Share

Jangan Tuan!

Penulis: Wafa Farha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-03 16:05:26

"Maaf." Yumna memegangi pakaian bagian atas seolah takut teelihat olehku.

"Ahya."

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Bianca ingin bicara denganmu. Boleh akun masuk?"

"Ya, tentu saja. Saya ini istri, Tuan."

"Apa?" Apa maksudnya sekarang? Apa dia aku memperlakukannya seperti Istriku? Yang benar saja.

"Maaf." Gadis itu meraih ponsel di tanganku dan bergeser memberi jalan untukku masuk.

"Hai!" sapa Bianca.

"Assalamualaikum." Yumna membalas dengan salam.

"Waalaikumsalam. Wah, Yumna ... ternyata benar kamu gadis alim," puji Bianca kemudian.

"Makasih ya sudah mau menikah dengan Mas Dev. Tolong jaga dia."

"Ehm. Baik, Nyonya. Eh. Mbak."

"Ish panggil Bianca saja."

"Baik." Yumna tersenyum tipis. Dia kini pasti bingung luar biasa. Barangkali dia pikir aku lelaki yang menikah lagi karena pengkhianat.

Tapi... Bianca malah mengapresiasinya. Mana ada istri sah baik sama pelakor? Yang ada malah diracun.

Tak lama obrolan pun selesai. Kini, aku kembali menatap dalam -dalam pada Yumna. "Sekarang kamu tahu kan bahwa aku tak pernah berkhianat pada Bianca. Aku bahkan sangat mencintainya," ucapku tak peduli dia paham apa tidak.

Sebelum terjadi yang tidak-tidak aku pun berpamitan keluar. Jujur saja aku ini pria normal, mana kuat berduaan dengan perempuan di kamar, mana Yumna sangat mirip dengan Bianca dan dia tengah memakai pakain terbuka.

"Tuan, tunggu!" Yumna menghentikanku.

"Ya?"

"Apa saya boleh minta sesuatu?"

"Minta sesuatu?" Aku meneleng memikirkan maksud perkataannya. "Apa kamu kekurangan?"

"Em, bukan begitu. Saya meminta hal lain selain harta."

"Ya?"

"Maukah Tuan jadi imam sholat saya malam ini, dan mendoakan saya sebagai pengantin baru?"

"Apa? Apa kamu sangat ingin tidur denganku?" Mataku melotot. Siapa yang menyangka, gadis tertutup sepertinya malah menuntut lebih dulu pada suaminya.

_______

Saat mengobrol dengan klien-klien, Yumna datang bersama sekretarisku, Alina.

Gadis itu didandani dengan pakaian yang terlihat elegant meski menutup auratnya sempurna. Tentu saja harus elegan, karena dia menemui klien-klien perusahaan. Mereka adalah orang-orang dari kalangan atas.

"Hai, Sayang," sapaku menghambur ke arahnya. Kuberi ciuman cepat, membuktikan bahwa rumor Devian adalah suami pengkhianat adalah salah, istriku cuma satu dan dia adalah Bianca yang diganti sosoknya oleh Yumna.

Mata gadis itu melebar. Terkejut pasti. Bahkan tangannya terkepal meremas gamis yang dikenakan, sampai kugenggam agar dia paham posisiku.

"Oh so sweettt." Istri Mr. Karl memuji sikap romantisku pada Yumna.

"Kenalkan, ini Bianca, istri saya." Kuperkenalkan Yumna sebagai Bianca pada semua orang.

Yumna pasrah. Memperlihatkan senyumnya. Walau aku tahu senyum itu adalah sebuah keterpkasaan.

_______________

Saat aku, Yumna dan Liana berada di lift dan tak ada orang lain, Yumna mulai berani menampakkan kemarahan dan mengomel.

"Jangan menciumku!" Diremas bibirnya seolah menghilangkan bekas bibirku. Konyol sekali!

"Kenapa?" Aku tersenyum sinis malas menanggapi.

"Apa kamu tak tahu malu?!" teriaknya kemudian, karena merasa diremehkan karena responku.

"Apa?! Aku tak tahu malu? Yang benar saja," ucapku dingin.

"Aku sudah membayarmu, jadi kamu adalah milikku. Mau aku menciummu ataupun berbuat lebih dari itu, kamu tak berhak menolaknya," tekanku pada Yumna yang wajahnya tampak merah padam.

