/ Romansa / ISTRI PAJANGAN / Menyesal???

공유

Menyesal???

작가: Nad28
last update 최신 업데이트: 2021-10-16 06:35:27

BARA

 

Ketukan keras yang berulang-ulang membuatku terjaga. Itu suara Salsabil yang memanggil-manggilku. Astaga kenapa sekalinya dia pulang membuat jengkel begini sih.

 

"Ya ampun, istrimu lagi masak dan kamu masih ngebo?!?!" gerutunya ketika aku membukakan pintu.

 

Dia langsung menerobos masuk kamar dan membuka semua tirai.

 

"Astaga, ini weekend, Bi. Belum waktunya bangun," balasku sambil merebahkan diri kembali ke kasur.

 

Salsabila duduk di dekatku dan memukul pelan lenganku, "Bangun. Mandi. Ayo sarapan bersama!"

 

Aku membiarkan Bila berbicara dan tetap merebahkan diriku di kasur.

 

"Kalian masih pisah kamar? Mas Bara dan Sabrina."

 

Aku menghela nafas dan memiringkan badanku. Kenapa adikku ini usil sekali sih?

 

"Empat tahun bersama dan masih sama seperti ini. Perbaiki rumah tangga kalian, jangan sampai kalian menyesal nanti."

 

"Menyesal apa sih, Bi?"

 

"Aku tau Mas Bara ngga pernah memperlakukan Sabri layaknya sebagai istri. Hati-hati suatu saat kelakuan Mas Bara bisa saja membuat Mas kehilangan Sabri. Jangan remehkan kesabaran dia, Mas..."

 

Aku membuka mata dan menoleh kepadanya. Salsabila balas menatapku dengan tatapan tegas dan tak ada seringaian usilnya.

 

"Aku lapar. Cepatlah mandi!"

 

Dia beranjak dari tempat tidur menuju lemari buku. Dia memang berniat menungguku selesai mandi dan menggiringku kebawah. Saat menuju dapur, aku melihat Sabrina memasak sesuatu.

 

"Punya istri sebaik itu di sia-siakan. Dasar payah," desis Bila sembari mengikutku.

 

Dia kemudian mendahului langkahku ke dapur. Sepanjang sarapan itu aku merenungi kata-kata adikku, entah kenapa aku tidak suka dia mengatakan hal tadi padaku. Aku tidak pernah mengkhawatirkan pernikahanku dengan Sabrina, dia sangat kooperatif menjalankan pernikahan ini. Terutama mengenai mengatasi orang tua kami. Tapi kenapa ada perasaan tak nyaman membayangkan dia bisa saja pergi dari sini? 

 

Sekelebat bayangan untuk pertama kalinya dulu aku melihat tatapan kecewa dari mata Sabrina saat dia sering mengantarkan makan siang ke kantorku, tapi itu sudah lama sekali dan ya, walaupun aku tak pernah memakan makanan yang dia bawa. Entahlah, aku hanya tak ingin dia terus-menerus menyusahkan dirinya hanya untuk repot mengantarkan makan siangku, makanya aku tak pernah menyentuh masakannya.

 

"Ah, iya, Mama dan Papa bilang mau menyusulku ke sini nanti sore." ujar Salsabila yang membuatku kaget.

 

"Senin udah pulang kok. Mereka pasti kangen aku," sambungnya lagi.

 

"Kenapa tidak ada yang memberitahu kami?" tanya Sabrina.

 

"Nanti mungkin. Memang kenapa? Tinggal pindah sekamar, kan?"

 

Ya ampun, anak ini. Meskipun aku dan Sabrina biasa berada di kamar yang sama, tapi aku yakin Sabrina tak begitu nyaman. Dia memang wanita yang konservatif, jadi berduaan meskipun denganku nampak tidak nyaman baginya. Tapi apa mau di kata, kami harus menjalankan kewajiban itu.

