ISTRI PERTAMA SUAMIKU 23"Apa yang kau lakukan disini Livia?"Aku menahan nafas menatap wajah tampan lelaki yang pernah kucintai sepenuh hati. Dulu, awalnya aku memang hanya menginginkan hartanya. Tapi seiring berjalannya waktu, rasa cinta itu tumbuh subur. Sikapnya yang lembut dan penuh perhatian telah meluluhkan hatiku. Tapi sejak kemarin, kala dia mendorongku dan menyebabkan anak dalam kandunganku tiada, setitik rasa benci mulai muncul. Dan ketika dia diam saja menonton Renata menyiksaku, rasa benciku memuncak padanya. Benarlah pepatah yang mengatakan bahwa perbedaan antara cinta dan benci itu setipis kulit ari."Bukan urusanmu." Aku melangkah hendak meninggalkannya. Melihatnya hatiku terasa sakit sekali. Tapi tangan Mas Dany terulur seketika, mencengkaram bahuku kuat-kuat. "Jangan pergi kalau aku mengajakmu bicara."Aku menatapnya."Kau tak punya hak lagi memberi perintah padaku. Kita sudah bercerai."Sebuah senyum tersungging di bibirnya. Senyum mengejek yang membuatku ingin sek
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 24PoV DANYMempunyai banyak wanita cantik bukan obsesi dalam hidupku. Laras adalah istri yang sempurna, cantik dan kaya raya. Tapi ketika isi rekeningku meluap dan beberapa gadis muda mendekat, aku mulai berpikir, mengapa aku tak mencoba petualangan baru? Laras mulai menua, usianya kini empat puluh tahun. Meski dia tetap cantik dan awet muda, tapi tak bisa dipungkiri tubuhnya telah berubah. Kulitnya tak lagi kencang, otot-ototnya tak begitu mencengkram. Sementara aku, di usiaku yang empat puluh lima tahun, nyatanya makin garang. Aku terbiasa fitness sehingga gerakanku tangkas dan tubuhku penuh vitalitas. Meski Laras masih bisa mengimbangiku di tempat tidur, tetap saja, berpetualang dengan gadis gadis muda yang bergelora terasa sangat menantang.Lalu Livia hadir. Salah satu SPG rokok yang kebetulan kutemui di acara gathering. Wajah cantik dan polosnya yang malu malu membuatku gemas dan penasaran. Apalagi rambut hitam panjang punggung yang kerap dia ikat tinggi ti
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 25PoV DANYAku menatap pemuda itu dengan amarah yang menggelegak. Sejak dulu aku tahu dia adalah asisten pribadi dan orang kepercayaan Laras. Di kantor Beta, posisinya tak jelas, tapi dia punya kuasa untuk masuk ruangan mana saja seolah olah dialah pemilik perusahaan. Dia adalah secuil duri dalam rasa nyamanku."Pergi Adam. Kau tidak berhak ikut campur dalam urusan ini." Ujarku dingin.Adam menatapku, tapi tak beranjak selangkah pun. Sial*n, tatapan matanya terasa mengintimidasi, tak secuilpun tersirat rasa hormat disana. Geram, kutarik kerah kaus lengan panjangnya. "Turuti perintahku brengs*k!"Pemuda itu diam saja, lalu tangannya yang kekar menarik tanganku dari kerah kausnya. Aku terkejut merasakan tenaganya yang besar. Tanganku terlepas dengan mudah. Justru aku terhuyung sedikit akibat lepasnya tanganku dari sana."Maaf Pak. Saya bekerja pada Bu Laras. Bukan pada anda."Laras tampak menahan nafas melihat perseteruan kami. Denish yang merasakan suasana meneg
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 26PoV LIVIAAku menantikan reaksi keduanya dengan kepala tertunduk. Pasrah, jika tiba-tiba saja Ayah atau Ibu menamparku. Aku telah mencoreng arang hitam tepat di dahi keduanya. Ayahku yang seorang guru mengaji, bagaimana mungkin mempunyai seorang anak sepertiku? Oh, sungguh, aku tak mampu bahkan untuk sekedar mengangkat kepala. Kutatap jari jemari tanganku yang saling bertaut dengan gemetar. Kenyataan bahwa aku telah menyakiti hati mereka berdua ternyata sangat menyedihkan. Aku ikut merasakan sakitnya.Sudah tiga hari sejak aku pulang dari rumah sakit. Selama mungkin, aku terus berusaha menunda untuk mengatakannya. Tapi ketika pertanyaan tentang Mas Dany yang tak kunjung datang tak dapat lagi kuhindari, maka aku tahu waktunya telah tiba.Ruangan hening, bahkan helaan nafas Ayah ataupun Ibu tak terdengar. Laila ada di kamar depan, kuminta dia untuk tak masuk ke ruang tengah, tempat dimana kami tengah bicara. Oh Tuhan, kenapa dulu aku tak berpikir panjang? Kenapa
