LOGINKaisar Bai Li Yuan beranjak meninggalkan aula pernikahan di istana ke kisaran. Semua para selir membelalakan mata ketika melihat penutup kepala yang di pakai oleh Shen Jin lain dari pada yang lain. Sangat cantik dan elegan, bahkan dalam pernikahan mereka dulu tidak secara langsung dijemput oleh sang kaisar, tapi mereka sendiri yang harus datang ke kerajaannya.
Selama ini, tidak ada satupun yang pernah disentuh oleh sang Kaisar. Mulai dari istri pertama sampai ke lima apalagi melakukan perbuatan istimewa tidak pernah mereka dapatkan.
Kaisar terus membopong tubuh Shen Jin sampai ke istana Kuning di ikuti oleh Yueyin dan pangeran Liu Jun di belakangnya.
Shen Jin merasa jengah dan mulai terasa pengap karena memakai penutup kepala. Sampailah Kaisar Bai Li Yuan di depan pintu, dengan cepat para pelayan yang di khususkan bertugas di sana langsung membukanya.
Mereka sama terkejutnya ketika Kaisar mereka membawa seorang wanita ke istana Kuning untuk pertama kalinya.
"Yueyin!" Panggil Kaisar Bai Li Yuan dengan suara yang dingin.
"Semuanya sudah di persiapkan. Kamar pengantin dan segala sesuatunya sudah siap semua," jawabnya. Yueyin begitu gembira saat kaisarnya memperlakukan wanitanya dengan begitu manis. Ini adalah pemandangan yang sangat langka dalam sejarah.
Seketika, semua para pelayan di istana kuning langsung tercengang mendengar ucapan Yueyin yang entah sejak kapan dia sudah mempersiapkan itu semua.
Ternyata, saat Kaisar masih berada di kerajaan Ruyi, pangeran Liu Jun selalu adiknya mengirim surat dengan sihirnya pada Yueyin yang berada di kerajaan Bai Li Yuan untuk mempersiapkan kamar pengantin yang terletak di istana Kuning.
Saat suasana menjadi meriah, semua para pelayan yang bertugas di istana Kuning tersebut menyambut kedatangan pengantin baru yang untuk pertama kalinya akan tinggal di istana tersebut.
Kaisar Bai Li Yuan melangkah masuk yang masih membopong tubuh Shen Jin. Tiba-tiba terdengar suara dengusan kasar membuat kaisar Bai Li Yuan bersuara.
"Ada apa?" tanyanya dengan nada lembut.
“Apa aku boleh membuka penutup kepalanya, aku pengap dan dadaku mulai terasa sesak,” tanya Shen Jin dengan suara yang ketus. Namun, Kaisar Bai Li Yuan tidak langsung menjawabnya.
Mereka pun sampai di kamar yang sangat luas, sudah di desain sebaik mungkin. Nuansa merah yang dominan menjadi ciri khas kerajaan Tiongkok kuno, di setiap sudutnya terdapat meja kecil yang di atasnya di letakan lilin-lilin yang beraroma wangi serta menenangkan. Di tengah-tengah terdapat kasur pengantin yang berukuran luas yang sudah di hias dan di atas kasurnya sudah di taburkan kelopak bunga mawar merah. Tidak jauh dari tempat tidur, di depannya terdapat meja bundar berukuran sedang yang sudah tersedia teko kecil dan dua gelas yang sudah berisi arak, camilan-camilan kecil dan juga lainnya.
Kaisar Bai Li Yuan tersenyum puas saat melihat hasil kerja keras Yueyin. Sepertinya, dia sangat senang sekali saat menyiapkan semuanya sehingga terlihat begitu sempurna di mata Kaisar.
disarankan, Shen Jin merasa kesal karena tidak mendapat jawaban dari pria itu. Tanpa meminta izin dari pria yang membopongnya, Shen Jin langsung menarik penutup kepala yang membuatnya terasa pengap.