 

Setelah kami selesai makan, Sabrina membawa beberapa pakaiannya ke kamarku. Hanya beberapa saja, cukup selama dia menginap di kamarku. Dia menata pakaiannya di sisi lemari yang kubiarkan kosong, sengaja jika harus digunakannya untuk saat seperti ini. Dan benar saja, sore itu kedua orang tuaku muncul di rumah. Tentu saja menginap seperti kata Salsabila tadi.

 

"Sudah lama Mama ngga ketemu kamu, Sabri."

 

Seperti biasanya Mama selembut itu pada Sabrina.

 

"Kenapa makin kurus? Bara mempersulitkanmu?"

 

"Mama!" runtukku.

 

"Aku juga mengira begitu, Ma. Sabri sampai tinggal kulit dan tulang," sambar Bila yang membuatku melotot padanya.

 

Sabrina tersenyum dan mengatakan kalau dia lelah karena mengurus peluncuran brand baru. Hanya dia yang membelaku.

 

"Jangan bekerja terus, Sabri. Habiskan banyak waktu untuk beristirahat di rumah," Mama mengusap lengan Sabrina dan memintanya duduk dekat dengan Mama.

 

"Kayaknya Sabri nggak akan betah tinggal di rumah kalau tidak ada yang membuatnya terpaksa tinggal, Ma."

 

Bom apa lagi yang akan di lemparkan adikku ini sekarang?

 

"Maksud kamu?" Papa yang sedari tadi diam langsung merespon.

 

"Anak lah, Pa. Mas Bara sungguh mengecewakan. Kenapa belum mampu menghamili Sabrina," ujar Bila sambil tertawa.

 

Astaga, aku benar-benar ingin menonyor kepala anak itu.

 

"Sudah program memang, Sabri?"

 

Sabrina melirikku seolah meminta bantuan untuk keluar dari pembahasan ini.

 

"Ma, jangan begitu." ujarku.

 

Mama malah melotot padaku. "Bila benar, Bar. Sudah waktunya memikirkan mempunyai momongan. Empat tahun masa mau pacaran terus sih?!?!"

 

Ya Tuhan!!!

 

SABRINA

 

"Pikirkan untuk punya anak. Selain bisa membuat Sabrina lebih betah di rumah, mungkin kamu bakal dewasa kalau sudah punya anak."

 

Aku cuma bisa bertukar tatap dengan Mas Bara yang sepertinya sudah mati kutu terkena omelan Mama barusan. Kenapa jadi istri Mas Bara sangat banyak sekali kewajibannya?

 

 

 

 

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • ISTRI PAJANGAN   Pentingkah kepercayaanku?

    Itu Nico. Dia berdiri di hadapanku yang sedang menghalau kerumunan. Dia mencekal pergelangan tanganku dan membawaku pergi. Langkah lebarnya membuat kami lekas mencapai tempat parkir. Dia memintaku untuk masuk ke mobilnya dan kami pergi dari sana. Air mataku pecah saat itu juga, hatiku sakit sekali mendengar hal-hal mengerikan yang dikatakan Michela tadi. Meskipun aku tahu kelakuan Mas Bara buruk diluar sana, tapi melalui informanku aku tahu Mas Bara selalu main rapi dan tak membiarkan siapapun mencium keburukannya. "Kenapa menikahi pria seperti itu?" tanya Nico ketika aku sudah usai menangis. Ternyata air mataku tidak sebanyak itu. Aku diam. Tidak ada jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu. "Dipermalukan seperti itu untuk seorang laki-laki yang kelakuannya buruk

  • ISTRI PAJANGAN   Istri Rasa Selingkuhan

    BARAAku harus segera berangkat ke acara pernikahan Satria, acaranya satu jam lagi. Tapi Sabrina tidak juga nampak keluar dari kamarnya, padahal dia tahu ini hari penting. Sebenarnya aku bisa saja pergi tanpa dia, hanya saja Satria mengenal Sabrina. Bukan kenal baik, tapi ya mereka cukup sering ngobrol ketika bertemu. Bahkan menurutku Sabrina jauh lebih nyaman ngobrol dan bercanda dengan Satria dibandingkan denganku yang dihadapinya sehari-hari.Aku nyaris kembali menaiki tangga untuk menuju kamarnya, tapi pembantuku mencegah. Katanya Sabrina menitipkan pesan tidak akan ikut ke acara Satria."Ibu sakit, Pak.""Sakit apa?"Pembantuku itu cuma menggeleng kecil, "Cuma tadi Ibu pes

  • ISTRI PAJANGAN   Pertama bagiku bukan yang pertama baginya...

