Share

ISTRI KESAYANGAN MR. BILLIONAIRE
ISTRI KESAYANGAN MR. BILLIONAIRE
Penulis: MariaGG

bab 1

"Ayana, apa kau sudah selesai menjemur pakaiannya? Kau ini, menjemur pakaian saja sangat lama sekali, dasar gadis ideot!" teriak Nina, Kakak dari Ayana.

Ayana yang sedang fokus menjemur pakaian itu, seketika langsung menoleh ke arah Nina. Ayana sudah tidak terkejut lagi dengan perkataan kasar yang dilontarkan oleh Nina, karena sehari-harinya memang seperti itulah sikap Nina.

"Maaf, Kak, tinggal sedikit lagi," jawab Ayana.

Nina berkacak pinggang sembari menghampiri Ayana. Secepat kilat tangan Nina menyambar rambut Ayana, ia menjambak rambut sang Adik. Ayana meringis menahan sakit.

"Kak, sakit, tolong lepaskan," mohon Ayana, dengan menahan sakit akibat tarikan kuat Nina.

Tetapi Nina justru semakin menarik kuat rambut Ayana yang panjang itu. "Kau selalu menguji kesabaranku, gadis sialan!" umpat Nina yang masih ingin menyiksa Ayana.

"Ampun, Kak, aku akan menyelesaikannya dengan cepat," Ayana mengiba menatap Nina, yang terlihat memberinya tatapan benci.

"Cepat, kau selesaikan! Lalu kau urus anak-anak panti sialan itu, yang setiap pagi selalu saja berisik, mengganggu pagiku."

Nina kemudian menghempaskan tubuh Ayana hingga jatuh terduduk, membuat Ayana meringis kesakitan. Ayana menatap takut kearah Nina, yang melipat kedua tangannya di depan dada.

"Cepat bangun dan selesaikan! Jangan membuat aku kembali memberimu pelajaran." Nina kemudian mendorong bahu Ayana dengan kakinya, membuat Ayana kembali merasakan sakit.

Ayana tidak mengerti, menapa Kakaknya itu begitu membencinya, yang merupakan Adiknya sendiri.

"Baik Kak," jawab Ayana.

Ayana tidak ingin membuat Nina semakin kesal. Ayana pun segera bangun dengan menahan nyeri di tubuhnya. Kemudian ia segera menyelesaikan pekerjaanya. Dengan tertatih-tatih, Ayana berusaha menyelesaikan pekerjaannya tersebut.

"Cepat bodoh! Kerja begitu saja kau butuh waktu begitu lama, Dasar lelet. Cepat kau selesaikan, Ayana, anak-anak akan segera berangkat ke sekolah," ucap Nina.

Setelah itu, Nina berbalik melangkah masuk ke dalam panti. Sementara Ayana bergegas menemui anak-anak panti. Melihat hari sudah semakin siang, mereka semua pasti sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah pagi ini.

Di seberang panti tersebut, terdapat rumah berlantai 2 yang setiap hari Ayana pandangi, hanya untuk dapat melihat seseorang yang dia sukai secara diam-diam, menjadi obat saat Ayana merasakan kesedihan.

Saat Ayana mengantar anak-anak panti yang akan berangkat ke sekolah, Ayana kebetulan bertemu dengan pria pujaan hatinya, yang juga keluar dan menyapanya.

Bryan, nama pria tersebut. Ia tersenyum saat melihat kehadiran Ayana yang keluar untuk mengantar anak-anak panti asuhan ke sekolah pagi ini. Bryan dan Ayana, tidak luput dari pandangan seseorang, yang saat ini menatap benci ke arah Ayana.

"Ayana, apa anak-anak akan berangkat ke sekolah?" Bryan menatap Ayana, yang mengantar anak-anak panti untuk ke sekolah.

"Iya Kak, mereka baru saja akan berangkat ke sekolah," jawab Ayana.

Kemudian Ayana melambaikan tangannya kepada anak-anak panti, yang berjalan menuju sekolah mereka. Ayana terus menatap kepergian anak-anak panti tersebut dengan wajah yang berbinar, dan semua itu tak luput dari pandangan Bryan.

"Lihat, anak-anak sudah berangkat ke sekolah Ayana," ucap Bryan.

Bryan sengaja berkata seperti itu kepada Ayana, untuk mencoba menarik perhatiannya, karena Ayana yang masih saja terus menatap ke arah kepergian anak-anak panti.

"Ada apa, Kak?" tanya Ayana.

Ayana pun menoleh ke arah Bryan, yang saat ini berdiri di depannya. Dari raut wajahnya, terlihat jika Bryan ingin mengatakan sesuatu kepadanya.

"Ayana, apa kau sibuk pagi ini? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat!" Bryan berharap Ayana tidak menolak ajakannya.

Ayana menatap ke arah Bryan sejenak seraya berpikir, kemudian tersenyum mengangguk mengiyakan.

