Home / Rumah Tangga / ISTRI LUPA DIRI / Bab 133: Takdir yang Terulang

Share

Bab 133: Takdir yang Terulang

Author: Rae Jasmine
last update Last Updated: 2025-06-15 09:26:09

Langit senja mulai meredup saat Rachel berdiri di depan jendela kamarnya, menatap pekarangan yang mulai gelap. Angin sore menyusup melalui celah jendela, membawa aroma tanah basah dan ketegangan yang menggantung di dalam rumah itu.

Hari-hari belakangan terasa berat. Setelah kejatuhannya yang membuat nama Rachel tercoreng di mata publik dan kalangan sosialita, dia kini perlahan mencoba kembali berdiri. Namun, masa lalu terus mengejarnya seperti bayangan yang tak pernah hilang. Terutama kini, saat dia mengetahui bahwa Malik Anshari—ayah dari Dali—memiliki sejarah kelam dengan keluarga suaminya.

Rachel menutup jendela perlahan, lalu berjalan ke meja rias dan memandang pantulan dirinya di cermin. Wajahnya yang dulu cerah dan penuh ambisi kini terlihat lebih tenang, meskipun sorot matanya menyimpan luka yang dalam. Ia sudah bukan perempuan yang sama seperti dulu—yang mengejar kekayaan dan status sosial tanpa memperhitungkan siapa yang disakiti dalam prosesnya.

Martin mengetuk pintu pelan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 142: Rahasia Ayahku

    Pagi itu, Rachel berdiri di depan sebuah bangunan tua di pinggiran kota, tempat yang disebutkan dalam catatan terakhir ayahnya. Sebuah ruko kecil dua lantai yang tampak kusam dan terlupakan. Tak ada papan nama, tak ada aktivitas. Tapi Rachel tahu, di sinilah dulu butik pertama orang tuanya berdiri—tempat segala impian dimulai sebelum semuanya runtuh.Ia menyentuh gagang pintu yang berdebu, mencoba membayangkan masa lalu: Ayah dan ibunya menjahit bersama, menata gaun di etalase, menyambut pelanggan dengan senyuman. Rasa hangat menyeruak dalam dada Rachel, bercampur getir.Rachel membuka kunci yang ia temukan dalam laci lama rumah ibunya. Pintu itu berderit saat terbuka. Di dalam, ruangan kosong penuh debu menyambutnya. Aroma kayu tua dan kain lapuk menyelimuti udara.Langkahnya perlahan menelusuri lantai kayu yang mulai lapuk. Ia memandang sekeliling: ada bekas rak kayu menempel di dinding, sisa cat pudar warna krem, dan sebuah cermin besar yang retaknya membentuk pola seperti jaring

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 141: Tak Ada Lagi Penyangkalan

    Butik tampak sepi siang itu. Setelah mengatur etalase dan memastikan semua karyawan bekerja sesuai tugas, Rachel masuk ke ruang belakang dengan sebuah folder di tangan. Folder itu berisi dokumen lama yang ia temukan kembali di kamar ibunya—surat-surat, bukti transaksi, bahkan catatan harian yang ternyata disimpan sang ibu secara diam-diam selama bertahun-tahun.Rachel menatap halaman demi halaman dengan jantung yang berdebar. Ia tak menyangka ibunya menyimpan begitu banyak hal. Beberapa catatan berkaitan dengan masa lalu ayahnya, Martin, hingga perjanjian-perjanjian bisnis yang mencurigakan. Semuanya berlapis teka-teki—bukan karena misteri luar, tapi karena keputusan orang-orang terdekatnya menyembunyikan kebenaran darinya.Ia terdiam lama. Wajahnya murung tapi matanya tajam. Kali ini, Rachel tak ingin membiarkan apa pun luput dari pengamatannya. Ia ingin tahu. Ia berhak tahu.Tak lama kemudian, langkah kaki berat terdengar memasuki ruang belakang. Martin muncul sambil membawa dua ge

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 140: Kebenaran di Balik Berkas

