Kaisar Bai Li Yuan mengangkat kembali tubuh Shen Jin dan membawanya ke sebuah kolam yang berada tidak jauh dari kamarnya yang di tempati saat ini. Sebelumnya, kaisar terlebih dahulu menanggalkan semua pakaian yang di kenakan Shen Jin tanpa menyisakan sehelai benangpun yang melekat di tubuhnya.
Ada perasaan miris ketika melihat sekujur tubuh Shen Jin yang penuh dengan luka cambukan dan sayatan benda tajam. Ada yang masih terlihat baru dan juga ada yang mulai mengering.
"Apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis ini?" Cepat-cepat dia menutup tubuh polos Shen Jin dengan selimut. Kaisar adalah pria normal pada umumnya yang memiliki nafsu birahi, melihat tubuh polos Shen Jin, membuat sesuatu bangkit dan bergejolak dalam dirinya.
"Aku harus membawanya ke kolam teratai." Kini, kaisar sudah berada di sisi kolam dan siap menuruninya. Selimut yang melekat di tubuhnya pun di singkap lalu di lemparkan ke sembarang tempat.
Kaisar masuk ke dalam kolam teratai tersebut, Air yang begitu putih seputih susu, menyerbakan harum yang begitu menyeruak dengan taburan bunga teratai utuh. Di letaknya Shen Jin begitu hati-hati, lalu kaisar duduk di belakang Shen Jin untuk menjaga tubuh Shen Jin agar tidak tenggelam.
Sontak saja, Kaisar baru mengingat sesuatu hal yang penting, raut wajahnya tegang dan melihat ke arah Shen Jin yang masih belum sadarkan diri. Air kolam yang tadinya terlihat bisa saja, tampak mengeluarkan sinar hijau muda, lalu sinar itu perlahan hilang terserap ke tubuh Shen Jin. Luka-luka yang ada di sekujur tubuh dia perlahan menghilang tanpa bekas sama sekali. Bunga teratai yang biasa terlihat layu pun kembali mekar dan segar seperti baru di petik. Melihat kejadian tersebut membuat banyak pertanyaan di benak kaisar Bai Li Yuan.
Kolam teratai milik Kaisar adalah kolam pemandian khusus untuk menetralisir racun yang ada di dalam tubuh Kaisar yang sudah di campur ramuan obat tradisional serta sihir.
"Ah. Ini hangat dan nyaman sekali, sudah lama aku tidak merasakan suasana kamarku yang hangat," racau nya. Tiba-tiba tangannya bergerak dan langsung memeluk tubuh Kaisar sehingga membuatnya tertegun.
"Kenapa rasanya gulingkan tidak seperti biasanya," Shen Jin meraba punggung kekar Kaisar dan sedikit meremasnya. Membuat kaisar menjadi salah tingkah. Ingin protes tapi, dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Kaisar mengernyit bingung mendengar gumaman wanita yang ada di dekapannya.
Perlahan mata Shen Jin terbuka, pandangannya terlihat kabur. Shen Jin mengedip-ngedipkan mata agar penglihatannya jelas. Setelah jelas, Shen Jin langsung mengernyit dahi ketika melihat pemandangan di depan matanya.
"Apa ini? Sejak kapan ada benda ini di kamarku?" ucapnya jelas. Kaisar masih bergeming dan menatap tingkah Shen Jin. Detik kemudian, mata Shen Jin membelalak lebar dengan mulut terbuka. Lalu, perlahan Shen Jin menggerakkan kepala menyusuri benda yang ada di hadapannya. Seketika, Shen Jin pun terkejut saat dia netra mata yang saling bersih tubruk serta raut wajah yang dingin.
"AAAAAA!" Pekik Shen Jin yang langsung menjauh dari pria di dekatnya. Tanpa Shen Jin sadari, dia malah berdiri dengan tubuh yang masih polos seketika Kaisar langsung memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Melihat tingkah kaisar yang memalingkan muka, Shen Jin menyadari sesuatu dan melihat ke arahnya sendiri. Dan dia pun kembali berteriak dan menceburkan kembali tubuhnya, hanya menampakan kepala saja.
"Apa yang kau lakukan padaku, dasar pria mesum," pekik Shen Jin menggebu-gebu. Di sebut mesum, kaisar Bai Li Yuan pun menengokkan kembali kepala melihat ke arah Shen Jin dengan tatapan dingin.
"Harusnya aku yang melontarkan pertanyaan seperti itu padamu." Kaisar bangun dan mendekat ke arah Shen Jin.