"HAH!!!." Shen Jin langsung tercengang ketika dirinya sudah berada di kamar yang menurutnya sangat megah. Hembusan lilin wangi mengisi udara, menciptakan aura magis. Dinding-dinding merah dipenuhi lukisan motif naga dan burung fenghuang yang melambangkan keberuntungan. Lantai marmer putih bersih menonjolkan keindahan dan kelemahan. Tempat tidur berbalut sutera merah, dihiasi dengan bordiran emas dan manik-manik, menjadi pusat perhatian yang megah. Cahaya samar dari lilin merah yang terdapat di setiap sudutnya, menambahkan sentuhan romantis pada ruangan, menciptakan suasana yang penuh aksi dan keharuman.
"Waw. Ini sangat keren, aku merasa seperti dalam mimpi bisa mengalami hal seperti ini," decak Shen Jin yang mengagumi indahan kamar tersebut. Tanpa dia sadari, Kaisar Bai Li Yuan sudah mendudukan dirinya di sisi tempat tidur.
Kaisar Bai Li Yuan yang duduk di samping Shen Jin, mengernyitkan kening bingung mendengar kata Shen Jing yang terbilang aneh.
"Apa yang baru saja kau katakan? Kenapa bahasa yang kamu gunakan terdengar asing?" tanyanya penasaran.
Shen Jin langsung menengokkan kepala ke arah samping, lalu menatap manik mata yang begitu indah dan estetis. Sejenak Shen Jin terkagum,detik kemudian dia pun kembali sadar. Tidak ada jawaban dari mulut Shen Jin, dia kembali mengalihkan sudut ke arah meja bundar yang tersedia makanan kecil.
Shen Jin berusaha untuk bangkit. Namun, tiba-tiba tangan besar Kaisar Bai Li Yuan merangkul pinggang ramping Shen Jin begitu erat.
"Yang Mulia, kamu sungguh tidak sopan." Shen Jin melorot pada Kaisar Bai Li Yuan yang di balas senyuman yang menawan.
“Istriku, sebaiknya kau duduk tenang disini.” Kaisar Bai Li Yuan mengulurkan tangan dan merapikan rambut anak lalu menyelipkannya ke telinga.
"Siapa yang istrimu! Aku saja tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang pria yang sudah memiliki 5 selir." Shen Jin membuang muka ke arah lain. "Entah dosa apa yang ku buat di masa lalu, sampai aku harus menjadi selir ke 6 pria kejam ini," gumamnya pelan. Tetapi sangat jelas di telinga Kaisar Bai Li Yuan.
"Cepat lepaskan aku!." Shen Jin sangat risih di peluk seperti itu dan sungguh sangat tidak nyaman. Bukannya melepaskan tapi semakin erat dia memeluk tubuh Shen Jin. Perlahan-lahan dia pun mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Shen Jin dan menghirup aroma yang begitu menenangkan.
Gerakannya begitu halus dan lembut sehingga Shen Jin tidak merasakan gerakan tangan Kaisar Bai Li Yuan yang menyingkapkan rambut panjang Shen Jin yang menghalangi bagian sekitarnya. Kaisar Bai Li Yuan begitu menikmati aroma ceruk leher Shen Jin.
Shen Jin merasakan ada yang aneh dengan deru nafas pria yang sedang duduk di belakangnya. Dia pun memiliki tekanan yang buruk terhadap dirinya sehingga akan terjadi sesuatu.
“Apa yang kau lakukan,” ucap Shen Jin yang merasakan geli di bagiannya. Kaisar Bai Li Yuan tengah menghirup aroma tubuh Shen Jin yang seolah seperti makanan begitu menggugah selera.
"Dasar pria mesum!" pedik Shen Jin yang memberontak. Kemudian, pada saat dia akan menengokkan kepalanya, Kaisar Bai Li Yuan langsung menancapkan taringnya.
Shen Jin membelalakan mata dengan mulut menganga, ketika merasakan sesuatu yang menancap di cermin. Shen Jin mencoba teriak tapi lidahnya terasa Kelu dan suaranya tercekat.
"Sa-sakit. Aaaaaa." Shen Jin merasakan tubuhnya mulai lemas dan tak lama kemudian, dia pun hilang akibat kesadaran darahnya yang di hisap oleh sang kaisar.