    SABRINA Pak Broto mengadakan acara ulang tahun pernikahan ke empat puluh di salah satu hotel mewah miliknya. Aku masuk ke gala ballroom dan ikut nimbrung cipika cipiki dengan tamu lainnya. Setelah celingukan, aku akhirnya menemukan Pak Broto. Beliau sedang berkeliling dengan istrinya dan menyapa para tamu undangan. Akupun mendekati mereka dan di sambut dengan hangat. "Malam, Pak." Aku menyapa yang empunya acara, kemudian bergantian ke istrinya. "Selamat ulang tahun pernikahannya, Pak," ujarku. "Makasih, Sabri. Kamu sendiri? Mana Bara?" tanya Pak Broto sembari mengecek sekelilingku. Belum sempat aku menjawab, ada tamu lainnya datang

  • ISTRI PAJANGAN   Aku nggak akan menggigitmu

    BARA Tubuhnya mengeluarkan parfum yang biasa digunakannya. Kurasa itu sisa-sisa parfum dan masih melekat ditubuhnya. Rambutnya beraroma stroberi seperti biasanya. Itu karena dia mencuci rambut sebelum tidur tadi. Aku terbiasa dengan aroma yang keluar ketika Sabrina berada di sekitarku. Dari dulu aromanya tak pernah berubah, sungguh konservatif. Wanita beraroma stroberi itu tampak gelisah. Punggungnya berkali-kali bergerak tak nyaman, sesekali aku mendengar helaan nafas kecilnya. "Na, kamu sulit tidur?" Dia sedikit menelengkan kepalanya dan mengangguk. "Kamu ng

  • ISTRI PAJANGAN   Salahkah aku??

    SABRINA Meski saat sarapan dan makan malam Mas Bara tak pernah mau makan di rumah, aku akan tetap berusaha mencoba menjadi istri yang berbakti padanya. Kata orang, meluluhkan hati suami bisa dengan masakan istri yang enak dan penuh ketulusan, itulah hal yang sering aku lakukan beberapa bulan belakangan ini. Iya, dari awal setelah kami menikah dan pindah ke rumah ini, Mas Bara tak pernah sekalipun mau memakan masakanku. Aku selalu mengintruksikan diriku dengan kata-kata; mungkin saja Mas Bara masih belum mau memperlihatkan sisi keterbukaannya menerima diriku. Oleh sebab itu, aku berinisiatif ingin memberikannya perhatian lewat makan siangnya Mas Bara. Aku tak tau kenapa Mas Bara tak pernah mengizinkan aku untuk masuk ke dalam ruangannya, kata sekretaris dan reseps

  • ISTRI PAJANGAN   Menyesal???

    BARA Ketukan keras yang berulang-ulang membuatku terjaga. Itu suara Salsabil yang memanggil-manggilku. Astaga kenapa sekalinya dia pulang membuat jengkel begini sih. "Ya ampun, istrimu lagi masak dan kamu masih ngebo?!?!" gerutunya ketika aku membukakan pintu. Dia langsung menerobos masuk kamar dan membuka semua tirai. "Astaga, ini weekend, Bi. Belum waktunya bangun," balasku sambil merebahkan diri kembali ke kasur. Salsabila duduk di dekatku dan memukul pelan lenganku, "Bangun. Mandi. Ayo sarapan bersama!" Aku membiarkan Bila berbicara dan tetap merebahkan diriku d

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status