Home / Rumah Tangga / ISTRI KEDUA CEO / Aku Suka Menggodamu

Share

Aku Suka Menggodamu

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2022-06-03 16:06:07

Di dalam mobil yang dilajukan sedang oleh sopir kami, Yumna sekali pun tak menatap ke arahku. Aku tahu dia masih marah karena ciuman pertamanya yang kurenggut semalam. Ditambah kejadian di rumah sakit saat ia terpaksa ikut denganku meninggalkan ibunya.

"Jadi harusnya kamu sudah sadar, bahwa iman yang kamu bangga-banggakan itu, tak berguna di saat-saat seperti ini," ucapku dingin.

Sontak saja perempuan itu menoleh, menatap nyalang padaku.

"Kenapa? Kamu mau protes? Heh!" Aku tersenyum sinis. Muak saja rasanya, melihat gadis tersebut saat terlalu percaya diri hanya dengan modal imannya.

Apa dia pikir, aku bukan lelaki beriman? Hanya saja aku tak suka riya', eh iya bukan, sih, namanya riya'? Ah, entahlah pokoknya itu. Aku pria beriman yang tidak bersikap sok dan menyombongkan imanku di depan orang lain.

Buktinya aku masih perjaka sampai sekarang. Bahkan demi ingin tidur dengan Bianca aku pun menikahinya. Apa lagi kalau bukan karena iman?

Yumna tak bicara, tapi dia hanya geleng-geleng. Lalu memutar malas bola mata. Dengan mata berkaca-kaca tentunya. Dari sana aku tahu, meski meremehkan sekali sikapnya dia merasa tak bisa berbuat apapun lantaran tidak punya pilihan.

"Ah, sudahlah. Terserah!"

Apa peduliku? Pernikahan ini hanya sebuah transaksi yang harusnya sama-sama menguntungkan. Aku tak ingin melewati batas, mengurusi pribadinya hingga memberinya peluang melewati batasnya juga. Itu akan sangat mengganggu.

Mobil terus melaju. Suasana hening kembali menyelimuti kami. Sementara Yumna hanya terus memandang ke luar kaca jendela, aku sibuk membuka gadged. Melihat status dari akun-akun milik Bianca.

Ya, itu lah yang kulakukan selama ini demi mengobati kerinduanku padanya. Karena nomornya tak pernah bisa dihubungi. Aku terjebak dalam cintanya, hingga dia Bianca bisa berbuat semaunya sendiri. Menghubungi sesuka hati lalu mematikan ponselnya. Ah, aku lah lelaki terbodoh di dunia ini.

Meski kenyataannya hanya ada foto-foto lama tanpa ada update terbaru di akun Bianca. Mataku tetap saja ingin melihatnya. Ke mana kamu, Bi? Kenapa tak bilang agar aku bisa menyusulmu?

Huft! Aku meniup berat. Puas menscroll akun-akunya, perhatianku beralih ke file yang dikirimkan Alina dan manajer sekaligus. Memeriksanya sebagai bahan untuk menjelaskan pada klien kami yang sudah menunggu.

Sampai di sebuah hotel, mobil kami berbelok. Begitu turun dari mobil, Alina dan Pak Jim menyambut kami.

Sebagai pria yang tak mau wibawanya jatuh, kusodorkan tangan kanan. Bersandiwara di depan semua orang, selain Devian adalah pria hangat dan perhatian, bahwa kami adalah sepasang pengantin yang sangat bahagia.

Aku memicingkan mata sambil tersenyum ke arah Yumna yang melongo menatapku. Ish, dia benar-benar gadis tak peka! Awas saja kalau sampai menepis tanganku dan tak meraihnya!

Yumna celingukan, memperhatikan sekitar. Detik kemudian mendesah, lalu tampak dengan terpaksa meletakkan tangannya di atas tanganku. Kutarik perlahan.

Namun, sepertinya gamisnya yang serupa gaun menyulitkan Yumna bergerak, hingga dia kehilangan keseimbangan dan terhuyung ke arahku. Untung saja aku lekas menangkapnya hingga posisi perempuan itu menempel terbaring di lenganku.

"Hati-hati, Sayang," ucapku sambil tersenyum manis. Dia pasti tahu bahwa aku sedang berakting.

Ya ... aku sangat muak padanya. Kalau saja tidak di depan banyak orang sudah kubiarkan tubuhnya lolos, jatuh dan berbenturan dengan lantai. Itu pasti menyenangkan. Heh!

"Oh, so sweet." Suara seseorang dari kejauhan terdengar samar memuji kami.

Melihat kejadian ini, pasti akan banyak wanita yang iri dan ingin berada di posisi Yumna. Aku yakin itu.