Kaisar Bai Li Yuan tidak menyadari apa yang di perbuatnya terhadap wanita yang baru di nikahinya itu. Menit kemudian, dia pun tersadar dan terkejut ketika merasakan sesuatu yang sejak tadi bergejolak dalam tubuhnya hilang begitu saja. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, saat kesadarannya di luar kendali mendapati Shen Jin yang sudah terluka di bagiannya meniru akibat gigitan taringnya.
Kemudian, Kaisar pun langsung membaringkan tubuh kurus Shen Jin yang sudah tak sadarkan diri. Dia memeriksa detak nadi Shen Jin untuk memastikan kondisinya dan semuanya normal, sehingga membuat kaisar merasa heran.
"Bagaimana bisa racun api itu kambuh pada waktu seperti ini?" ucapnya lirih. Dia menatap Shen Jin yang terbaring di atas tempat tidurnya dengan raut wajah yang semakin pucat.
“Menurutmu, dia tidak beruntung?” suara ibu mertuanya terdengar pelan namun penuh makna, seperti menyimpan serpihan kenangan yang tak mudah dilupakan. “Tapi menurut ibu, dia adalah wanita paling beruntung di dunia ini. Meskipun awalnya tidak ada cinta di antara mereka berdua, takdir membawanya pada sesuatu yang lebih besar.”Shen Jin mengernyit, matanya menyipit seolah mencoba menafsirkan maksud di balik kata-kata itu. Ia lalu bertanya dengan nada penasaran, “Bagaimana bisa beruntung? Bukankah raja dan nona saudagar itu menikah? Lalu, di mana letak keberuntungan sang putri?”Ibu mertuanya menghela napas panjang, seakan mengumpulkan kembali potongan-potongan masa lalu yang berserakan. “Benar, mereka sempat menikah. Tapi hanya beberapa bulan setelah pernikahan itu, Nona saudagar tertangkap basah berselingkuh dengan pria lain. Sang raja murka, namun tidak menceraikannya. Ia hanya menjatuhkan hukuman kurungan di Istana Dingin—tempat yang sunyi, dingin, dan jauh dari kemewahan istana utama
Di Istana Kuning yang harum oleh aroma kue bunga plum dan cookies hangat, Shen Jin berdiri di dekat jendela, menata hasil panggangannya dengan senyum kecil. Baru saja ia hendak mengambil nampan kedua, tiba-tiba sepasang lengan hangat melingkari pinggangnya dari belakang.Shen Jin terkejut, tubuhnya menegang. Ia menoleh cepat ke samping—dan sebelum sempat berkata apa-apa, bibirnya sudah disambar oleh ciuman kilat dari Kaisar Yuan.Ciuman itu singkat, tapi cukup membuat jantung Shen Jin berdebar tak karuan.Shen Jin terbelalak. “Yua'er kueku hampir jatuh!”Kaisar Yuan tersenyum nakal, masih memeluknya. “Biarkan saja. Aku lebih tertarik pada yang manis di depanku.”Shen Jin memalingkan wajah, pipinya memerah. “Kalau begitu, jangan salahkan aku kalau cookies-nya gosong.”Kaisar Yuan mendekat lagi, suaranya rendah. “Kalau gosong, kita buat lagi. Tapi kalau kamu kabur... aku tak bisa membuat Shen Jin kedua.”Shen Jin mendengus pelan, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. “Mulutmu lebih
kediaman Jenderal Tian Ming, suasana pagi di paviliun selatan tampak tenang seperti biasa. Angin berhembus pelan, membawa aroma bunga plum yang mulai mekar di halaman. Namun ketenangan itu tak bertahan lama.Ye Jinjing, calon selir sang jenderal, berdiri di balik tiang tempat tinggal Xiu Jie. Matanya menatap tajam melalui celah kayu, tempat Xiu Jie sedang berbincang akrab dengan Permaisuri Shen Jin. Tawa mereka terdengar ringan, sesekali diselingi lirikan penuh makna yang membuat dada Jinjing terasa sesak.Udara pagi masih dingin, embun belum sepenuhnya menguap dari dedaunan. Ia melangkah pelan di lorong taman istana, hanya berniat menghirup udara segar sebelum matahari naik sepenuhnya. Tapi langkahnya terhenti begitu melihat dua sosok di bawah pohon plum—tertawa pelan, bahu bersentuhan, mata saling menatap seolah dunia hanya milik mereka.Wajahnya menegang. Matanya menyipit, menahan rasa yang tak bisa ia sebutkan. Jemarinya mengepal pelan di balik lengan jubah sutranya. "Aku harus
