Share

ISTRI BONEKA TUAN SADEWA
ISTRI BONEKA TUAN SADEWA
Author: Vera Nox

01. Tawaran Gila

Author: Vera Nox
last update Last Updated: 2025-07-13 01:06:27

"Jadi, nama kamu Linda Hayden?"

Linda Hayden menganggukkan kepalanya pelan. Lidahnya seolah tak berfungsi dengan baik saat ini. Pun demikian juga dengan otak kecilnya yang mendadak blank—tak bisa memikirkan apapun yang bisa ia katakan sebagai jawab dari pertanyaan sederhana itu.

Sedari tadi, sejak ia memasuki ruang yang katanya adalah ruang kerja bos barunya itu, Linda sudah terpaku pada sosok itu. Sesosok pria tinggi besar dengan garis rahang tegas, dan mata tipis yang sangat bertolak belakang dengan alis lebat yang membuat pria itu makin menakutkan.

"Be- betul, Pak." Akhirnya ia menjawab juga, sedikit terbata yang membuat pria itu mengerutkan keningnya.

"Kamu tahu kenapa kamu di sini?" Suara berat si tampan berjas hitam itu kembali menggema.

“Wawancara kerja, Pak?” jawab Linda yang—lebih terdengar seperti pertanyaan.

"Dan— kamu melamar ke sini sebagai apa tepatnya, Linda?" tanya Pria itu lagi yang tidak puas dengan jawaban menggantung Linda. Raut mukanya sedikit berubah, lebih datar dan terkesan mendominasi?

Terlebih ketika ia juga menyilakan di atas kursi. Tangannya juga, ikut tersilang yang anehnya malah membuat pria itu makin terlihat tampan dan gagah di matanya.

"Office girl?" lagi, jawaban Linda terdengar ragu. Karena sejujurnya saja, ia tidak begitu ingat tawaran pekerjaan apa yang ia terima dari sepupunya. Yang jelas Mbak Eka—sepupupu Linda—menawari Linda untuk bekerja di perusahaan tempatnya bekerja. Linda yang memang sedang butuh pekerjaan karena tiba-tiba diwarisi tumpukan hutang oleh kedua orangnya pun, tanpa banyak bertanya segera mengiyakan tawaran Mbak Eka.

Dan kemarin malam, Mbak Eka memberitahu Linda kalau ia dipanggil wawancara langsung oleh calon bos barunya. Mbak Eka tidak memberitahu jenis pekerjaan apa yang akan ia lamar, dan bodohnya lagi Linda juga tidak bertanya pada perempuan itu.

Jadi, ia hanya asal menjawab saja. Toh, apalagi yang bisa dikerjakan oleh lulusan SMA sepertinya di perusahaan 20 lantai ini selain menjadi pesuruh?

"Office girl?" ulang si bos tampan.

Pria itu malah mengernyitkan kedua alisnya, sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas, membentuk sebuah seringai kecil yang cocok sekali dengan wajah tampannya. Maksudnya—dia memang tampan dan menawan, tetapi cukup menyeramkan juga.

“Anu… Pak… Sebenarnya saya nggak terlalu tahu pekerjaan apa yang saya lamar, saya lupa bertanya pada Mbak Eka—orang yang memberitahu saya lowongan di sini— tapi sepertinya memang office girl.”

Pria itu tergelak. Tertawa cukup puas seolah ia baru saja mendengar lelucon paling lucu dari peserta stand up comedy terlucu sepanjang sejarah. Linda sendiri yang bingung kenapa pria itu tertawa hanya bisa terkekeh canggung.

"Linda, Linda. Kamu ini polos atau bodoh sebenarnya? Bisa-bisanya kamu melamar pekerjaan yang kamu sendiri tidak tahu job desc dan rincian pekerjaannya bagaimana?" kata pria itu. Tawanya hilang, ekspresinya pun kembali datar.

Linda jadi bertanya-tanya. Apakah pria ini aktor yang sedang menyamar menjadi CEO perusahaan multinasional? Kalau bukan, kenapa ia sangat pintar mengubah ekspresinya secara drastis hanya dalam hitungan detik?

"Maksud bapak?" tanya Linda. Namun pria itu hanya menggelengkan kepalanya. Masih dengan seringai anehnya yang entah kenapa membuat bulu roma Linda seketika meremang.

Lalu tangannya yang semula menyilang di atas perut itu terulur, mengambil sesuatu yang ada di atas nakas—tepat di samping sofa tempatnya duduk, dan menyimpannya di atas meja.

"Buka."

Linda mengernyitkan keningnya. Bingung juga tidak mengerti dengan perintah tidak jelas yang diucapkan oleh pria itu.

Apanya yang dibuka?

"Apanya, Pak?"