Yumna mendesis. Tersenyum masam sebentar ke arahku. Lalu menggantinya dengan senyum manis begitu ia telah kembali berdiri dalam posisi yang kokoh.

"Mari Tuan Devian, Presdir sudah menunggu," ucap utusan klienku.

"Mari Nyonya Bianca, biar saya temani." Alina mengucap hormat pada Yumna. Namun, aku menyergahnya.

"Tidak perlu Alina, biar aku sendiri yang membawanya."

"Ehm. Ya." Mendadak wajah sekretarisku berubah. Ada apa dengannya? Ala dia kesal pada perintahku?

Kulirik ke arah Yumna, yang ternyata sudah menatapku. Kunaikkan satu sudut bibir.

Kami pun berjalan ke dalam hotel, tak lupa menggenggam tangan Yumna. Aku suka menyiksanya sekarang, dengan melakukan hal-hal yang tak ia sukai. Mencium, memeluk, menggenggam, entah apalagi nanti. Yang jelas ekspresinya ketika marah membuatku merasa puas!

Jika dia merasa menang atas sikapnya yang bisa merendahkanku, dan membuatku marah, dia salah memilih lawan. Karena aku bisa membalasnya lebih dari yang dia bayangkan.

Saat akan mencapai lift, tiba-tiba saja langkah Yumna terhenti. Ponselnya berdering rupanya. Tak lama perempuan itu segera mengangkatnya, dan aku harus bersabar berdiri menunggu.

"Apa?!" Mata bulat Yumna melebar. Dia tampak syok dengan berita yang diterima dari orang di ujung telepon. Apa yang terjadi?

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI KEDUA CEO   Misi Berhasil

    "Mas, gimana menurut kamu sekarang?" tanya Sisil sembari meletakkan cangkir di atas meja, dekat laptop yang digunakan suaminya untuk kerja. "Hem?" Keanu yang kurang jelas mendongak. Melepaskan tatapan dari layar dan kemudian fokus pada wanita cantik yang hanya mengenakan dress tipis dengan rambut diikat tinggi. "Ya, Sayang. Kamu membahas tentang siapa?" Pria yang profesinya sebagai pengacara itu ingin memperjelas maksud pertanyaan istrinya. "Itu si Laura. Hidupnya kan ngenes, lebih ngenes dari janda yang gada suami." Sisil mengatakan secara detail. Dia sendiri meski merasa benci pada masa lalu Laura yang jahat, ada anak kecil yang tak bersalah hadir di tengah wanita jahat itu dan mantan suami Lisa -kakaknya. "Hem, apa kamu belum puas melihat penderitaannya?" tanya Keanu. Sisil menggeleng. "Lalu?""Aku kasihan pada anaknya, Mas. Apa kita ambil jadi anak angkat aja, ya? Atau kita kirim ke panti biar diasuh orang," celetuk Sisil ketika terpikir untuk menolong anak tidak bersalah i

  • ISTRI KEDUA CEO   Semua Selesai

    "Jadi kita harus bagaimana, Mas?" Laura tampak bingung.Bagas mendesah panjang. Dia memikirkan cara bagaimana membalas dendam ada orang-orang yang telah membuatnya terpuruk seperti sekarang."Sudahlah, kita pikirkan nanti, Ra. Mas mau mandi dulu, gerah!" ucap Bagas bangkit. Lelaki itu sudah berjalan mencapai tangga, tapi membalik tubuh karena ada sesuatu yang perlu dia katakan."Ohya, cepat berkemas. Kita harus segera pergi dari sini!" seru Bagas, yang kemudian terus berjalan tanpa menunggu persetujuan sang istri. "Aku perlu menghubungi kolega yang masih punya hutang pribadi padaku, yah cukuplah buat nyewa sebuah rumah minimalis."Laura mendecak sebal. Ia sangat kesal pada Lisa. Wanita itu harus dilaporkan karena kasus penipuan."Tapi bagaimana caranya? Kami bahkan tak punya uang untuk menyewa pengacara." Perempuan yang tengah hamil muda itu mendesah lelah. Dengan langkah gontai bergerak mengikuti Bagas di lantai dua.Bagas yang akan masuk kamar mandi, tiba-tiba harus menghentikan la

