Home / Romansa / ISTRI BISU Tuan Terhormat / 75. Bukan Iba, Tapi Cinta

Share

75. Bukan Iba, Tapi Cinta

Author: desafrida
last update Huling Na-update: 2025-07-27 17:27:15

Adrian kembali ke rumah sakit dengan langkah mantap. Di sepanjang perjalanan, ia memikirkan ulang semua keputusan yang telah ia ambil dan untuk pertama kalinya, semuanya terasa benar.

Sesampainya di lantai rawat inap Liora, ia langsung menuju kamarnya. Beberapa perawat yang mengenalnya segera memberi hormat kecil.

“Suster? Apa pasien sudah makan dan minum obat?” tanyanya.

“Sudah, Tuan.” Salah satu suster yang baru keluar dari ruangan Liora melaporkan.

"Terima kasih," ucap Adrian singkat sebelum membuka pintu kamar.

Aroma antiseptik tercium memenuhi ruangan. Liora duduk tegak, tampak tak nyaman dengan matanya kosong menatap jendela.

Adrian melangkah pelan. Masih ada suster lain di sana yang terlihat baru saja memeriksa punggung Liora.

Suara Adrian tenang, namun ada getaran emosi yang ia sembunyikan dalam kata-katanya.

"Apakah punggung istriku sudah baikan?”

Liora menoleh. Perlahan. Gerakannya lambat, seolah butuh waktu untuk mencerna pertanyaan itu.

"Istriku...?"

Ia menatap Adrian deng
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   79. Liora Tiba-Tiba Berteriak

    Beberapa hari berlalu. Sakit perlahan sembuh, begitu pula dengan bekas luka di punggungnya. Tapi tidak dengan lukanya yang lain yang tak terlihat, yang tetap menganga. Luka hati dan batinnya yang terus bertambah.Pagi itu, ia diperbolehkan pulang.Adrian yang sejak awal setia menemaninya, bersiap untuk membawanya pulang ke rumah yang sudah dia siapkan.Mobil hitam sudah berhenti di depan rumah sakit, Gavin turun membukakan pintu, untuk Adrian dan Liora.Liora melangkah perlahan, tubuhnya masih lemah meski sudah jauh lebih baik. Di sisinya ada Adrian yang menggenggam tangannya.“Hati-hati,” ucap Adrian penuh perhatian.Mereka sudah dudu di dalam mobil. Adrian terlihat lega karena pada akhirnya Liora membaik. Walaupun ia tahu, tidak mudah menyembuhkan luka hatinya yang melibatkan harga diri dan batinnya.Gavin mengemudi pelan. Di kursi belakang, Adrian sesekali mencuri pandang ke arah Liora, tapi perempuan itu terus menatap keluar jendela. Wajahnya kosong. Sorot matanya seperti jendela

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   78. Niat Jahat Liora

    Kalimat itu menikam, namun Adrian hanya mengangguk lemah.Dia pantas mendapatkannya. Liora tidak salah.Setidaknya dia masih mengizinkan Adrian memakaikan cincin itu. Tidak melepasnya. Walau kata-katanya jujur.Adrian ingin berkata, bahwa cincin itu bukan lagi sebagai simbol pernikahan kontrak untuk meyakinkan publik. Mungkin sekarang, Liora tidak akan percaya, tapi dia akan berusaha untuk mengubah makna cincin itu, menjadi yang sebagaimana harusnya.Tepat saat ia ingin menjelaskan, ponselnya kembali berdering. Suara nyaringnya menghentikan keheningan.Adrian melirik layar. Wajahnya langsung berubah serius.“Sebentar,” katanya singkat pada Liora, lalu berjalan keluar kamar.Begitu pintu tertutup, Adrian mengangkat telepon.“Bagaimana?” tanyanya buru-buru.“Bos.” Suara berat anak buahnya terdengar serius dan tegang. “Kami menemukan percakapan dua anak buah itu dengan bos mereka. Hari ini mereka menghubunginya. Kami tahu dari hasil menyadap handphone mereka. Dua anak buah yang malang it

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   77. Usaha Menebus Kesalahan

