Share

Istri kontrak

Penulis: Vera Nox
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-13 01:39:43

Mata bulat dan jernih perempuan itu menatap penuh tanya ke arah sang bos tampan yang—baru Linda sadari tengah tersenyum licik ke arahnya. Senyuman yang tidak hanya menawan, melainkan juga mengandung bisa beracun yang dapat melumpuhkan lawannya kapan saja.

"Kenapa? Kamu tidak suka dengan isi kontraknya?" tanya pria itu.

Linda rasanya ingin tertawa. Oh, tentu saja ia tak suka!

Sekalipun ia menyukai paras tampan pria itu—dan harum maskulinnya yang cukup memabukkan, bukan berarti Linda ingin menjadi istri kontraknya. Terlebih lagi, apa-apaan dengan semua isi kontraknya itu?!

"Jelas saya nggak suka, Pak. Saya datang ke sini melamar untuk bekerja di perusahaan Bapak. Bukan mau jadi mainan Bapak."

Pria itu tertawa. Seolah ia baru saja mendengar stand up comedy paling lucu sejagat raya. Tawanya begitu merdu dan candu, tetapi di sisi lain mampu membuat seluruh bulu roma Linda berdiri.

"Bukankah sama saja? Baik itu bekerja di perusahaan saya ataupun jadi istri kontrak saya, dua-duanya tetap saja bekerja untuk saya, kan, Linda?" tanyanya.

Tawa pria itu hilang, digantikan dengan wajah super duper serius dan dingin—yang makin membuat pria itu terlihat tampan—. Auranya yang begitu mendominasi membuat ruangan yang luas ini tiba-tiba terasa sesak.

Matanya yang semula terpaku pada manik hitam milik sang bos tampan, tiba-tiba berkelana gelisah. Entah kenapa, ia tak lagi sanggup menatap sorot mata tajam itu—sepasang mata tipis yang seolah tengah menelanjangi dirinya tanpa ampun.

"Jawab saya, Linda."

Linda menelan ludahnya saat mendengar suara si pria yang makin berat dan tajam. Apalagi senyuman—ralat, seringai tipis yang menghiasi wajah si bos muda yang makin membuatnya terlihat menyeramkan.

"Sa-saya..." Linda terbata.

Linda tak terbiasa dengan segala bentuk dominasi. Kedua orangtuanya selalu mengajarkan Linda dengan lembut dan penuh kasih sayang, tak ada bentakan, dan tak ada perintah penuh tekanan.

Jadi, ia sama sekali tak tahu caranya menghadapi pria yang penuh dominasi seperti atasannya ini. Dan itu membuat Linda ingin menangis.

Yah. Mata bulatnya itu memang hampir meneteskan air mata andai saja ia tak mendengar tawa renyah lagi dari sosok itu.

Pria itu, kembali tertawa setelah membuat Linda tertekan setengah mati!

"Kamu lucu. Saya jadi makin suka kamu," katanya setelah tawanya berhenti.

Linda terpaku. Tak tahu lagi harus bereaksi bagaimana melihat perubahan sikap sang bos muda tampan yang berubah begitu cepat. Ia mulai bertanya-tanya, jangan-jangan pria itu sebenarnya seorang aktor yang sedang menyamar sebagai pemilik perusahaan multinasional?

"Tapi bagaimana, ya? Seperti yang sudah saya katakan. Sekali kamu membuka map itu, maka kamu sudah saya anggap setuju untuk menjadi istri kontrak saya," kata Pria itu lagi seolah memaksa Linda untuk kembali ke dunia nyata yang begitu menakutkan.

"Ke-kenapa harus saya... Bapak bahkan nggak mengenal saya sebelumnya..." cicit Linda terbata.

Perempuan itu berusaha menarik napas dalam sebelum memberanikan diri balas menatap mata tajam si bos gila.

"Sa-saya da-datang ke sini untuk wawancara kerja, Pak."

