Home / Rumah Tangga / ISTRI LUPA DIRI / Bab 146: Rumah di Balik Gunung

Share

Bab 146: Rumah di Balik Gunung

Author: Rae Jasmine
last update Last Updated: 2025-06-16 15:06:26

Rachel menatap kertas lusuh di tangannya dengan napas tersengal. Hatinya menolak percaya, tapi matanya membaca jelas tulisan tangan itu: “Mulailah dari rumah tua di Balik Gunung. Di sanalah semuanya dimulai.”

Bukan pesan misterius seperti ancaman atau sandi yang tak jelas, namun cukup lugas untuk membuat pikirannya bertanya-tanya. Rachel tahu, dirinya tidak bisa mengabaikannya. Ada sesuatu—mungkin sangat penting—yang selama ini tersembunyi, dan jawaban itu seolah memanggilnya.

Setibanya di rumah, ia menyendiri di kamar dan membuka lemari tua milik ibunya. Di dalamnya, ia menemukan album foto usang yang sempat disimpan ibunya bertahun-tahun. Jari-jarinya membuka satu per satu halaman hingga pandangannya tertumbuk pada sebuah foto lawas: tampak Adrian berdiri di depan sebuah rumah kayu tua dengan latar pegunungan. Rachel membaca tulisan kecil di bawahnya:

“Balik Gunung, 2003.”

Napas Rachel tercekat. Ia akhirnya yakin, rumah itu nyata. Dan kini, tempat itu mungkin menyimpan jawaban yang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 167: Garis Darah

    Sejak pertemuan dengan Pak Ramli, pikirannya tidak pernah tenang. Ada sesuatu dalam surat Malik Anshari yang membuatnya yakin: keluarga ini menyimpan lebih banyak rahasia dari yang terlihat.Martin masuk dengan membawa dua cangkir kopi. “Kamu belum tidur sejak subuh?”Rachel tersenyum lelah. “Nggak bisa tidur. Ada yang mengganjal.”Martin meletakkan kopi di meja. “Tentang surat itu?”Rachel mengangguk, lalu ia menunjuk satu dokumen di hadapannya, yaitu sebuah surat tangan dengan cap stempel merah. “Lihat yang ini. Ditulis tahun 1992. Isinya… pengakuan Malik bahwa ia mengadopsi seorang anak dari wanita yang pernah bekerja sebagai perawat pribadi ibunya. Anak itu diberi nama ‘Martin’.”Martin terdiam. “Maksud kamu… aku?”Rachel menggigit bibir. “Surat ini ditulis dalam kode, tapi jelas menyebut inisial ‘M.A’—Martin Anshari. Malik bilang ia tidak bisa membiarkan anak itu tumbuh tanpa masa depan, dan menganggapnya seperti darah dagingnya sendiri.”Martin langsung menarik napas dalam. “Jad

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 166: Perang di Meja Direksi

    Ruang rapat utama Anshari Group pagi itu jauh lebih ramai dari biasanya. Semua anggota dewan hadir lengkap, bahkan beberapa pemegang saham minor pun tampak duduk di deretan kursi belakang. Suasana terasa dingin, bukan karena AC, tetapi karena ketegangan yang menggantung di udara.Martin duduk di ujung meja, mengenakan setelan abu-abu tua yang rapi. Wajahnya tenang, tetapi kedua tangannya bertaut erat di atas meja—tanda bahwa ia bersiap menghadapi badai.Rachel duduk di belakangnya, bersama Clara. Walau bukan bagian dari direksi, kehadirannya hari itu adalah dukungan moral yang tidak tergantikan.Tak lama, pintu terbuka. Renata masuk dengan percaya diri, diapit oleh dua kuasa hukum yang mengenakan jas hitam identik. Di belakang mereka, seorang pria tua yang sebelumnya jarang terlihat—Pak Daniel, salah satu pemegang saham senior yang dulu dekat dengan Malik Anshari.“Baik,” ucap Ketua Dewan, Pak Rinto, membuka rapat. “Sesuai agenda, hari ini kita akan membahas permintaan audit mendalam

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 165 – Serangan Balik di Meja Redaksi