Alina hanya diam, berdiri di pojok lift dengan menatap ke arah lain. Ya, dia selalu tahu diri bagaimana harus bersikap.

"Ya aku tahu! Apa perlu Anda mengulangnya lagi dan lagi?!" Dia masih terus bicara.

Merasa muak, aku mendekat dan kembali mendaratkan ciuman untuk menutup mulutnya.

Sementara Alina jadi salah tingkah dan membalik badan melihat kami.

________

Dalam beberapa detik waktu menjeda, akhirnya Yumna mendorong tubuhku.

"Plak!"

Tamparan keras mendarat, hingga menyisakan rasa sakit menjalar di pipi. Alina bahkan sampai terlihat takut.

Kurang ajar! Gadis sombong itu berani memukul wajahku. Wajah tampan yang membuat banyak orang tertunduk dan hormat.

Rahangku mengeras, kutajamkan tatapan dengan tangan terkepal siap membalasnya. Namun, di saat yang sama pintu lift terbuka. Terakhir kali kulihat wajahnya masih merah padam. Sinis. Sebelum akhirnya suara yang berasal dari sepatunya terdengar ketika ia melangkah pergi meninggalkanku dengan kebencian.

Moodku ambyar. Ingin mencari pelampiasan atas rasa sakit hati ini. Namun, aku harus menjaga wibawa di depan semua orang terutama para pegawai. Benar-benar dilema.

_______

Sejak kejadian kemarin, aku terus saja dongkol pada Yumna. Ketertarikan yang sempat hadir karena kemiripannya dengan Bianca, lenyap seketika. Perempuan sombong itu tak pantas mendapatkan perlakuan baik dari seorang Devian apalagi perasaannya.

"Nak, kamu nggak papa kan?" Ibu Yumna memegangi tangan puterinya.

Setelah sekian waktu wanita itu akhirnya sadar juga, dan mulai menginterogasi kehidupan perempuan yang kunikahi. Aku belum menyentuhnya, dan ia masih gadis sampai detik ini. Mana bisa aku menyentuhnya selagi hatiku milik istri pertamaku, Bianca.

Yumna mengangguk menjawab pertanyaan ibunya. Seolah tak terjadi apapun dalam hidup yang dijalani. Padahal hari itu dia bilang menderita atas pernikahan kami, tapi ... kenapa di depan ibunya bilang bahwa dia baik-baik saja?

Apa karena dia berubah pikiran atas pernyataan sombongnya padaku, bahwa sumber kebahagiaan itu bukan harta. Melainkan keimanan yang disematkan dalam dada.

Bullshit!

Coba saja dia hidup dengan iman dan tanpa uang? Mana bisa? Nyatanya dia mau jadi jongos yang mau menikah dan jadi istri keduaku. Dia hidup dengan menjilat ludah sendiri. Dan saat semua itu aku katakan pada Yumna, dia terdiam.

Seseorang yang hidup dalam mimpi, kadang perlu disadarkan dengan kenyataan. Sok bijak dan banyak bicara. Tapi fakta mengatakan nasehat-nasehat indah dan surga tak bisa menghidupinya.

"Iya, Bu. Yumna nggak papa. Alhamdulillah Ibu akhirnya sadar." Perempuan berusia 21 tahun itu bicara sambil menangis.

Huft?! Kutatap arloji di pergelangan tangan kiri. Kenapa pula aku harus menyaksikan drama ini? Waktuku habis, aku harus bertemu clien di jam makan siang.

"Ehem." Aku berdehem memberi kode pada wanita yang telah kubeli itu.

Yumna terhenyak. Menatap sekilas padaku dan kembali bicara pada ibunya.

"Ohya, Bu. Ini suami Yumna. Namanya Mas Devian." Dia bangkit dan menunjuk padaku.

Aku tersenyum samar. Lebih pada senyum yang dipaksakan. Tak peduli reaksi wanita itu padaku.

"MaasyaAllah, dia suamimu?" Mata tua itu berkaca-kaca, yang kemudian dijawab anggukan kecil oleh Yumna.

Wanita itu memperhatikan dengan tersenyum yang makin lama semakin memudar. Seolah tak suka padaku. Ada apa? Apa ada yang salah dengan wajah tampan ini?

"Tapi ... kamu masih kuliah, Yumna. Kenapa menikah dengannya?" Matanya melebar. Menampakkan rasa tak sukanya pada keputusan Yumna.