    Adrian kembali duduk di posisinya. Liora masih memunggunginya. Malam itu berlalu dengan dingin, sunyi dan rasa tidak percaya.Pagi itu, sinar matahari merayap pelan lewat tirai kamar rawat. Adrian baru saja melihat Liora diperiksa oleh perawat dan akan diganti pakaiannya. Sekaligus membersihkan tubuhnya.Tiba-tiba handphone-nya berdering. Ada nama Gavin di sana. Ia menoleh sebentar ke arah Liora, seolah ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Lalu dia melangkah mundur dan perlahan keluar dari ruangan.Liora hanya diam, duduk tenang di tepi ranjang sambil memperhatikan punggung Adrian yang menjauh.Matanya tak berkedip. Bukan karena tidak ingin pria itu jauh darinya, tapi dia ingin tahu.Ingin tahu apa lagi yang direncanakan pria itu. Apakah perhatian yang ditunjukkan Adrian hanya topeng lain, bagian dari rencana besar untuk terus mengendalikan hidupnya. Atau… sesuatu yang bahkan lebih dalam, lebih rumit?Saat pintu menutup perlahan, hening mengambil alih ruangan.Tak lama kemudian,

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   76. Sesal yang Sedalam-Dalamnya

    Malam telah larut. Lampu di kamar rawat Liora sudah redup, menyisakan cahaya lembut dari lampu sudut ruangan. Aroma antiseptik masih memenuhi udara, tetapi yang paling terasa adalah keheningan.Liora perlahan membuka matanya. Ia terbangun. Matanya masih berat, tubuhnya lemah, tapi ada sesuatu yang membuatnya terbangun. Sesuatu yang hangat di dekatnya.Ia menoleh pelan dan terkejut.Adrian tertidur di sisi ranjang, kepalanya menyandar di sisi tempat tidur Liora. Posisi duduknya tampak tidak nyaman, bahunya miring, dan dahinya mengerut seolah bahkan dalam tidur pun ia tidak tenang. Tangannya masih menggenggam tangan Liora erat, seolah takut dilepas.Liora menatap pria itu cukup lama.Jantungnya tidak bisa memungkiri bahwa ini menyentuh. Bahwa hatinya sempat terguncang. Tapi akalnya, dengan semua pengalamannya yang pahit, membuat hatinya sadar untuk tetap kuat dan tidak benar-benar jatuh.‘Kenapa? Kenapa dia berubah?Kenapa seperti ini?Setelah semua luka... kenapa dia bersikap seperti i

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   75. Bukan Iba, Tapi Cinta

    Adrian kembali ke rumah sakit dengan langkah mantap. Di sepanjang perjalanan, ia memikirkan ulang semua keputusan yang telah ia ambil dan untuk pertama kalinya, semuanya terasa benar.Sesampainya di lantai rawat inap Liora, ia langsung menuju kamarnya. Beberapa perawat yang mengenalnya segera memberi hormat kecil.“Suster? Apa pasien sudah makan dan minum obat?” tanyanya.“Sudah, Tuan.” Salah satu suster yang baru keluar dari ruangan Liora melaporkan."Terima kasih," ucap Adrian singkat sebelum membuka pintu kamar.Aroma antiseptik tercium memenuhi ruangan. Liora duduk tegak, tampak tak nyaman dengan matanya kosong menatap jendela.Adrian melangkah pelan. Masih ada suster lain di sana yang terlihat baru saja memeriksa punggung Liora.Suara Adrian tenang, namun ada getaran emosi yang ia sembunyikan dalam kata-katanya."Apakah punggung istriku sudah baikan?”Liora menoleh. Perlahan. Gerakannya lambat, seolah butuh waktu untuk mencerna pertanyaan itu."Istriku...?"Ia menatap Adrian deng

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   74. Membawa ke Tempat yang Lebih Baik

    Setelah mengatakan itu dan membuat mereka semua terdiam, Adrian langsung melangkah masuk munuju kamarnya.Ia duduk di tepi ranjang, menunduk sambil meremas akar rambutnya sendiri, mencoba menenangkan amarah dan kegelisahan yang terus berdesakan dalam dadanya. Tatapannya mendarat pada sofa. Penyesalannya semakin dalam mengingat Liora yang selalu terpenjara di sana.Suara ketukan pelan di pintu menyusul.“Om? Ini aku,” suara itu lembut, ragu.“Masuk saja, Luca.”Luca masuk dengan langkah hati-hati, lalu menutup pintu di belakangnya. Ia berdiri agak jauh sebelum akhirnya memberanikan diri berkata, “Ada yang ingin aku katakan. Tadi aku mendengar semuanya… sejak Nenek bicara tadi.”Adrian menatapnya, tapi tak mengatakan apa-apa.Luca melanjutkan, “Nenek bilang… kalau Tante Liora kembali ke rumah ini, dia akan memastikan hidupnya seperti di neraka. Katanya, wanita bisu tidak pantas menjadi bagian keluarga kita.”Adrian diam sejenak. Matanya tertuju pada lantai, lalu ia mendongak perlahan, m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status