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 26PoV LIVIAAku menantikan reaksi keduanya dengan kepala tertunduk. Pasrah, jika tiba-tiba saja Ayah atau Ibu menamparku. Aku telah mencoreng arang hitam tepat di dahi keduanya. Ayahku yang seorang guru mengaji, bagaimana mungkin mempunyai seorang anak sepertiku? Oh, sungguh, aku tak mampu bahkan untuk sekedar mengangkat kepala. Kutatap jari jemari tanganku yang saling bertaut dengan gemetar. Kenyataan bahwa aku telah menyakiti hati mereka berdua ternyata sangat menyedihkan. Aku ikut merasakan sakitnya.Sudah tiga hari sejak aku pulang dari rumah sakit. Selama mungkin, aku terus berusaha menunda untuk mengatakannya. Tapi ketika pertanyaan tentang Mas Dany yang tak kunjung datang tak dapat lagi kuhindari, maka aku tahu waktunya telah tiba.Ruangan hening, bahkan helaan nafas Ayah ataupun Ibu tak terdengar. Laila ada di kamar depan, kuminta dia untuk tak masuk ke ruang tengah, tempat dimana kami tengah bicara. Oh Tuhan, kenapa dulu aku tak berpikir panjang? Kenapa
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 27PoV LIVIAEnam bulan kemudian.Aku menaiki tangga pesawat dengan hati puas. Pertemuan pengusaha retail yang diadakan di Jakarta dan kuwakili hari ini berjalan dengan mulus. Kali ini, bukan hanya bahan makanan dan perabotan yang akan kami jual. Tapi aneka elektronik dan fashion dari brand ternama akan ikut andil. Untuk itu, akan diadakan meeting besar yang mengundang seluruh manager toko dari berbagai daerah. Membicarakan perluasan bangunan, dan tentunya detail keseluruhan rencana ini.Setelah menemukan kursi yang sesuai, aku duduk, kebetulan sekali mendapat tempat disisi samping jendela. Masih ada lima menit lagi sebelum take off. Kutatap suasana bandara Soekarno-Hatta yang ramai dan semakin megah. Dulu, naik pesawat seperti ini hanya mimpi bagiku. Tapi setelah Mbak Laras menarikku menjadi bagian Beta Grosir, dan membuatku kerap bepergian mengecek lokasi yang tersebar di berbagai daerah, pesawat bukan lagi menjadi transportasi mewah. Meski aku masih tahu diri,
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 28Aku menutup ponsel dengan hati gundah. Mengapa dia harus muncul lagi di saat semua telah tertata dengan baik? Ancamannya barusan membuatku sedikit takut. Teringat pada sorot tajam matanya yang kecoklatan, mata yang penuh dendam."Ada apa Livia? Kenapa wajahmu pucat?"Aku terkejut. Adam bicara begitu tanpa menoleh padaku. Perlahan, kuraba wajahku yang terasa dingin oleh AC mobil. Bagaimana dia bisa melihat setiap perubahan wajahku? Tadi katanya bersemu. Sekarang pucat. Benarkah wajahmu pucat?"Kapan terakhir kali kau makan?""Eh?" Aku terkejut mendengar pertanyaannya yang tak kuduga.Adam menoleh sedikit, lalu kembali fokus ke stir di tangannya. Tiba-tiba saja dia membelokkan mobil ke halaman sebuah rumah makan Padang. Aku memegang tangannya sekilas. "Mbak Laras menungguku Adam." Protesku."Aku akan mengabarinya. Dia justru akan marah jika aku membawa orang yang kelaparan."Dia lalu memarkir mobil di halaman yang sepi. Jam makan siang sudah lewat sejak satu ja
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 29DIA DISINI!DIA TAHU AKU DISINI!Dengan tubuh gemetar, aku beringsut dan menarik selimut menutupi tubuh. Untung saja seluruh lampu termasuk lampu kamar telah kumatikan sehingga siapapun orang diluar sana tak dapat melihat pergerakanku disini. Pesan WA tadi tidak kubuka, berharap dia menyangka aku sudah tidur. Di balik selimut tebal, kukirimkan pesan pada Adam. Biarlah kali ini aku merepotkannya, lagi.(Adam, Mas Dany disini. Dia ada di luar.)Pesanku centang satu hingga bermenit-menit kemudian. Pasrah, kuletakkan ponsel di bawah bantal dan turun dari kasur dengan langkah mengendap. Kuraih tongkat baseball yang memang kusediakan untuk berjaga-jaga. Jika malam ini dia memaksa masuk dan aku harus menghadapinya sendiri, biarlah. Mungkin memang saatnya sudah tiba.Entah berapa lama aku berdiri siaga di dalam kamar, ketika terdengar suara pintu depan dibuka. Mataku melebar. Apakah aku lupa mengunci pintu depan? Rasanya tak mungkin. Aku ingat sekali telah menguncinya