Shen Jin berdiri mematung, matanya menatap Xiu Jie dengan sorot penuh tanda tanya. Tatapan itu tajam, dingin, dan membuat Xiu Jie merasa tak nyaman. Ia menggeliat pelan, bulu kuduknya merinding.Xiu Jie mencoba tersenyum, tapi gugupnya tak bisa disembunyikan. "Yang Mulia Permaisuri... kenapa Anda menatapku seperti itu?" tanyanya pelan, suaranya nyaris bergetar.Shen Jin melangkah mendekat, ekspresinya serius. "Berapa nomor ponselku?" tanyanya tiba-tiba. Xiu Jie mengerjap. "Eh... 852-xxxx-xxxx," jawabnya spontan."Alamat rumahku?" "Jalan Anggrek No. 17, Paviliun Selatan.""Rumah sakit tempatku bekerja?" "RS Qinglong, lantai tiga, bagian neurologi."Shen Jin terdiam sejenak. Lalu— "Aaaaaaa! Kau benar-benar Xiu Jie-ku!" teriaknya sambil memeluk Xiu Jie dengan heboh.Xiu Jie terlonjak, matanya membelalak. "A-apa?!"Dari luar ruangan, suara langkah cepat terdengar. Kaisar Jinyulong masuk dengan wajah panik. "Ibunda! Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" katanya sambil menatap ke
Langkah Xiu Jie baru saja menjejak halaman depan kediaman Jenderal Tian Ming ketika suara langkah berat dan cepat terdengar dari arah dalam. Ia menoleh, dan benar saja—Jenderal Tian Ming muncul dengan wajah tegang dan sorot mata tajam. "XIU JIE!" seru sang jenderal, suaranya menggema di antara tiang-tiang batu gerbang. Xiu Jie langsung berhenti. Ia menarik napas panjang, lalu menghela dengan malas. Matanya berputar pelan, seolah sudah tahu akan ada omelan panjang. Jenderal Tian Ming mendekat dengan langkah lebar, napasnya sedikit memburu. "Dari mana saja kau?" tanyanya tajam. "Begini caramu bersikap saat aku di medan perang?" Xiu Jie menatapnya datar. "Aku cuma keluar sebentar." "Sebentar?" Jenderal Tian Ming mengangkat alis, nadanya makin tinggi. "Baru satu malam aku tak pulang, kau sudah berani keluyuran. Apa kau pikir rumah ini bebas aturan?" Xiu Jie mengangkat bahu, setengah malas. "Aku pikir... rumah ini butuh udara segar." Jenderal Tian Ming mengerutkan kening, mena
Xiu Jie membuka matanya perlahan. Pandangannya masih buram, tapi ia berusaha menyapu seluruh ruangan dengan tatapan lemah. Dinding kayu, aroma herbal, dan cahaya redup dari lentera membuatnya sadar bahwa ia masih hidup—meski nyaris tidak.Di sampingnya, seseorang tertidur dengan kepala bersandar di tepi ranjang. Xiu Jie menggerakkan kepalanya pelan, menatap wajah itu.Dasar Kaisar sialan... gumamnya dalam hati, kau hampir saja membuatku mati untuk kedua kalinya.Belum sempat ia mencerna semuanya, pintu terbuka. Shen Jin masuk dengan langkah cepat, membawa sebuah kotak obat berdesain ala modern. Itu terlalu mustahil di jama kuno seperti ini. "Senior!" serunya tiba-tiba, suaranya terdengar lebih kuat dari sebelumnya.Shen Jin terhenti. Matanya membelalak, seolah suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama terkubur.Xiu Jie bangkit dari ranjang, entah dari mana datangnya tenaga itu. Ia melompat ringan dan berdiri di hadapan Shen Jin."Senior! Benar ini Anda, kan?" tanyanya dengan ma