Heuh. Kalau saja ibu tua itu tahu, bahwa tanpa menikah denganku, bisa jadi sekarang tubuhnya sudah beristirahat tenang di kuburan.

Ya, pernikahanku dan Yumna adalah pernikahan kontrak, sampai aku mendapatkan istri pertamaku kembali.

Yumna harus menurut semua kemauanku, karena tubuhnya adalah milikku. Aku membelinya dan dia bisa membayar biaya sakit ibunya.

Kalau kalian pikir, aku memaksa Yumna dan berkhianat pada istri pertamaku, kalian salah besar.

Aku menikahi Yumna bukan karena terobsesi hubungan ranjang, tapi semua terpaksa kulakukan demi permintaan Bianca. Dia memintaku menikahi Yumna dan memanfaatkan keadaan ibunya.

"Yumna bisa nyambi, Bu." Gadis itu coba memberi pengertian ibunya.

"Maaf kita harus pergi," ocehku mengingatkan pada Yumna agar meninggalkan ibunya.

Aku ada pertemuan dengan Presdir Handoko, dan lelaki itu memintaku membawa istri untuk menemani istrinya. Demi, tender Yumna harus ikut, tak peduli jika dia sangat merindukan ibunya sekarang.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ISTRI KEDUA CEO   Misi Berhasil

    "Mas, gimana menurut kamu sekarang?" tanya Sisil sembari meletakkan cangkir di atas meja, dekat laptop yang digunakan suaminya untuk kerja. "Hem?" Keanu yang kurang jelas mendongak. Melepaskan tatapan dari layar dan kemudian fokus pada wanita cantik yang hanya mengenakan dress tipis dengan rambut diikat tinggi. "Ya, Sayang. Kamu membahas tentang siapa?" Pria yang profesinya sebagai pengacara itu ingin memperjelas maksud pertanyaan istrinya. "Itu si Laura. Hidupnya kan ngenes, lebih ngenes dari janda yang gada suami." Sisil mengatakan secara detail. Dia sendiri meski merasa benci pada masa lalu Laura yang jahat, ada anak kecil yang tak bersalah hadir di tengah wanita jahat itu dan mantan suami Lisa -kakaknya. "Hem, apa kamu belum puas melihat penderitaannya?" tanya Keanu. Sisil menggeleng. "Lalu?""Aku kasihan pada anaknya, Mas. Apa kita ambil jadi anak angkat aja, ya? Atau kita kirim ke panti biar diasuh orang," celetuk Sisil ketika terpikir untuk menolong anak tidak bersalah i

  • ISTRI KEDUA CEO   Semua Selesai

    "Jadi kita harus bagaimana, Mas?" Laura tampak bingung.Bagas mendesah panjang. Dia memikirkan cara bagaimana membalas dendam ada orang-orang yang telah membuatnya terpuruk seperti sekarang."Sudahlah, kita pikirkan nanti, Ra. Mas mau mandi dulu, gerah!" ucap Bagas bangkit. Lelaki itu sudah berjalan mencapai tangga, tapi membalik tubuh karena ada sesuatu yang perlu dia katakan."Ohya, cepat berkemas. Kita harus segera pergi dari sini!" seru Bagas, yang kemudian terus berjalan tanpa menunggu persetujuan sang istri. "Aku perlu menghubungi kolega yang masih punya hutang pribadi padaku, yah cukuplah buat nyewa sebuah rumah minimalis."Laura mendecak sebal. Ia sangat kesal pada Lisa. Wanita itu harus dilaporkan karena kasus penipuan."Tapi bagaimana caranya? Kami bahkan tak punya uang untuk menyewa pengacara." Perempuan yang tengah hamil muda itu mendesah lelah. Dengan langkah gontai bergerak mengikuti Bagas di lantai dua.Bagas yang akan masuk kamar mandi, tiba-tiba harus menghentikan la

