Beranda / Rumah Tangga / ISTRI KEDUA CEO / Perasaan yang Aneh

Share

Perasaan yang Aneh

Penulis: Wafa Farha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-03 16:10:30

Melirik sekilas jam yang menempel di dinding kantor. Rupanya jam kantor telah berakhir.

Tak lama, tatapanku beralih ke suara yang berasal dari arah pintu. Rupanya Alina yang mengetuk.

"Ya, masuklah."

"Tuan belum pulang?" tanyanya sembari meletakkan sebuah kotak makanan.

"Ya, sebentar lagi," jawabku sambil meregangkan tubuh. "Ini apa?" tanyaku melihat sesuatu yang ditaruh di atas meja.

"Makanan Tuan. Saya lihat, Anda hanya makan siang sedikit tadi."

"Hem? Kamu melihatnya?"

"Ahm, ya kebetulan saya tadi juga makan siang di sana. Hanya saja tidak berani mengganggu." Perempuan itu bicara dengan sopan.

"Ouh." Aku manggut-manggut. "Oya, soal surat yang kamu serahkan." Kuambil surat milik Alina yang sudah kusimpan dalam laci dan menaruhnya di atas meja.

"Ya Tuan?" Dia tampak heran.

"Maaf, aku mencintai istriku. Kamu tau kan aku sudah beristri."

"Istri yang mana Tuan?" Alina tampaknya sangat penasaran, dari dua alisnya yang terangkat saat menatapku.

"Hah?" Ah ya, aku baru sadar, bahwa istriku ada dua. Yumna dan Bianca.

"Eum, tentu saja kamu tau." Aku enggan menyebut nama salah satu dari mereka. Meski kentara bahwa yang kucintai adalah Bianca.

"Apa Tuan ...." Ucapan Alina yang kecewa tergantung, saat seseorang datang tergesa di depan pintu.

Kami berdua pun menoleh ke asal suara. Dan Pak Jim sudah berdiri di sana.

"Ada apa?" tanyaku pada pria yang tampak khawatir itu.

"Eum. Kalau begitu saya permisi." Alina berpamitan. "Oya, ini laporan selama saya menemani Nyonya Bianca." Alina berpamitan sekalian meletakan sebuah map berisi laporannya mengawal Yumna selama ini seminggu terakhir.

Yumna meminta izin meneruskan kuliah, dan kini sudah kembali terdaftar sebagai mahasiswi tarbiyah di tempatnya dulu sempat terminal, ambil cuti atau malah berniat berhenti karena tak ada biaya. Bagiku itu tak masalah, asal dia bisa profesional mengerjakan tugasnya sebagai Nyonya Devian di sisiku.

Begitu Alina keluar, Pak Jim berjalan mendekat padaku. Benar-benar dekat, sampai aku harus menahan napas saat mencium bau keringat bercampur parfum yang dia gunakan.

"Ada apa? Kenapa Bapak terlihat takut begitu?"

"Bukan takut Tuan. Tapi ... Em, itu. Soal ibunya Nyonya Bianca."

"Ada apa dengan ibunya?"

"Saya mendapat laporan, bahwa seorang perawat menemukan ampul obat bius di kamarnya. Tapi pihak rumah sakit menutupi sembari menyelidikinya."

"Apa? Bagaimana bisa?" Tentu aku sangat terkejut.

"Saya tidak tahu, hanya saja orang suruhan saya melaporkan hal itu."

"Apa Yumna sudah melihat ibunya?"

Pak Jim menggeleng. "Bukankah Tuan melarangnya, dan belum memberi izin sampai sekarang." Pria itu mengucap lesu seolah sangat kasihan pada kondisi ibu dan anak itu.

"Ah, ya sudah. Tolong rapikan ini." Aku menunjuk berkas di meja yang masih berantakan.

"Apa harus saya Tuan?" Pak Jim memasang tampang melas. Yah, dia pasti lelah karena seharian ini banyak tugas yang kulimpahkan padanya.