Seringai di bibir pria itu makin lebar. Dan barulah otak Linda yang lamban ini menyadari darimana pria itu mengenalnya dan kemungkinan kenapa ia bisa terjebak dengan tawaran gila pria itu

"Dan inilah pekerjaan yang Eka maksud. Menjadi istri kontrak saya, Sadewa Atmadja, CEO sekaligus pewaris satu-satunya Atmadjaya Group." Pria itu menjeda kalimatnya. Matanya mengamati Linda yang masih diam tak bersuara.

"Kamu sudah baca kontraknya, kan? Di situ jelas tertulis, kamu bekerja sebagai istri kontrak saya. Tidak ada durasi pasti, tapi paling cepat enam bulan, atau maksimal mungkin empat tahun. Kamu dapat uang muka 200 juta dan gaji 25 juta per bulan. Selama jadi istri saya, kamu juga dapat tempat tinggal mewah, makan tiga kali sehari." Sadewa Atmadja menjelaskan secara singkat isi 'kontrak kerja' mereka.

"Bukannya kamu juga perlu banyak uang untuk membayar utang kedua orangtuamu kamu yang tidak bertanggung jawab itu?" lanjut pria itu seraya menyeringai.

Linda membulatkan matanya. "Da-dari mana bapak tahu soal utang saya?"

"900 juta, sudah dibayar 200 juta dengan menjual rumah peninggalan orangtua. Tapi, apakah kamu yakin bisa melunasi sisanya walaupun kamu sudah bekerja sampai mati?"

Lagi, Linda dibuat terkejut dengan perkataan pria itu barusan. Tangannya mengepal erat, menahan perasaan tak nyaman yang mulai menggerogoti hatinya.

Kenapa dia bisa sampai tahu sejauh ini?

"Kenapa diam saja? Cepat tanda tangani. Kapan lagi kamu bisa melunasi hutang keluargamu yang nyaris satu milyar itu hanya dalam waktu satu tahun?"

"Atau kurang? Kalau kurang saya bisa langsung berikan uang satu miliar itu sekarang—begitu kamu menjadi istri saya tentunya."

Penawaran itu jelas cukup menggiurkan. Apalagi saat ini ia juga butuh banyak uang untuk melunasi utang yang ditinggalkan ibu dan bapaknya. Namun, akal sehatnya berkata bahwa ia tak boleh mengiyakan tawaran dari iblis tampan bernama Sadewa Atmadja itu.

Dan Linda ingin menolak. Perempuan itu sungguh ingin menolak dengan tegas penawaran barusan—istri kontrak, pernikahan kontrak, atau apalah itu namanya. Namun, entah kenapa bibirnya terasa kelu. Atau lebih tepatnya, ia tak mampu mengucap kata ‘tidak’.

Tekanan yang diberikan pria itu lewat tatapannya benar-benar kuat. Sangat mencekam dan menyeramkan. Mata tipis dan tajam milik pria tampan itu seperti bilah pisau yang menusuk langsung ke ulu hatinya—dingin, datar, tanpa ampun. Sorot matanya seperti memerintah tanpa suara dan berkata: “Kamu tahu kamu tidak punya pilihan.”

Padahal Sadewa Atmadja tidak melakukan apapun lagi setelahnya. Ia hanya duduk dan mengamati di seberang meja, bersandar santai, tetapi aura yang memancar dari tubuhnya sangat menekan. Linda merasa seakan jantungnya diremas oleh tangan tak kasat mata. Ia ingin menolak. Ia benar-benar ingin menolak. Namun tubuhnya tak lagi tunduk pada kehendak.

Dan saat Sadewa sedikit memiringkan kepala, menatap lebih dalam—seolah menantang sekaligus memperingatkan—Linda tahu, jika ia berani berkata tidak, konsekuensinya akan jauh lebih menakutkan dari sekadar utang.