  • ISTRI KEDUA CEO   Dunia sudah Runtuh

    Lisa mendesah. "Aku bisa mengurus Kamila sendiri. Toh, selama ini akulah yang mengurusnya, apalagi sejak kamu bertemu mantanmu itu, Mas. Kita cerai saja. Ini sudah keputusan terakhirku." Lisa mengucap tenang. Namun, juga mantap. Seketika wajah Bagas pias. Tak menyangka pada akhirnya Lisa yang lebih dulu menggungat cerai. Habis sudah. Tak ada lagu harapan untuk tetap hidup mewah di keluarga Handoko. Entah, bagaimana reaksi Laura nanti saat tahu, suaminya sekarang hanyalah seorang gembel yang tak memiliki apa-apa."Tap, tapi. Apa kamu sudah memikirkannya baik-baik, Lis? Lihatlah betapa menderitanya aku tanpa kamu selama ini. Mas minta maaf." Bagas menghiba. Berharap Lisa luluh atas permintaan maafnya."Maafku sudah habis, Mas. Aku terus memaafkanmu, tapi kamu tetap memilih mantanmu itu. Mas tak menoleh sedikit pun padaku dan Kamila, yang jelas-jelas telah membersamaimu sejak lama.""Mas, khilaf, Lis.""Khilaf yang terulang-ulang." Lisa bicara dengan tegas. Tak sia-sia dia terus melatih

  • ISTRI KEDUA CEO   Cerai saja!

    Mbak Wati berlari dari arah dapur, ketika mendengar suara ribut-ribut di kamar Kamila."Ada apa?" tanya seorang pelayan kepada rekannya ketika Wati bergegas dari dapur tempat mereka bekerja."Biasalah. Orang kaya memang selalu begitu," cibir pelayan lain di sampingnya. Seorang perempuan yang semalam telah berhasil memberi obat tidur dalam minuman wanita bercadar di kamar Kamila.Perempuan itu tersenyum. Dia berpikir bahwa keributan pagi ini adalah imbas dari keberhasilan pekerjaannya semalam."Berhenti bergosip! Kalian makan dan digaji oleh orang yang kalian bicarakan keburukannya," tegur kepala pelayan yang tak suka mereka bicara tanpa adab."Not attitude!" dengkusnya sebelum akhirnya melangkah menyusul Wati untuk melihat apa yang terjadi.Mbak Wati yang melihat Bagas dan Sisil sibuk memanggil seseorang, segera mengambil Kamila yang tampak bingung. Untuk kemudian dibawa ke kamarnya dan diurus seperti biasa. Wanita itu tahu diri, hingga tak berani bertanya apapun mengenai keributan in

  • ISTRI KEDUA CEO   Aku sudah Melihatmu, Lisa!

    Lisa memegangi kepala yang berdenyut, saat membuka matanya dengan susah payah. Begitu mengerjap, cahaya menembus celah jendela. Wanita itu terhenyak, pagi telah tiba sebelum ia sempat menunaikan sholat subuh. "Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa kesiangan?"Wanita itu bangkit dengan tergesa. Berdiri di depan cermin untuk melepas topeng yang Sisil berikan semalam. "Aku bahkan tak sempat melepas benda ini sebelum tidur. Ini sangat aneh." Lisa meneleng sejenak mengingat-ingat kejadian ganjil semalam. Merasa sudah kehilangan banyak waktu, akhirnya ia bergerak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap sholat."Li, Lisa ...." Mata Bagas hampir saja lepas melihat sosok wanita di hadapannya. Sementara wanita yang baru selesai mandi dan merasakan situasi yang tak baik telah menimpa, buru-buru menarik tubuhnya kembali ke kamar mandi, menghindari tatapan pria itu. "Ya Tuhan bagaimana ini?" Lisa menggumam bingung."Apa yang sedang terjadi? Kenapa kepalaku terasa berat?" Lisa berta

  • ISTRI KEDUA CEO   Kamar Kamila

    "Apa ini, Sil?!" teriak Bagas dengan amarah yang meletup-letup. Baru saja dia berprasangka baik tentang Sisil tapi ternyata dalam sekejap dia menikamnya dengan cara lain.Sisil memutar mata malas. "Udah deh, Mas. Gak usah berisik! Katanya mau lapor Pak RT. Panggil warga buat gerebek aku? Silakan! Sana!""Kamu nantangin aku, Sil! Oke! Kamu akan habis karena berbuat mesum padahal sudah punya suami!" Suara bariton itu menggema, sampai membangunkan pelayan yang tidur di kamar pembantu, terbangun. Namun, seperti biasa, mereka tak berani keluar dan melihat apa yang terjadi di ruang-ruang utama. Hanya kepala pelayan yang berani mengintip dari kejauhan. Takut jika ada perampok dan sejenisnya dan perlu untuk memanggil polisi.Bagas bergegas, dia ingin membuktikan bahwa ucapannya bisa menghancurkan Sisil."Tunggu! Satu langkah kamu keluar dari pintu, aku akan menceraikanmu. Dan menghancurkan hidupmu Mas Bagas! Mau jadi gembel?!" Sisil tersenyum sinis. Namun, rupanya ... sang nyonya dan tuannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status