Melihat kaisar mendekat ke arahnya, Shen Jin langsung panik dan mundur hingga punggungnya membentur dinding kolam. Kedua tangan Shen Jin menyilang di bagian dada untuk menutupi aset berharga agar tidak di lihat oleh pria di hadapannya. Namun, tanpa sepengetahuannya kaisar sudah melihat semuanya.
Shen Jin terbelalak melihat Kaisar yang terus berjalan ke arahnya. Sebelum dia sempat beraksi, Kaisar Bai Li Yuan sudah mengungkungnya terlebih dahulu. Sambil tersenyum, kaisar memandang Shen Jin seperti sedang mengamati mangsanya.
Nafas Kaisar Bai Li Yuan yang hangat berhembus di dekat wajahnya, Shen Jin memalingkan wajah dengan hati berdebar.
"Ya-Yang Mulia, apa yang kau lakukan?" Kaisar menatap intens wajah Shen Jin dengan jarak yang mengikis.
"Siapa dirimu sebenarnya?" tanyanya dengan suara yang dingin namun terdengar elegan. Shen Jin refleks menengok dan menatap ke arahnya. Tanpa di duga Kaisar menyatukan bibirnya.
Shen Jin begitu terkejut mendapat serangan dadakan tersebut, Shen Jin mencoba mencoba mendorong tubuh Kaisar. Tapi usaha yang dilakukan Shen Jin sia-sia. Tubuh kaisar yang mengungkung Shen Jin begitu berat bagaikan gunung besar yang sulit untuk di gerakan. Shen Jin merasakan kehangatan yang mengalir di bibirnya dan masuk ke kerongkongan.
Ciuman yang mendadak ini membuat Shen Jin tidak bisa melawan. Tiba-tiba saja Kaisar merasakan perih di bibirnya dan langsung melepaskan ciuman tersebut. Kaisar menyentuh bibirnya yang terasa perih dan mendapati darah yang menempel di jarinya.
"Baru pertama kali ini, ada seseorang yang berani melukaiku." Kaisar menatap dingin Shen Jin.
Wajah Shen Jin memerah setelah menyeka bibirnya bahkan dia mencuci serta berkumur menggunakan air kolam pemandian tersebut.
"Kamu," Shen Jin melotot ke arah Kaisar. Baru saja berbicara, Shen Jin langsung tertegun. Kaisar Bai Li Yuan tertawa.
"Kenapa? Kau baru merasakannya sekarang?"
"Apa yang kau berikan padaku?" Sejak dia melakukan perjalan waktu, dadanya yang terasa nyeri dan nafasnya yang sesak langsung hilang. Lalu, dia meraba denyut nadi di lengannya sendiri dan benar saja semuanya kembali normal.
Shen Jin tahu penyebabnya adalah karena si pemilik tubuh ini telah meminum racun. Dia tidak apa-apa, tapi racun itu telah masuk ke organ tubuhnya.
"Aku sudah berbaik hati, tapi istriku tidak menghargainya. Setelah ini kau harus mengganti rugi," kaisar Bai Li Yuan tersenyum dingin seraya memainkan anak rambut Shen Jin.
"Ka-karena kamu terlalu tiba-tiba." Shen Jin mencium aroma dari air kolam teratai itu. Dia mengambil dan menadahkan di telapak tangan lalu mengendusnya. Sejenak dia terdiam, detik kemudian dia mendongak dimana kaisar sedang menatapnya dengan dalam.
"Apa kau di racuni? Aku mencium ramuan obat yang biasa aku gunakan untuk mengobati pasienku." Shen Jin langsung menutup mulutnya sendiri dan menundukkan kepala karena secara tidak sengaja membuka jati dirinya.
"Bagaiman kau tahu dan apa itu pasien," tanya kaisar penasaran. Shen Jin tidak tahu lagi hasru berkata apa dia pun mendorong kaisar agar menjauh darinya.
"Yang Mulia, apa acara mandinya sudah selesai? Aku sudah kedinginan," dalihnya. Kaisar keluar dari kolam pemandian terlebih dahulu, Shen Jin langsung memalingkan wajahnya. Namun, dengan sedikit nakal dia memicingkan mata melihat dari ujung mata ke arah kaisar dan ternyata hanya atasannya saja yang telanjang dan masih bagian bawahnya memakai celana penajang.
"Aku akan memanggil Yueyin." Kaisar pun berlalu setelah mengenakan jubah mandi. Shen Jin menghela nafas lega setelah kepergian pria itu.