"Map itu. Buka dan baca kontrak kerja kamu. Kamu saya terima bekerja."

Mata Linda berbinar. Perempuan itu senang luar biasa. Ditatapnya mata Sang bos barunya lama-lama, dengan tatapan penuh haru yang membuat seringai pria itu makin lebar.

"Serius, Pak?" tanyanya masih tak percaya.

Alangkah indahnya hidup Linda jika begini. Sekalipun ia ditinggalkan banyak hutang oleh kedua orangtuanya, tetapi ia bisa bekerja di perusahaan besar dengan bos super tampan. Tidak hanya itu, bosnya itu juga jauh dari kata dingin dan menyeramkan seperti kebanyakan bos atau CEO yang digambarkan di novel-novel roman picisan yang sering ia baca. Justru, pria itu banyak bicara dan suka tertawa.

"Iya, buka dulu makanya," kata Bos barunya itu. Nada suaranya sangat lembut dan manis, dengan senyuman setengah seringai yang menghiasi wajahnya.

Kedua mata pria itu sedari tadi menatapnya, seolah menunggu Linda membuka map itu dan membacanya. Maka dari itu, Linda pun segera mengambil map itu, membukanya, dan perlahan membaca isinya dengan seksama.

"Tapi, kalau kamu sudah membukanya, kamu wajib menandatangani surat kerja itu."

Mata Linda membulat sempurna. Perempuan itu terkejut bukan main. Bukan hanya karena perkataan bernada kelewat manis yang keluar dari bibir atasannya, melainkan juga judul yang tertera di surat kontrak kerja yang baru saja ia buka.

Makin ia baca isi kontraknya, makin membulat pula mata dan juga bibir mungilnya.

"Apa maksudnya ini, Pak? Istri kontrak?!" Linda membeo.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   45

    Waktu yang seharusnya dipakai mandi itu malah dipakai untuk bercumbu lagi. Dan Linda tidak bisa memprotes. Karena setiap kali memprotes, Sadewa akan semakin membuat Linda gila dengan setiap sentuhannya. Barulah setelah hampir satu jam, Sadewa benar-benar memandikan Linda. Lalu segera membungkus Linda dengan handuk setelah selesai membersihkan perempuan itu."Saya takut malah membuat kamu kotor lagi," bisik Sadewa saat menutupi tubuh Linda dengan handuk kimono itu. Dan setelahnya barulah Sadewa membilas tubuhnya sendiri. Iya. Dia membilas tubuhnya di hadapan Linda yang duduk mematung. Menyaksikan pria itu basah-basahan tanpa busana. Benar-benar gila. "Sadewa... Apa Arum hari ini juga akan menata rambut dan wajahku?" tanya Linda saat mereka akhirnya keluar dari kamar mandi. Sadewa langsung mendudukan Linda di kursi rias. Sementara pria itu mencari baju. Satu untuknya. Dan satu setel lagi untuk Linda. Pria itu langsung memberikan satu dress panjang tanpa lengan ke arah Linda.War

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   44. Biar Saya Bantu Bilas (18+)

    "Ini masih pagi."Linda menepis tangan Sadewa yang kembali bergerilya di tubuhnya. "Dan kamu harus bangun karena ini sudah pagi." Sadewa tak mau kalah. Pria itu mencium kening istrinya lalu ke arah bibirnya."Hari ini ikut saya ke kantor."Linda yang masih memejamkan matanya sambil memeluk guling itu otomatis membuka matanya. Matanya membola, menatap bingung ke arah Sadewa yang kembali mengecup bibirnya."Ayo, bersiap," kata Sadewa lagi sebelum Linda sempat memprotes. Ah, tidak. Linda menelan bulat-bulat keinginannya untuk memprotes atau bertanya saat ia ingat betapa mengerikannya Sadewa kemarin.Jadi, Linda hanya menganggukan kepala patuh. Sadewa yang melihat Linda menganggukkan kepalanya itu pun kembali mengecup pelan kening perempuan itu. Bibirnya sedikit melengkung ke atas membuat senyuman tipis yang cukup menyilaukan mata. Ah. Linda benar-benar membenci Sadewa yang begini. Kadang pria itu selembut kapas. Kadang pula sekasar dan sekeras kulit durian. Mau dia itu apa sih se

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   43. Siang dan Panas (18+)