"Lalu siapa? Saya?" Mataku melebar. "Yah, itung-itung olahraga." Aku tersenyum tipis sambil menepuk pundaknya.

Kudengar pria itu mengeluh pelan. "Nasib, jadi orang yang dipercaya, malah capek!"

Lagi, aku hanya bisa menanggapinya dengan senyum selagi tangan bergerak memakai jas yang berada di atas kursi.

_______________

Kuputuskan segera pergi memeriksa ibu Yumna di rumah sakit. Aku sangat khawatir. Yah, bukan karena perhatian pada gadis sombong itu, tapi khawatir pada posisiku sendiri. Karena kalau ibunya mati tak ada alasan untuk Yumna bertahan di sisiku.

Tapi apa iya begitu? Ah, entahlah. Rasanya tak ada alasan untuk seorang Devian perhatian pada perempuan sombong sepertinya.

Di dalam mobil kubuka map yang tadi Alina serahkan padaku. Di sana ada banyak foto-foto yang menunjukkan aktifitas Yumna selama berada di kampus. Dari saat dia duduk sendiri di taman, melapor bagian admin, belajar di kelas dan bicara di depan semua teman-temannya, juga saat dia makan. Semuanya tampak menarik, Yumna gadis dengan penampilan biasa, tapi kenapa bisa menghipnotis orang lain untuk berlama-lama memandangnya.

Ada apa denganku? Apa aku baru saja memuji kecantikannya? Bullshit!

Di foto terakhir, Yumna tengah serius membaca buku di perpustakaan. Namun, di foto lain dengan gambar yang nyaris sama, gadis itu tengah memerhatikan sosok seorang pria yang duduk tak jauh darinya. Lelaki yang tampak rapi, tenang dan ... tampan. Hei, siapa pria itu? Kenapa tatapan Yumna seperti itu? Apa dia menyukainya?

Refleks tangan kananku memegang dada kiri, ada yang teremas sakit di sini.

________

Aku kira Yumna sejak awal sudah menyukai dan mengharapkanku. Sebab kalau dipikir, pernikahan ganda dalam agamanya, maksudku agamaku juga, adalah pernikahan halal, sah-sah saja. Jadi tak masalah dia menjadi yang kedua dan mencintai suaminya dengan sepenuh hati seperti di cerita-cerita viral, bagaimana pernikahan poligami perempuan-perempuan berhijab syari.

Kukira Yumna hanya jaim, dan merasa sombong saja. Ck aku terlalu percaya diri.

Apa mereka hanya pura-pura? Dan aslinya seperti

Yumna? Ah, kenapa aku jadi kesal? Merasa terlalu percaya diri. Lagipula mana mungkin, dia tertarik pada pria kasar sepertiku? Jelas saja mahasiswa di dalam foto ini adalah tipenya.

Sebentar, sebentar!

Ada apa denganmu Dev? Kamu cemburu?

Oh tidak! Itu tidak mungkin!

Pasti karena aku merasa kesal karena kegantenganku tidak bisa mempengaruhi hatinya, bukan karena aku diam-diam tanpa sadar menaruh hati padanya. Ya, pasti karena itu.

Karena itu juga aku suka sekali melihat wajah jengkelnya ketika aku menciumnya. Hahaha. Aku menikmati itu.

"Hahaha."

Tawaku rupanya membuat pergerakan orang yang sedang menyetir mobil. Pria itu menatapku dari kaca spion. Duh, apa aku disangka psikopat olehnya.

Kuhentikan tawa dan tersenyum manis pada sopir tersebut. Karenanya dia jadi manggut-manggut tak enak.

"Pak, agak cepat, ya. Saya sudah penasaran sama keadaan ibunya Yumna."

"Baik, Tuan."

"Oya, tolong jangan kasih tau dia kalau saya ke rumah sakit, jangan juga ngobrol dengan pelayan. Aku lihat dia akrab dengan pelayan-pelayan."

"Baik, Tuan. Em, maaf tapi kalau boleh tau maksud Tuan saya tidak boleh bicara pada siapa? Nyonya Bianca?"