"B-Baik, Pak," cicitnya.

Rasanya Linda ingin menangis sekarang juga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   Pasangan Penipu

    Pertanyaan bertubi-tubi yang diajukan Kakek Atmadja sedikit banyak membuat Linda kembali gugup. Apalagi si Kakek Tua itu juga seperti memberikan tatapan dan aura yang horor dan mencekam. Makin saja Linda dibuat gugup bukan main. Meski sejauh ini pertanyaan yang keluar dari bibir pria tua itu hampir sama dengan pertanyaan yang tertulis di file 'tanya-jawab' yang dikirim oleh Sadewa Atmadja yang ia hafalkan—meski ia juga tak mengerti kenapa pria itu bisa memprediksi dengan 'hampir' tepat setiap pertanyaan yang akan diajukan si Kakek tua.Namun sepertinya persiapan yang dilakukan pria itu dan dirinya tidak terlalu berguna. Buktinya Linda kembali gugup bukan main hanya karena beberapa rentetan pertanyaan dan tatapan tajam penuh selidik dari pria tua di depannya. Dan juga—karena sekali lagi, perempuan itu paling tak tahan dengan aura yang mendominasi. Dan sayangnya sepasang kakek dan cucu ini malah—sepertinya— senang sekali menunjukkan aura mendominasi yang membuat Linda kesulitan."Itu ka

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   Pria Tua Berwajah Seram

    Glup. Entah sudah berapa kali Linda Hayden menelan ludahnya sendiri karena gugup. Senyum tetap mengembang di wajahnya, tapi itu tak lebih dari topeng—menutupi kegelisahan yang mengaduk-aduk isi perutnya. Bagaimana ia tidak gugup? Di seberang meja makan panjang itu duduk seorang pria tua dengan wajah yang mirip Sadewa Atmadja— hidung mancungnya, garis muka yang tampan dan rupawan sekalipun sudah berumur senja, dan bahkan aura seramnya pun mirip Sadewa Atmadja! Jika saja Sadewa Atmadja tidak duduk di sebelahnya, mungkin Linda sudah pingsan karena tekanan psikologis yang diberikan si kakek tua. Tadi saat pertama menginjakkan kaki ke rumah megah ini, si Kakek tua kebetulan sedang duduk di meja makan sambil membaca buk. Jelas bukan hal yang wajar dan aneh seolah tahu akan kedatangan cucunya. Namun sepertinya si kakek memang sudah tahu cucunya akan datang—entah karena diberitahu atau memang hanya sekadar feeling. Karena mereka berdua langsung disuruh duduk saat keduanya sampai di hadap

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   Bertemu Kakek Mertua?

    "Sekali lagi, pastikan kamu sudah menghafal semua pernyataan yang saya kirimkan." Sadewa Atmadja kembali mengingatkan Linda saat mobil mereka berhenti setelah perjalanan yang—cukup lama. Perjalanan itu terasa cukup lama dan panjang untuk Linda. Entah karena ia yang tidak biasa naik mobil mewah, atau karena tugas yang diberikan Sadewa Atmadja padanya selama perjalan. Melihat ponsel saat naik mobil saja sudah cukup membuat ia mual, apalagi ini disuruh membaca dan menghafalkan rentetan kata-kata yang cukup panjang dan banyak. Beruntungnya, Linda itu saat sekolah—dan berkuliah dulu— cukup cepat dalam menghapal. Jadi, hanya butuh dua sampai tiga kali lihat saja ia sudah bisa menghafal seluruh isi pesan yang dikirimkan bosnya."Tenang saja, Pak. Saya ini cukup pintar menghafal." Linda berkata sambil menepuk dadanya kelewat percaya diri. Sadewa Atmadja yang mendengar perkataannya itu menyeringai tampan. pria itu lalu menoleh ke arah Linda, kepalanya sedikit miring ke arah kemudi yang mak