    Rachel duduk diam di tepi ranjangnya malam itu. Lampu kamar dibiarkan redup, hanya nyala lembut dari lampu meja yang menerangi wajahnya yang penuh tanya. Sudah dua minggu sejak pertengkaran hebatnya dengan Martin, dua minggu yang terasa seperti dua tahun.Ia memeluk bantal kecil di pangkuannya. Aroma lembut sabun dari baju tidurnya tidak cukup untuk menenangkan hatinya. Mama sudah tidur di kamar sebelah, dan butik kini lebih sering diurus oleh asisten barunya. Rachel memilih menarik diri—bukan karena tak sanggup bekerja, tapi karena hatinya terlalu penuh dengan luka yang belum sempat ia benahi.“Kenapa bisa sejauh ini?” gumamnya.Dalam benaknya, bayangan Martin masih jelas. Lelaki itu pernah menjadi sandaran, rumah, dan harapan. Tapi kebohongan demi kebohongan, sekecil apa pun, telah mengikis kepercayaannya. Rachel mulai sadar bahwa bukan hanya masa lalu Martin yang kelam, tapi juga ketidakmauannya menghadapi kenyataan.Rachel mengambil jurnal yang biasa ia tulis, membuka halaman ter

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 139: Tak Terucap

    Pagi itu, Rachel terbangun dengan mata sembap. Semalaman ia tak bisa tidur, memikirkan pengakuan ibunya—Amara—tentang keterlibatan almarhum Frans Wibowo dalam hidup mereka. Seakan fondasi tempatnya berpijak selama ini berguncang hebat.Rachel bangkit pelan-pelan, mengenakan baju kerja, lalu turun ke ruang makan. Martin sudah duduk sambil menyeruput kopi. Tatapan pria itu lembut, seolah tahu bahwa istrinya sedang tidak baik-baik saja.“Kau tak banyak tidur semalam,” ucap Martin hati-hati.Rachel duduk, menatap kosong ke arah piring kosongnya. “Aku bertemu Mama kemarin.”Martin diam. Ia tahu sejak dulu hubungan Rachel dan ibunya tidak pernah benar-benar dekat. Tapi kali ini, sesuatu terasa berbeda dari nada suara istrinya.“Ada yang ingin kau ceritakan?” tanya Martin pelan.Rachel menggigit bibir bawahnya. Ia menimbang. Ada bagian dari dirinya yang ingin menyimpan luka itu sendiri, namun sisi lain tahu bahwa menyembunyikan lebih banyak rahasia hanya akan membuat mereka makin jauh.“Mama

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 138: Pengakuan

    Dokumen itu masih tergenggam erat di tangan Rachel saat malam semakin larut. Angka-angka dalam laporan keuangan yang janggal itu terus menghantui pikirannya. Lebih dari itu, satu nama yang tercetak jelas—Amara Wibowo, ibunya sendiri—mengguncang hatinya.Rachel berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya, berusaha mengumpulkan keberanian. Ia tahu, ini bukan sekadar kesalahan entri keuangan biasa. Ada aliran dana dalam jumlah besar yang ditransfer secara bertahap ke rekening tak dikenal atas nama Amara, tepat beberapa bulan sebelum kecelakaan Adrian terjadi.“Aku harus tahu apa maksud semua ini,” gumamnya.Tanpa pikir panjang, Rachel meraih kunci mobilnya dan meluncur ke rumah ibunya. Hatinya berkecamuk antara marah, penasaran, dan takut. Bagaimanapun, ibunya adalah satu-satunya keluarga yang selalu ada dalam hidupnya. Tapi sekarang, Rachel harus bersiap untuk menghadapi kenyataan yang mungkin menyakitkan.Sesampainya di rumah tua tempat ia dibesarkan, Amara membuka pintu dengan wajah ter

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 137: Harga dari Keberanian

    Setelah pulang dari makam Adrian, Rachel tak langsung kembali ke butik atau rumah. Ia memutar mobilnya menuju pantai kecil di pinggiran kota, tempat ia dulu sering menghabiskan waktu saat hatinya gelisah. Angin sore menerpa wajahnya, menyibakkan helai rambut yang terlepas dari sanggulnya. Rachel duduk di bangku kayu yang menghadap laut, membiarkan pikirannya melayang bersama debur ombak.Sudah terlalu lama ia menyimpan luka. Terlalu lama ia memendam kemarahan, kekecewaan, dan ketakutan. Tapi hari itu, di hadapan pusara Adrian, Rachel merasa seperti dibebaskan dari beban yang selama ini mengikatnya. Ia menangis, bukan karena lemah, melainkan karena akhirnya ia punya keberanian untuk mengakui bahwa dirinya juga pernah salah, juga pernah terluka, dan juga ingin menebus semuanya.“Aku tak ingin lagi menjadi istri yang lupa diri,” gumam Rachel pada dirinya sendiri.Ponselnya bergetar. Pesan masuk dari ibunya: “Ibu rindu. Kalau kau sempat, pulanglah. Rumah ini terlalu sunyi tanpa tawamu.”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status