"Bukan Nyonya Yumna."

"Hem?" Sopir itu tampak bingung. Menggaruk kepala yang tak gatal.

"Eum. Maksudku, iya. Nyonya Yumna." Heuh. Untuk sesat aku lupa, meminta semua orang memanggil Yumna sebagai Nyonya Bianca.

"Ya, Tuan. Baik. Maafkan saya."

"Kenapa Bapak minta maaf di saat tidak melakukan kesalahan?" Aku mendecih. Menyandar punggung ke kursi dan menatap ke luar jendela, sambil merapikan foto-foto dan laporan yang kudapat dari Alina mengenai Yumna.

Mobil akhirnya telah sampai ke rumah sakit. Begitu memasuki lobi, aku langsung mencari lift yang langsung membawaku ke ruangan VVIP.

Di depan kamar ibu Yumna, aku bertemu dengan penjaganya. Seorang perempuan, seusia Yumna. Dialah yang Yumna pilih untuk merawat ibunya di rumah sakit.

Aku bicara padanya sebentar, dan menekankan untuk tidak mengatakan apapun pada Yumna mengenai keadaan ibunya.

"Kamu tau sesuatu?"

"Maksud Tuan?" Gadis bernama Nadia itu tampak bingung.

"Sebab pingsannya ibu Yumna?"

"Karena syok, Tuan. Saya tidak tahu kenapa tetangga Yumna. Em, maksud saya Nyonya Yumna bicara tidak-tidak." Dia tampak khawatir.

Oh, berarti dia tak tahu isu ampul bius. Tapi baguslah. Dengan begitu, Nadia tak akan bicara pada Yumna dan membuatnya khawatir hingga tidak fokus menjalankan tugasnya sebagai Nyonya Bianca.

Aku pun masuk ke dalam, melihat keadaan ibu mertuaku itu. Sekilas tak ada masalah pada kondisinya, dia sedang tertidur pulas. Entah, karena efek koma dari pingsannya atau obat bius yang bekerja dalam tubuhnya.

Tapi, kadar obat bius apa yang bertahan begitu lama? Bukankah itu bahaya untuk organ dalamnya? Aku tak boleh tinggal diam untuk hal ini.

Selesai melihat kondisi ibu Yumna aku kembali memperingatkan Nadia agar tak bicara apa pun pada Yumna, bahwa CEO Angkasa Group mengunjungi ibunya.

_______________

Sampai di rumah, hari sudah malam. Aku tak melihat Yumna berkeliaran di dalam rumah. Saat kutanyakan pada kepala pelayan, wanita paruh baya itu bilang, tadinya Yumna memang menungguku.

"Sepertinya Nyonya Bianca ingin bicara sesuatu yang sangat penting, Tuan."

"Ingin bicara?"

Pelayan itu mengangguk.

"Beliau sampai mondar-mandir lama di depan kamarnya. Tapi mungkin sekarang sudah tidur."

Kuperhatikan angka di jam dinding. Benar saja sudah jam sebelas malam. Dia pasti kelelahan menungguku.

"Ya, sudah. Bibi istirahat saja. Besok juga dia pasti bicara."

"Baik. Terimakasih, Tuan." Wanita tua itu akhirnya berlalu dari hadapan.

Aku pun melangkah ke kamar melewati pintu Yumna yang tertutup rapat. Apa perlu aku mengetuk dan menenangkannya. Dia pasti ingin bicara soal ibunya.

Ah, aa peduliku? Biar saja Yumna tidur. Dia tak boleh kelelahan, ada banyak pertemuan yang menunggunya.

_____________

Sebelum sarapan Yumna memintaku bicara berdua. Tanpa banyak bicara, aku pun mengikuti langkahnya ke kamar. Dia pasti sudah penasaran apa yang terjadi dengan ibunya.