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   Pak Sadewa Atmadja

    Keesokan paginya, si bos tampan tapi sinting itu benar-benar muncul pukul sepuluh tepat. Mobil Benz mewahnya sudah terparkir manis di depan rumah kontrakan Mbak Eka—tempat Linda tinggal. Sadewa Atmadja berdiri santai, bersandar di pintu mobil, penuh percaya diri. Wajahnya yang putih bersih tampak berkilau diterpa cahaya matahari pagi. Rambutnya yang sedikit panjang ikut menari ditiup angin semilir, menciptakan kesan dramatis bak tokoh utama drama Korea versi gila. Linda meringis, bahkan pria itu tahu alamat tempat tinggalnya tanpa bertanya padanya lebih dulu. Ia jadi bertanya-tanya, seberapa banyak informasi mengenai dirinya yang diketahui oleh seorang Sadewa Atmadja? Drrt. Drrt. Linda segera menutup gorden jendela rumah—tempat ia mengintip kedatangan Sadewa— dan berlari keluar saat ia melihat layar ponselnya menampilkan satu panggilan masuk dari Sadewa Atmadja. "Kamu telat dua menit." Linda membulatkan matanya. Ia benar-benar tak mengira akan langsung ditodong kalimat

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   Sebelum 'Pekerjaan' Pertama

    "Pak Sadewa?" kata Linda tak yakin. Pria di seberang telepon itu tampak berdecak pelan sebelum ia menjawab pernyataan—atau pertanyaan perempuan itu. "Betul,” katanya. “Bukannya saya sudah menyuruh kamu untuk menyimpan nomor saya sebelum kamu keluar dari ruangan saya?" lanjut pria itu. Perkataan Sadewa memang tidak salah. Setelah ia menandatangani surat perjanjian kontrak 'kerja'nya, Sadewa memang menyebutkan deretan angka—yang adalah nomor ponselnya, dan menyuruh Linda untuk menyimpannya. Namun, jangankan untuk mengetik nomor yang disebutkan pria itu dan menyimpannya, untuk bernapas saja Linda tidak bisa. Pikirannya mendadak kosong seketika. Pun juga seluruh kemampuan inderanya. "Maaf, Pak. Sepertinya tadi saya nggak fokus dan lupa menyimpannya," kata Linda. Pria itu tak bicara apapun. Namun jika boleh Linda tebak, pria itu pasti sedang mengerutkan kedua keningnya, yang membuat alis tebal pria itu menyatu, tanda jika ia tak puas atau tak suka dengan jawaban yang Linda ber

  • ISTRI BONEKA TUAN SADEWA   Awal Kemalangan

    Sembilan ratus juta. Total utang yang ditinggal oleh kedua orangtuanya itu adalah sembilan ratus juta. Jumlah yang sangat banyak untuk utang pribadi, bukan? Bahkan Ayahnya sendiri yang hanya seorang Kepala SMP Negeri yang hidupnya sangat sederhana itu, tak pernah bermimpi akan terjerumus sedalam ini. Gajinya bahkan tak menyentuh angka dua digit per bulan. Namun itulah kenyataannya—satu keputusan bodoh yang menyeret seluruh keluarga ke jurang kehancuran. Semua bermula dari tawaran manis seorang rekan sejawat. Skema investasi yang disebut Tabungan Cuan, menjanjikan pengembalian dua kali lipat hanya dalam waktu sebulan. Satu juta menjadi dua juta. Lima juta menjadi sepuluh juta. Terlalu indah untuk menjadi kenyataan—tetapi pada awalnya, itu memang terjadi. Ayah Linda, yang awalnya penuh keraguan, akhirnya luluh karena rayuan bertubi-tubi. Ia mencoba dengan nominal kecil, dan saat hasilnya nyata, ia mulai percaya. Rasa percaya itu tumbuh menjadi keyakinan, dan dari keyakinan muncullah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status