  • ISTRI KEDUA CEO   Dunia sudah Runtuh

    Lisa mendesah. "Aku bisa mengurus Kamila sendiri. Toh, selama ini akulah yang mengurusnya, apalagi sejak kamu bertemu mantanmu itu, Mas. Kita cerai saja. Ini sudah keputusan terakhirku." Lisa mengucap tenang. Namun, juga mantap. Seketika wajah Bagas pias. Tak menyangka pada akhirnya Lisa yang lebih dulu menggungat cerai. Habis sudah. Tak ada lagu harapan untuk tetap hidup mewah di keluarga Handoko. Entah, bagaimana reaksi Laura nanti saat tahu, suaminya sekarang hanyalah seorang gembel yang tak memiliki apa-apa."Tap, tapi. Apa kamu sudah memikirkannya baik-baik, Lis? Lihatlah betapa menderitanya aku tanpa kamu selama ini. Mas minta maaf." Bagas menghiba. Berharap Lisa luluh atas permintaan maafnya."Maafku sudah habis, Mas. Aku terus memaafkanmu, tapi kamu tetap memilih mantanmu itu. Mas tak menoleh sedikit pun padaku dan Kamila, yang jelas-jelas telah membersamaimu sejak lama.""Mas, khilaf, Lis.""Khilaf yang terulang-ulang." Lisa bicara dengan tegas. Tak sia-sia dia terus melatih

  • ISTRI KEDUA CEO   Cerai saja!

    Mbak Wati berlari dari arah dapur, ketika mendengar suara ribut-ribut di kamar Kamila."Ada apa?" tanya seorang pelayan kepada rekannya ketika Wati bergegas dari dapur tempat mereka bekerja."Biasalah. Orang kaya memang selalu begitu," cibir pelayan lain di sampingnya. Seorang perempuan yang semalam telah berhasil memberi obat tidur dalam minuman wanita bercadar di kamar Kamila.Perempuan itu tersenyum. Dia berpikir bahwa keributan pagi ini adalah imbas dari keberhasilan pekerjaannya semalam."Berhenti bergosip! Kalian makan dan digaji oleh orang yang kalian bicarakan keburukannya," tegur kepala pelayan yang tak suka mereka bicara tanpa adab."Not attitude!" dengkusnya sebelum akhirnya melangkah menyusul Wati untuk melihat apa yang terjadi.Mbak Wati yang melihat Bagas dan Sisil sibuk memanggil seseorang, segera mengambil Kamila yang tampak bingung. Untuk kemudian dibawa ke kamarnya dan diurus seperti biasa. Wanita itu tahu diri, hingga tak berani bertanya apapun mengenai keributan in

  • ISTRI KEDUA CEO   Aku sudah Melihatmu, Lisa!

    Lisa memegangi kepala yang berdenyut, saat membuka matanya dengan susah payah. Begitu mengerjap, cahaya menembus celah jendela. Wanita itu terhenyak, pagi telah tiba sebelum ia sempat menunaikan sholat subuh. "Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa kesiangan?"Wanita itu bangkit dengan tergesa. Berdiri di depan cermin untuk melepas topeng yang Sisil berikan semalam. "Aku bahkan tak sempat melepas benda ini sebelum tidur. Ini sangat aneh." Lisa meneleng sejenak mengingat-ingat kejadian ganjil semalam. Merasa sudah kehilangan banyak waktu, akhirnya ia bergerak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap sholat."Li, Lisa ...." Mata Bagas hampir saja lepas melihat sosok wanita di hadapannya. Sementara wanita yang baru selesai mandi dan merasakan situasi yang tak baik telah menimpa, buru-buru menarik tubuhnya kembali ke kamar mandi, menghindari tatapan pria itu. "Ya Tuhan bagaimana ini?" Lisa menggumam bingung."Apa yang sedang terjadi? Kenapa kepalaku terasa berat?" Lisa berta

  • ISTRI KEDUA CEO   Kamar Kamila

    "Apa ini, Sil?!" teriak Bagas dengan amarah yang meletup-letup. Baru saja dia berprasangka baik tentang Sisil tapi ternyata dalam sekejap dia menikamnya dengan cara lain.Sisil memutar mata malas. "Udah deh, Mas. Gak usah berisik! Katanya mau lapor Pak RT. Panggil warga buat gerebek aku? Silakan! Sana!""Kamu nantangin aku, Sil! Oke! Kamu akan habis karena berbuat mesum padahal sudah punya suami!" Suara bariton itu menggema, sampai membangunkan pelayan yang tidur di kamar pembantu, terbangun. Namun, seperti biasa, mereka tak berani keluar dan melihat apa yang terjadi di ruang-ruang utama. Hanya kepala pelayan yang berani mengintip dari kejauhan. Takut jika ada perampok dan sejenisnya dan perlu untuk memanggil polisi.Bagas bergegas, dia ingin membuktikan bahwa ucapannya bisa menghancurkan Sisil."Tunggu! Satu langkah kamu keluar dari pintu, aku akan menceraikanmu. Dan menghancurkan hidupmu Mas Bagas! Mau jadi gembel?!" Sisil tersenyum sinis. Namun, rupanya ... sang nyonya dan tuannya