Setelah pintu tertutup, Yumna melayangkan tangan ke wajahku. Apa ini? Dia menamparku lagi. Apa dia tahu tentang ibunya yang dibius? Dan menyalahkanku, karena berpikir itu perbuatan kotorku agar aku bisa menahan Yumna di sisiku?

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ISTRI KEDUA CEO   Misi Berhasil

    "Mas, gimana menurut kamu sekarang?" tanya Sisil sembari meletakkan cangkir di atas meja, dekat laptop yang digunakan suaminya untuk kerja. "Hem?" Keanu yang kurang jelas mendongak. Melepaskan tatapan dari layar dan kemudian fokus pada wanita cantik yang hanya mengenakan dress tipis dengan rambut diikat tinggi. "Ya, Sayang. Kamu membahas tentang siapa?" Pria yang profesinya sebagai pengacara itu ingin memperjelas maksud pertanyaan istrinya. "Itu si Laura. Hidupnya kan ngenes, lebih ngenes dari janda yang gada suami." Sisil mengatakan secara detail. Dia sendiri meski merasa benci pada masa lalu Laura yang jahat, ada anak kecil yang tak bersalah hadir di tengah wanita jahat itu dan mantan suami Lisa -kakaknya. "Hem, apa kamu belum puas melihat penderitaannya?" tanya Keanu. Sisil menggeleng. "Lalu?""Aku kasihan pada anaknya, Mas. Apa kita ambil jadi anak angkat aja, ya? Atau kita kirim ke panti biar diasuh orang," celetuk Sisil ketika terpikir untuk menolong anak tidak bersalah i

  • ISTRI KEDUA CEO   Semua Selesai

    "Jadi kita harus bagaimana, Mas?" Laura tampak bingung.Bagas mendesah panjang. Dia memikirkan cara bagaimana membalas dendam ada orang-orang yang telah membuatnya terpuruk seperti sekarang."Sudahlah, kita pikirkan nanti, Ra. Mas mau mandi dulu, gerah!" ucap Bagas bangkit. Lelaki itu sudah berjalan mencapai tangga, tapi membalik tubuh karena ada sesuatu yang perlu dia katakan."Ohya, cepat berkemas. Kita harus segera pergi dari sini!" seru Bagas, yang kemudian terus berjalan tanpa menunggu persetujuan sang istri. "Aku perlu menghubungi kolega yang masih punya hutang pribadi padaku, yah cukuplah buat nyewa sebuah rumah minimalis."Laura mendecak sebal. Ia sangat kesal pada Lisa. Wanita itu harus dilaporkan karena kasus penipuan."Tapi bagaimana caranya? Kami bahkan tak punya uang untuk menyewa pengacara." Perempuan yang tengah hamil muda itu mendesah lelah. Dengan langkah gontai bergerak mengikuti Bagas di lantai dua.Bagas yang akan masuk kamar mandi, tiba-tiba harus menghentikan la

  • ISTRI KEDUA CEO   Dunia sudah Runtuh

    Lisa mendesah. "Aku bisa mengurus Kamila sendiri. Toh, selama ini akulah yang mengurusnya, apalagi sejak kamu bertemu mantanmu itu, Mas. Kita cerai saja. Ini sudah keputusan terakhirku." Lisa mengucap tenang. Namun, juga mantap. Seketika wajah Bagas pias. Tak menyangka pada akhirnya Lisa yang lebih dulu menggungat cerai. Habis sudah. Tak ada lagu harapan untuk tetap hidup mewah di keluarga Handoko. Entah, bagaimana reaksi Laura nanti saat tahu, suaminya sekarang hanyalah seorang gembel yang tak memiliki apa-apa."Tap, tapi. Apa kamu sudah memikirkannya baik-baik, Lis? Lihatlah betapa menderitanya aku tanpa kamu selama ini. Mas minta maaf." Bagas menghiba. Berharap Lisa luluh atas permintaan maafnya."Maafku sudah habis, Mas. Aku terus memaafkanmu, tapi kamu tetap memilih mantanmu itu. Mas tak menoleh sedikit pun padaku dan Kamila, yang jelas-jelas telah membersamaimu sejak lama.""Mas, khilaf, Lis.""Khilaf yang terulang-ulang." Lisa bicara dengan tegas. Tak sia-sia dia terus melatih

  • ISTRI KEDUA CEO   Cerai saja!