    Pagi yang biasanya tenang berubah menjadi medan perang bagi Rachel. Baru saja ia duduk di ruang kerjanya, ponselnya berdering tanpa henti. Pesan masuk dari berbagai platform: WhatsApp, email, bahkan DM Instagram pribadinya.Clara menerobos masuk sambil membawa tablet.“Kamu harus lihat ini sekarang!”Rachel mengambil tablet itu. Sebuah artikel berjudul “Keluarga Anshari Palsu? Istri CEO Terlibat Skandal Warisan” terpampang di laman depan salah satu portal gosip nasional.Rachel membaca cepat, matanya menyusuri tiap paragraf yang ditulis dengan nada insinuatif:“Menurut sumber terpercaya, Rachel Ayuningtyas, istri dari CEO Anshari Group, diduga memalsukan dokumen warisan demi mempertahankan posisi suaminya di jajaran direksi. Tak hanya itu, kabarnya ia juga pernah menjalin hubungan pribadi dengan mantan supir keluarga yang kini buron…”Tangannya mengepal.“Mereka mulai menyerang secara pribadi,” desisnya.Clara mengangguk. “Itu bukan portal abal-abal. Mereka punya trafik jutaan per ha

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 164: Di Hadapan Dewan, Di Antara Tuduhan

    Rapat dewan luar biasa diadakan lebih cepat dari jadwal. Lokasinya masih sama—ruang rapat utama lantai 25 gedung Anshari Group, dengan meja panjang melingkar dan kursi berbalut kulit. Namun suasananya jauh lebih panas dari biasanya. Para pemegang saham dan komisaris hadir lengkap, beberapa bahkan datang dari luar negeri hanya demi agenda ini.Di ujung meja, duduk Ketua Dewan, Pak Nurdin—pria tua yang pernah sangat dekat dengan Tuan Malik. Wajahnya serius, membaca dokumen yang dikirim oleh kuasa hukum Renata pagi tadi.Pintu terbuka. Rachel melangkah masuk mengenakan setelan formal berwarna krem. Wajahnya tenang, langkahnya mantap. Semua mata tertuju padanya.“Maaf saya terlambat,” ucapnya.“Saudari Rachel,” suara Pak Nurdin berat. “Kami tidak memanggil Anda sebagai anggota dewan, tapi sebagai pihak yang akan memberi klarifikasi. Silakan duduk.”Rachel duduk dengan tenang. Ia meletakkan map di atas meja dan menatap satu per satu wajah di ruangan itu—termasuk Renata, yang duduk menyila

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 163: Warisan Tanpa Nama

    Kabut tipis masih menyelimuti kawasan Lembang saat Rachel dan Martin kembali mengunjungi vila peninggalan Tuan Malik. Hari itu, mereka datang tidak hanya sebagai pewaris, tapi sebagai penyelidik atas kebenaran yang selama ini dikubur rapat.Rachel memegang berkas-berkas dari Pak Ramli, matanya terpaku pada selembar akta kelahiran lama yang mencantumkan nama berbeda sebagai ayah Martin. Bukan nama Malik Anshari—melainkan seseorang bernama Yusuf Wijaya.“Yusuf Wijaya…” gumam Martin lirih. “Aku bahkan tidak pernah dengar nama ini.”Pak Ramli yang duduk di kursi rotan tua menghela napas panjang. “Tuan Malik bukan ayah biologismu, Nak. Tapi dia membesarkanmu sebagai darah dagingnya. Yusuf Wijaya adalah adik tiri beliau. Seorang idealis, tapi dianggap aib karena jatuh cinta pada wanita kelas bawah—ibumu.”Rachel menyentuh tangan Martin lembut. Wajah suaminya mulai berubah—antara bingung, marah, dan kecewa.“Kenapa semuanya disembunyikan?” tanya Martin. “Kalau memang dia ayahku, kenapa tida

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 162: Balas Dendam

    Setelah keputusan pengadilan diumumkan, suasana di rumah Rachel dan Martin berubah. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, ada kedamaian. Tapi di balik senyuman dan perayaan kecil itu, Rachel tahu badai belum benar-benar berlalu.Pagi itu, Rachel duduk di beranda belakang rumah dengan secangkir kopi. Clara, yang datang menginap semalam, menyusul sambil membawa dua potong roti panggang.“Tumben pagi-pagi kamu bangun duluan. Biasanya kamu baru keluar setelah Martin berangkat,” canda Clara.Rachel tersenyum tipis. “Entah kenapa, hari ini rasanya… hati aku tetap gelisah. Seperti ada sesuatu yang belum selesai.”Clara duduk di sebelahnya. “Karena kamu tahu Renata bukan tipe orang yang menyerah begitu saja.”Rachel mengangguk pelan. “Dia kehilangan hak waris, tapi dia masih punya koneksi. Dan kalau dia mulai memainkan simpati publik, bisa saja dia pelan-pelan merebut pengaruh di perusahaan.”Clara menatap sahabatnya dengan prihatin. “Kalau begitu kamu juga harus siapkan dirim

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status