Share

bab 2

"Kita akan ke mana Kak?" Ayana yang selesai memasang sabuk pengaman, menoleh ke arah Bryan, yang duduk mengemudikan mobilnya .

Bryan tersenyum ke arah Ayana. "Tebaklah, aku akan mengajakmu ke mana."

"Ayana tidak bisa menebaknya, Kak."

Bryan tersenyum tipis. "Bagaimana jika, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, dan pastinya akan kau sukai," mendengarnya membuat Ayana mengangguk menyetujui.

Bryan kemudian membelokkan mobilnya, menuju ke arah pantai, yang letaknya tidak terlalu jauh dari panti asuhan, agar Ayana tidak merasa khawatir berkendara terlalu lama, berdua dengannya.

Setelah beberapa saat berkendara, Ayana dan Bryan tiba di pantai, tempat yang ingin Bryan perlihatkan kepada Ayana.

"Ini masih pagi, jadi pengunjung di pantai ini belum banyak yang datang." Bryan berucap, kemudian menyusul, menemani Ayana.

"Ayo Kak, kita ke sana, Ayana ingin bermain air laut," Ayana terlihat bahagia. Seraya menarik tangan Bryan, untuk ikut bersamanya, menikmati air laut yang dingin.

Bryan lekas melepas sepatu yang dia kenakan, dan kemudian menginjakkan kakinya di pasir, berjalan menghampiri Ayana yang menikmati ombak laut kecil yang menyentuh kakinya.

Saat Ayana selesai menikmati air laut. Bryan kemudian mengajak Ayana untuk kembali pulang ke panti bersamanya.

"Ayana, kita pulang sekarang," ajak Bryan kepada Ayana, dengan mengambil sepatu yang dia lepas.

Ayana mengangguk, yang kemudian mengikut berjalan di belakang Bryan, menuju mobil Bryan yang terparkir.

Tetapi sebelumnya, Bryan mengajak Ayana untuk ke sebuah restoran yang letaknya tidak jauh dari pantai, tempat mereka berada.

"Kita makan dulu, Ayana, setelah itu aku akan mengantarmu kembali pulang," kemudian Bryan mulai menjalankan mobilnya menuju restoran.

Tiba di restoran, Ayana nampak terkejut, melihat banyaknya makanan yang tertata di depannya, membuat Ayana terdiam sembari menggigit bibirnya.

Tentu itu menarik perhatian Bryan, Bryan mengira, jika Ayana mungkin tidak menyukai menu yang baru saja dia pesan.

"Apa kau tidak menyukai, makanan Seafood yang di hidangkan restoran ini, Ayana?" tanya Bryan, saat melihat Ayana hanya diam, memandang pada menu yang telah disajikan dimeja.

"Aku menyukai semuanya Kak, tetapi aku pikir, jika menu yang kakak pesan, ini terlalu banyak," kemudian Ayana kembali berkata.

"Apa boleh, jika Aku membungkusnya separuh, untuk aku beri kepada anak-anak panti? Tidak mungkin kita bisa menghabiskan semuanya Kak." pinta Ayana kepada, Bryan.

Bryan tersenyum, mendengar apa yang baru saja, Ayana pinta darinya. Pikirnya, walau saat ini Ayana sedang berdua bersamanya, Ayana masih saja memikirkan anak-anak yang ada di panti.

"Aku bisa memesan lagi yang baru, jika kau ingin membungkusnya dan membawanya pulang?" tawar Bryan.

Ayana menggeleng cepat, menolak tawaran yang diberikan Bryan. "Tidak perlu Kak, lebih baik makanan ini saja yang kita sisihkan, tidak mungkin juga kita berdua dapat menghabiskannya."

Bryan mengangguk, kemudian berkata kepada Ayana. "Baiklah, jika itu yang kamu mau, lebih baik kita menyisihkan beberapa makanan, dan kita memakan beberapa hidangan lainnya saja," usul Bryan kepada Ayana, yang di balas anggukan oleh Ayana.

Setelahnya, Bryan mulai mengambil udang yang ada di depannya, untuk Bryan kupas, sebelum Bryan berikan kepada Ayana. Ayana tersenyum malu menerima perlakuan dari Bryan.

"Cobalah," Bryan mengulurkan tangannya, memberikan udang yang telah dia kupas kepada Ayana.

"Terima kasih Kak," Ayana lekas mencicipi, udang pemberian Bryan, yang terasa begitu manis, saat dirinya mulai memakannya.

"Apa kau menyukainya?"