    Mbak Wati berlari dari arah dapur, ketika mendengar suara ribut-ribut di kamar Kamila."Ada apa?" tanya seorang pelayan kepada rekannya ketika Wati bergegas dari dapur tempat mereka bekerja."Biasalah. Orang kaya memang selalu begitu," cibir pelayan lain di sampingnya. Seorang perempuan yang semalam telah berhasil memberi obat tidur dalam minuman wanita bercadar di kamar Kamila.Perempuan itu tersenyum. Dia berpikir bahwa keributan pagi ini adalah imbas dari keberhasilan pekerjaannya semalam."Berhenti bergosip! Kalian makan dan digaji oleh orang yang kalian bicarakan keburukannya," tegur kepala pelayan yang tak suka mereka bicara tanpa adab."Not attitude!" dengkusnya sebelum akhirnya melangkah menyusul Wati untuk melihat apa yang terjadi.Mbak Wati yang melihat Bagas dan Sisil sibuk memanggil seseorang, segera mengambil Kamila yang tampak bingung. Untuk kemudian dibawa ke kamarnya dan diurus seperti biasa. Wanita itu tahu diri, hingga tak berani bertanya apapun mengenai keributan in

  • ISTRI KEDUA CEO   Aku sudah Melihatmu, Lisa!

    Lisa memegangi kepala yang berdenyut, saat membuka matanya dengan susah payah. Begitu mengerjap, cahaya menembus celah jendela. Wanita itu terhenyak, pagi telah tiba sebelum ia sempat menunaikan sholat subuh. "Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa kesiangan?"Wanita itu bangkit dengan tergesa. Berdiri di depan cermin untuk melepas topeng yang Sisil berikan semalam. "Aku bahkan tak sempat melepas benda ini sebelum tidur. Ini sangat aneh." Lisa meneleng sejenak mengingat-ingat kejadian ganjil semalam. Merasa sudah kehilangan banyak waktu, akhirnya ia bergerak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap sholat."Li, Lisa ...." Mata Bagas hampir saja lepas melihat sosok wanita di hadapannya. Sementara wanita yang baru selesai mandi dan merasakan situasi yang tak baik telah menimpa, buru-buru menarik tubuhnya kembali ke kamar mandi, menghindari tatapan pria itu. "Ya Tuhan bagaimana ini?" Lisa menggumam bingung."Apa yang sedang terjadi? Kenapa kepalaku terasa berat?" Lisa berta

  • ISTRI KEDUA CEO   Kamar Kamila

    "Apa ini, Sil?!" teriak Bagas dengan amarah yang meletup-letup. Baru saja dia berprasangka baik tentang Sisil tapi ternyata dalam sekejap dia menikamnya dengan cara lain.Sisil memutar mata malas. "Udah deh, Mas. Gak usah berisik! Katanya mau lapor Pak RT. Panggil warga buat gerebek aku? Silakan! Sana!""Kamu nantangin aku, Sil! Oke! Kamu akan habis karena berbuat mesum padahal sudah punya suami!" Suara bariton itu menggema, sampai membangunkan pelayan yang tidur di kamar pembantu, terbangun. Namun, seperti biasa, mereka tak berani keluar dan melihat apa yang terjadi di ruang-ruang utama. Hanya kepala pelayan yang berani mengintip dari kejauhan. Takut jika ada perampok dan sejenisnya dan perlu untuk memanggil polisi.Bagas bergegas, dia ingin membuktikan bahwa ucapannya bisa menghancurkan Sisil."Tunggu! Satu langkah kamu keluar dari pintu, aku akan menceraikanmu. Dan menghancurkan hidupmu Mas Bagas! Mau jadi gembel?!" Sisil tersenyum sinis. Namun, rupanya ... sang nyonya dan tuannya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status