"Jika dia saja di racuni, kenapa dia malah memberikan penawar padaku. Jika racun di tubuhnya itu parah ramuan obat ini tidak akan berpengaruh sama sekali berbeda dengan racun yang sifatnya biasa saja," monolognya.
**
**
**
Setelah kaisar Bai Li Yuan berpakaian rapi, barulah dia memanggil Yueyin.
"Yueyin?" seru kaisar dari dalam kamar. Yueyin yang memiliki pendengaran yang begitu tajam langsung masuk.
"Hormat Yang Mulia!" Yueyin membungkuk hormat.
"Layani Permaisuri dengan baik. Dia ada di pemandian kolam teratai. Aku akan pergi dulu." Yueyin tertegun mendengar ucapan Kaisar Bai Li Yuan menyebut Shen Jin Permaisuri.
"Baik Yang Mulia." Kaisar pun berlalu keluar dari kamar. Dengan cekat Yueyin berlari ke arah kolam pemandian teratai.
Yueyin pun sampai di kolam teratai dan melihat Shen Jin yang duduk termenung.
"Putri Yi, apa Anda sudah selesai mandinya?" Shen Jin terlonjak dan langsung menatap tajam ke arah Yueyin.
"Siapa kau?" tanyanya dengan nada ketus.
"Hamba Yueyin. Pelayan yang khusus untuk melayani Anda. Yang Mulia Kaisar menyuruh hamba untuk membantu Anda."
Ye Jinjing berdiri dengan tangan terlipat di depan dada, matanya berkaca-kaca menatap Xiu Jie yang duduk santai di kursi kayu berukir. Suaranya pelan, nyaris berbisik, tapi penuh keteguhan."Tuan, Jinjing tidak menginginkan apapun selain tetap berada di samping, Tuan. Jinjing tidak masalah jika Tuan tidak memiliki harta benda apapun, asalkan tetap bersama," ucapnya lirih, wajahnya memelas seperti anak kecil yang takut ditinggalkan.Xiu Jie mendengus pelan. Ia memutar bola matanya dengan malas, lalu mengedikkan bahu sambil menoleh ke arah jendela. "Ugh, drama lagi..." gumamnya, pura-pura ingin muntah, seolah kata-kata Jinjing terlalu manis untuk dicerna.Tian Ming yang berdiri tak jauh dari mereka langsung melangkah maju, wajahnya memerah karena emosi."Kau dengar apa yang dikatakan Ye Jinjing? Dia tidak materialistis seperti dirimu!" serunya, nada suaranya meninggi.Xiu Jie menoleh perlahan, senyum sinis terukir di wajahnya."Tian Ming, kalau semua harta pernikahan yang kuberikan aku
Di dalam ruang laboratorium kecil yang terletak di sisi timur istana, aroma herbal dan uap dari ramuan mendidih memenuhi udara. Shen Jin berdiri dengan serius di depan meja kerja, matanya fokus pada cairan bening dalam tabung reaksi yang ia pegang hati-hati.Tiba-tiba, sepasang tangan hangat melingkari pinggangnya dari belakang."Istriku, apa yang sedang kau lakukan?" bisik Bai Li Yuan lembut, suaranya penuh rasa ingin tahu dan manja.Shen Jin terlonjak kecil, nyaris menjatuhkan tabung di tangannya. Ia buru-buru meletakkannya di rak kayu."Kau mengagetkanku saja, hampir saja tabung di tanganku ini terjatuh," ucapnya sambil menghela napas, menoleh dengan tatapan setengah kesal.Bai Li Yuan memiringkan kepala, memasang ekspresi sedih yang jelas dibuat-buat."Seharian ini, istriku mengabaikanku. Hatiku sungguh sakit..." katanya sambil memeluk lebih erat, seolah-olah dunia akan runtuh tanpa perhatian Shen Jin.Shen Jin menggeleng pelan, bibirnya tersenyum tipis."Sudah-sudah, jangan pura-