"Ini enak Kak, Ayana suka," Ayana mengangguk tersenyum, kepada Bryan.

Bryan yang melihat jika Ayana menyukai udang pemberiannya, tersenyum senang, kemudian ikut menikmati, makan bersama Ayana, yang sesekali Bryan melirik ke wajah cantik Ayana.

Menikmati makanan pesanan mereka berdua, Ayana dan Bryan hanyut dalam suasana yang mereka ciptakan, tanpa Ayana sadari jika hari semakin siang, yang membuatnya harus segera mengakhiri kebersamaannya bersama dengan Bryan.

"Kak, hari sudah siang, Kita pulang yuk!" ajak Ayana kepada Bryan, yang terlihat masih ingin menghabiskan waktu berdua dengannya.

Bryan kemudian melirik ke arah jam, yang ada di tangannya, melihat jika Ayana memang sudah cukup lama keluar bersamanya.

"Tunggu sebentar Ayana, pelayannya masih harus membungkus makanan yang tidak kita makan," Bryan kemudian meminta pelayan, untuk membungkus makanan yang tidak mereka makan.

"Apa kau yakin tidak ingin menambahnya Ayana? aku pikir jika kau menambah beberapa menu, itu cukup untuk kau bagikan kepada anak-anak?" tawar Bryan kembali.

"Tidak perlu Kak, makanan itu sudah cukup untuk Ayana bagi. Lagi pula Ayana juga merasa sungkan kepada Kakak," jelas Ayana, kepada Bryan.

"Kau tidak perlu merasa sungkan, Ayana, lagi pula aku juga merasa senang, jika anak-anak panti menyukainya."

Bryan Sebenarnya masih ingin mengajak Ayana ke pusat perbelanjaan, yang mungkin akan membuat Ayana semakin bahagia, berjalan bersamanya hari ini. Akan tetapi, melihat jika Ayana ingin segera kembali pulang, Bryan tidak bisa menolaknya.

"Ayo Kak, kita pulang!" Ayana berdiri dari duduknya menatap Bryan, setelah menerima bungkusan makanan, yang baru saja diserahkan oleh pelayan kepadanya.

Di depan panti, Ayana lekas membuka pintu mobil Bryan, dan menurunkan kakinya , dengan menenteng bungkusan makanan yang ada di tangannya.

"Kalau begitu Ayana pamit ya Kak, terima kasih atas makanannya, dan juga Kak Bryan sudah mau membawa Ayana jalan hari ini" Ayana lekas turun dari mobil Bryan.

"Masuklah Ayana, aku juga akan segera kembali pulang ke rumahku," kemudian kembali menyalakan mesin mobilnya, dan melaju memasuki halaman rumahnya.

Di lantai dua, Nina yang berdiri melihat dari jendela kamarnya, kepulangan Ayana bersama dengan Bryan, membuat amarahnya kembali membuncah.

Nina segera nenuruni anak tangga, tidak sabar ingin menemui Ayana, untuk menegur adiknya. "Kau dari mana saja, Ayana! Apa kau tahu ini sudah jam berapa? Dan kau belum menyiapkan makanan, untuk anak-anak panti!" Nina meluapkan ke kesalannya, mengingat Ayana yang pergi meninggalkannya bersama Bryan.

Ayana sedikit tekejut melihat amarah Kakanya saat ini. "Kak maaf, Ayana sedikit terlambat pulang. Lain kali Ayana tidak akan seperti ini lagi!"

Nina menulikan pendengarannya, dan mengabaikan permintaan maaf Ayana.

Plak!

"Tamparan Itu, karena kau sudah berani mengabaikan perintah ku!"

"Hiks hiks hiks! Ampun Kak, Ayana minta maaf Kak, Nina!" lirih Ayana, dengan air mata yang menetes, menatap kearah, Nina.

Plak!

"Dan tamparan ini, juga karena kau berani membuatku marah!"

Setelah puas, Nina dengan acuh melipat kedua tangannya di depan dada, kemudian melirik kepada bungkusan yang ada di tangan Ayana.

"Apa yang ada di tanganmu Ayana? Jangan bilang kau meminta kepada Bryan seperti seorang pengemis!" tunjuknya kepada bungkusan, yang ada di tangan Ayana. Nina pikir, Ayana dan Bryan mungkin baru saja kembali dari mengajak Ayana berbelanja.

"Jawab, Ayana!"

"Berhenti berteriak, Kak! Ayana tidak tuli!" Ayana yang tanpa sadar berkata seperti itu, menatap kakaknya dengan meminta maaf.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status