kau sangat terkejut? Bukankah itu sudah sebanding dengan kesedihan yang keluargaku a