"Aku mau, Kak," ucap Ayana.

*****

Mendengar ajakan Bryan kepada Ayana, membuat Nina yang berdiri tidak jauh dari tempat tersebut, melangkah mendekat, ia juga ingin ikut bersama mereka.

"Kak, aku juga ingin ikut."

Nina tiba-tiba berjalan menghampiri Bryan, yang membuat Ayana dan Bryan menoleh ke arah Nina.

"Tunggu sebentar ya, Kak, aku akan segera mengganti pakaianku," inbuh Nina.

"Tunggu, Nina! Tetapi aku hanya ingin mengajak Ayana," Bryan tidak ingin jika kehadiran Nina, akan membuat kesempatannya untuk dekat dengan Ayana, lewat begitu saja.

"Menapa, Kak? Apa Ayana yang melarangmu mengajakku?" Nina melirik ke arah Ayana dengan marah.

Tidak mempedulikan ucapan Nina, Bryan kembali menatap Ayana, yang juga menatap ke arah Bryan dengan diam.

"Tunggu di sini, Ayana, aku akan mengambil mobilku, hanya sebentar." Bryan kemudian berlari meninggalkan Ayana, dan mengambil mobilnya yang terparkir di halaman depan rumahnya.

Ayana takut untuk mengatakan yang sejujurnya, tentang perasaan yang dia miliki kepada Bryan, yang mungkin akan ditolak Bryan jika mengetahuinya, mengingat perbedaan status antara dirinya dan juga Bryan yang sangat berbeda jauh.

Nina ingin perhatian Bryan hanya untuknya, dan bukan untuk Adiknya, Ayana.

Nina kemudian mendekat, dan mencubit lengan Ayana, sembari memberinya ancaman, saat melihat tidak ada yang memperhatikan apa yang dia lakukan kepada Ayana.

"Aww! Kak Nina, mengapa kau mencubitku Kak." Ayana mengusap lengannya yang baru saja dicubit oleh Nina, yang menatap acuh ke arahnya.

Tidak hanya sampai di situ, Nina kemudian mencengkram kuat lengan Ayana. "Dengar bodoh! Pokoknya aku tidak mau tahu, kau harus bilang kepada Bryan, jika kau tidak ingin pergi dengannya, mengerti!" Ayana hanya dapat meringis kesakitan.

"Tapi, Kak Nina, Kak Bryan mengajakku dan bukan kamu. Dan aku juga tidak ingin menolak ajakan, Kak Bryan," ucap Ayana.

Mendengar ucapan Ayana tersebut, membuat Nina semakin menggeram marah.

"Dasar bodoh!" umpat Nina.

Dengan marah Nina kemudian mendorong tubuh Ayana, hingga terjatuh ke jalanan.

"Kak Nina, mengapa Kakak memperlakukanku seperti ini, apa salahku Kak?" ucap Ayana.

"Kamu mau tahu salahmu di mana? Salahmu itu adalah kau tidak pantas bersama dengan Bryan, jadi sekali lagi aku peringatkan, batalkan niatmu yang ingin jalan dengan Bryan!" Nina menginjak telapak tangan Ayana, membuat Ayana meringis kesakitan.

"Aww, Kak, sakit, hentikan!"

"Itu peringatan untukmu, Ayana! Awas saja jika kau berani menerima ajakan Bryan, yang seharusnya hanya aku yang pantas pergi bersama, Bryan!"

Beberapa saat kemudian, Bryan kembali dengan mengendarai mobilnya, dan berhenti tepat di depan Ayana, yang saat ini terlihat hanya diam berdiri tidak jauh dari Nina.

"Ayana, ayo masuk!" Bryan membuka pintu mobilnya dari dalam, meminta Ayana untuk masuk kedalam mobilnya.

"Tapi Kak —!" Ayana merasa ragu sesaat, mengingat ancaman Nina.

Melihat itu Nina segera menimpali,

"Kak Bryan, Ayana tidak ingin ikut, Kak, Ayana sudah ada janji dengan seseorang," kilah Nina, membuat Bryan terkejut mendengarnya.

"Apa maksudmu, Nina?" Bryan menatap Nina, meminta penjelasan.

"Ayana, dia sudah —"

"Tidak, Kak, aku tidak memiliki janji dengan siapapun. Kalau begitu, kita jalan sekarang Kak," Ayana hanya ingin segera mengakhiri perdebatan dengan kakaknya, yang semakin memojokkannya.

"Tidak, tunggu Kak Bryan. Ayana, kakak juga ingin ikut." Nina menatap Ayana, dengan penuh peringatan.

"Maaf, Kak," ucap Ayana.

Ayana segera masuk ke dalam mobil Bryan, dan meninggalkan Nina, yang berdiri menghentakkan kakinya dengan marah, menatap benci kepergian Ayana.

"Awas saja kau Ayana, aku akan membalasmu, lebih!" Nina tersenyum jahat, yang berencana akan membuat Ayana semakin menderita.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status