    "Ugh... Sadewa..." Ini masih siang. Matahari juga masih bersinar sangat terik dan panas. Namun apa yang dilakukan Sadewa jauh lebih panas dan membara. Lebih panas dari kuah malatang yang jatuh dan mengenai pahanya akibat ulah Sadewa yang tiba-tiba menyambar bibirnya. Ah. Bahkan Linda sendiri tak ingat bagaimana mulanya. Perempuan itu tak sadar, tahu-tahu jarak mereka makin dekat dan tipis. Napas memburu Sadewa yang makin panas di kulit wajahnya, dan.... Cup. Satu kecupan ringan yang berubah menjadi kecupan panas dan ganas. Arum dan kedua pelayannya yang lain—juga beberapa orang pelayan lain selain pelayan pribadinya langsung saja bubar barisan. Tak ingin melihat adegan tak senonoh Tuan dan Nyonya yang mereka layani. "Ah..." Panas. Rasanya panas. Bukan hanya sapuan bibir Sadewa yang membakar, tapi juga kuah malatang mendidih yang tumpah dan mengenai pahanya saat pria itu semakin memperdalam pagutannya. Namun sensasi perih itu tak bertahan lama. Sadewa dengan s

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   42. Menghilang dan Kembali

    Sadewa pergi lagi setelah bertemu dengan Kakeknya. Dan pria itu belum kembali juga sampai sekarang. Linda? Tentu saja dia khawatir. Bukan khawatir karena Sadewa yang belum kembali pulang. Melainkan khawatir dengan isi pembicaraan Sadewa dengan sang kakek. 'Apa Kakek Atmadja akhirnya tahu kalau dia itu cuma istri kontraknya Sadewa?'Kalau ketahuan kan, bahaya. Ugh. Mana, Sadewa juga tak bisa dihubungi lagi. "Apa kamu tahu kemana Sadewa?" tanya Linda pada Arum yang tentu saja dibalas oleh gelengan kecil pelayan itu. "Mohon maaf, Nyonya. Tapi tuan sama sekali tidak mengatakan apapun saat pergi," katanya sambil membungkuk hormat. Linda hanya menggigit bibir bawahnya. Ia lalu kembali menghubungi nomor Sadewa. Namun lagi-lagi nomor ponselnya tak dapat dihubungi. Kemana sebenarnya Sadewa pergi?.....Besoknya pun, Sadewa masih belum kembali. Ponselnya pun masih tak bisa dihubungi. Saat dia bertanya pada Mbak Eka pun—sekretarisnya— dia berkata kalau Sadewa malah membatalkan semua a

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   41. Boneka?

    Begitu mobil berhenti di rumah Sadewa, Linda kembali ditarik secara paksa.Tidak ada sedikit pun kelembutan. Sadewa benar-benar memperlakukan Linda layaknya barang, bukan lagi seorang manusia.Perlakuan itu membuat Linda marah sekaligus sedih setengah mati."Pa... Pak..."Sadewa tidak menyahut. Ia masih menyeret lengan Linda untuk mengikuti langkah lebarnya.Hingga akhirnya, langkah mereka berdua terhenti oleh sosok tamu tak diundang yang tiba-tiba muncul dari balik pintu rumah megah itu."Eyang? Apa yang Eyang lakukan di sini?" tanya Sadewa, suaranya serta-merta kehilangan nada kasar dan berubah menjadi lebih tertahan.Dalam sekejap, cengkeraman Sadewa yang keras dan menyakitkan di lengan Linda melemah. Jari-jarinya yang tadinya menggenggam seperti besi berubah menjadi sebuah genggaman yang halus, bahkan hampir protektif. Seolah dalam sedetik, Linda berubah dari "barang" tak berharga menjadi "harta" yang harus dilindungi di depan kakeknya.Linda pun tak mau kalah. Ia memasang senyuma

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   40. Petaka

    "Ah... Sa... Sadewa..."Linda meringis ketika pria itu menghentikan langkahnya, lalu dengan kasar melemparkan tubuhnya ke kursi samping kemudi."Sepertinya saya sudah terlalu lunak sama kamu," ucap Sadewa, suaranya dingin menusuk.Linda cepat-cepat menggeleng. Tatapannya gemetar, terpaku pada sosok Sadewa yang kini tampak jauh lebih menyeramkan.Ia selalu tahu Sadewa menakutkan. Tapi baru kali ini Linda menyadari betapa mengerikannya pria itu ketika sedang marah."Sa... Sadewa..." bisiknya lirih.Blam!Pintu mobil dibanting keras, membuat Linda tersentak kaget.Sadewa benar-benar tidak menghiraukannya. Pria itu bahkan tidak sudi melirik sedikit pun ke arahnya.Sadewa masuk ke mobil dari sisi pengemudi. Suara gesekan kulit jok terdengar ketika tubuh tegapnya menghantam kursi.Tangannya langsung meraih setir, sementara rahangnya mengeras, urat di lehernya menegang.Linda menelan ludah. Jemarinya bergetar di atas pahanya. Ia ingin bicara, tetapi lidahnya terasa kelu.Ugh. Sepertinya ia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status