Suasana kuil yang semula tenang mendadak pecah oleh suara lantang seorang pria.Xiu Jie, yang tengah berbincang dengan Kaisar Jinyulong dan seorang tabib wanita, spontan menoleh. Matanya langsung menangkap sosok Jenderal Tian Ming yang berdiri tak jauh darinya, wajahnya tegang.“Xiu Jie, apa yang kau lakukan di kuil!” seru Tian Ming, suaranya menggema di antara tiang-tiang batu.Xiu Jie buru-buru meletakkan telunjuk di bibir, memberi isyarat agar Tian Ming diam. Tapi amarah sudah lebih dulu menguasai sang jenderal.“Apa kau sungguh ingin cepat bercerai dengan diriku, sampai-sampai kau memohon pada Dewa?” katanya sambil melangkah mendekat, nada suaranya tetap tinggi.Tian Ming tak menyadari, di samping Xiu Jie berdiri Kaisar Jinyulong yang sejak tadi memperhatikan dengan wajah dingin.Xiu Jie, yang memang tak punya banyak kesabaran, akhirnya membalas dengan suara lebih lantang.“IYA! KENAPA? APA KAU KEBERATAN KALAU AKU BERDOA AGAR CEPAT-CERAI DENGANMU?” bentaknya, matanya menatap tajam
Kotak itu tergeletak di atas lantai batu, tampak biasa saja. Dengan gerakan cepat, ia meraih benda kotak itu tanpa sempat bertanya atau berpikir. Tanpa ragu, ia membuka tutupnya dan langsung menyentuh isi di dalamnya. Seketika terdengar suara mencicit tajam. "Aww! Sakit sekali! Apa itu?" seru Xiu Jie, mengangkat telapak tangannya yang kini memerah dan berdarah. Tabib wanita langsung melangkah maju, wajahnya pucat. "Celaka... racun inang sudah berpindah," gumamnya, nyaris tak terdengar. Kaisar yang berdiri di sisi lain ruangan, menatap Xiu Jie dengan mata membelalak. Tatapannya berubah tajam, penuh amarah. "Xiu Jie..." desisnya pelan, tapi dingin seperti es. "Kau benar-benar ingin menghilang dari dunia ini. Aku akan membunuhmu." Ruangan mendadak sunyi. Hanya suara napas Xiu Jie yang terdengar, cepat dan panik. Kaisar Jinyulong kembali mencengkram leher Xiu Jie, namun sang tabib segera menghentikan tindakan kaisar Jinyulong. Kaisar Jinyulong mencengkeram leh
Di balik kabut sore yang lembut, Kuil Ling Yin Si berdiri anggun, dikelilingi pepohonan hijau dan suara air terjun yang menenangkan seperti playlist meditasi versi alam. Para biksu baru saja selesai berdoa, mengirim harapan agar dunia jadi lebih damai dan bebas dari stres... seperti hidup tanpa utang.Namun, di sudut altar yang sepi, seorang gadis cantik duduk bersimpuh. Matanya menatap patung Buddha dengan ekspresi antara pasrah dan sedikit kesal.“Ya Dewa... tolonglah,” bisiknya. “Aku tidak meminta jadi kaya raya, cuma satu permintaan kecil... bercerai dari pria brengsek itu.”Ia menghela napas panjang, lalu bergumam sambil mencubit bunga teratai di depannya: “Kalau bisa, jangan tunggu reinkarnasi berikutnya, ya. Aku udah cukup sabar jadi istri... sekarang ingin berubah jadi mantan dan menemukan para pria tampan." Angin sore berhembus pelan, membawa aroma dupa dan... harapan.Lie Mei yang berdiri di samping sang nona, terhenyak saat mendengar permintaan konyolnya tersebut."Nona
"Ibunda, apakah aku boleh bertemu dengan keluarga Xiu Jie?" mohonnya penuh harap seraya menggenggam kedua tangan Shen Jin. Shen Jin mengalihkan pandangan ke arah kaisar Yuan yang berdiri di sampingnya. "Untuk apa kau ingin bertemu dengan perdana menteri Xiu?" bukan Shen Jin yang menjawab melainkan kaisar Yuan. "Aku... Hanya ingin memastikan saja," balasnya lirih. Kaisar Yuan terdiam sejenak, mempertimbangkan permintaan sang anak. Tiba-tiba, Shen Jin menyikut perut samping Kaisar Yuan , membuatnya sedikit terhenyak."Baiklah. Tapi, jangan sampai kau mempengaruhi pekerjaan mu," balasnya tegas. Jinyulong pun segera membungkuk hormat."Terima kasih , Ayahanda!" Kaisar Yuan dan Shen Jin pun meninggalkan Jinyulong seorang diri di aula istana.****Langit sore merona, menyapu pelataran rumah Jenderal Tian Ming yang dipenuhi aroma kayu cendana hangat. Di ruang tamu yang luas, Xiu Jie merebahkan diri di atas dipan berhias ukiran naga. Angin semilir menyentuh wajahnya, membawa aroma teh mela