  • ISTRI KEDUA CEO   Lapor Pak RT

    Bagas memasuki kamar yang terbuka. Pria itu melihat dengan heran. Bukannya tadi Sisil sudah naik ke atas. Tetapi, kenapa sekarang tidak ada? "Sudahlah. Aku lelah terus memikirkan wanita gila itu. Aku ingin beristirahat," gumamnya. Setidaknya di samping cilaka bertubi-tubi, ada kabar membahagiakan untuknya. Laura yang tak lagi salah paham dan juga sebentar lagi dia akan tahu bahwa Lisa masih hidup.Langkah lebarnya memasuki kamar, dengan malas mendorong pintu. Begitu melihat kasur, langkahnya semakin cepat. Tak sabar merebahkan diri di sana."Ahhh. Lega sekali! Sepertinya aku akan tidur nyenyak malam ini. Tak perlu waktu lama, Bagas terlelap dan sempat mendengkur. Bahkan dia tak sadar ketika Sisil melihatnya di pintu, lalu kembali.Tak lama suara ponsel mengagetkannya.Dengan kondisi masih mengantuk, Bagas meraba-raba ponsel di nakas. Begitu dapat, ia segera meraihnya."Ya?" sapanya pada orang di ujung telepon."Tuan, saya sudah mengirimkan foto dari pacar saya.""Benarkah? Foto wani

  • ISTRI KEDUA CEO   Sikap Aneh Lisa

    "Mas, gimana?" tanya Laura tak sabar."Udah kamu tenang aja, ya. Besok aku akan cari waktu untuk pulang," bujuk Bagas yang kasihan melihat Laura. Tak pernah bertemu. Padahal dia sedang hamil. Meski Laura punya andil besar atas kekacauan sekarang, tetap saja Bagas tak bisa melepaskan tanggung jawabnya. Dia juga ikut andil, perselingkuhan yang menyebabkan banyak perselisihan tak akan terjadi jika Bagas menutup celah tersebut."Iya, itu harus, Mas. Kamu kan tau aku sedang hamil.""Ya, Sayang. Iya." Kini Bagas melunak. Tak ingin semua sisi menjadi sumber kesumpekan baginya. Terlebih Laura. Hanya dia wanita yang kini mencintai dan mendukungnya."Soal Lisa?" tanya Laura lagi. "Kamu tunggu kabar besok, oke? Aku sudah menyiapkan seseorang untuk memhuka kedoknya."Bagas mencoba menenangkan istrinya. Dia sangat yakin rencananya akan berhasil kali ini._____________Di tempat lain, Bibi yang akan masuk, urung ketika melihat majikannya tengah berbincang di telepon. Dia diam-diam mendengar pembi

  • ISTRI KEDUA CEO   Wajah di Balik Cadar

    "Mas, tadi aku gak sengaja lihat riwayat panggilan di ponsel Bibi. Banyak sekali panggilan dari Sisil dan Lisa. Ini aneh kan Mas. Apa Bibi itu sebenarnya suruhan Sisil untuk mengerjai kita?""Apa? Kamu serius? Gak salah baca?!" Ini sangat aneh menurut Bagas. Kenapa mereka berhubungan?Sementara Lisa yang mendengar percakapan mereka menutup mulut, terkejut. Secepat inikah rencananya dan Sisil terbongkar?Dia yang terkejut berbalik arah dan pergi meninggalkan tempatnya. Namun, nahas. Gamisnya nyangkut, hingga menimbulkan suara ketika ia bergerak.Bagas sontak menoleh, mencari asal suara. Dia pun bangkit, bergerak mendekat dan meninggalkan panggilan dengan Laura. Saat berdiri persis di depan pintu, Lisa sudah berjalan menjauh. "Tunggu!" serunya, hingga membuat Lisa menghentikan langkah.Pria itu pun berjalan semakin mendekat. Penasaran. Apa yang dilakukan baby sitter itu? Perempuan berhijab yang Sisil pekerjakan dan dicurigai Bagas sebagai Lisa. Dia pasti sudah mendengar obrolannya deng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status