Bab 9. ISTRI PERTAMA SUAMIKUPoV LARASAku menatap foto yang baru saja dikirimkan Adam padaku dengan hati lelah. Kumbang itu kembali berkelana setelah aku berhasil mengembalikan dia ke sarangnya selama lima bulan. Ya. Hanya lima bulan lamanya. Dia kini kembali mengepakkan sayap dengan bebas, mencari sari bunga yang akan dia hisap nektarnya, melukai dua bunga lain yang dengan mudahnya dia lupakan meski hanya sesaat.Aku meletakkan ponsel di atas nakas, menghela tubuhku ke depan cermin, menatap pantulan diriku di sana dengan hati miris. Apa yang kurang? Wajah itu masih berseri, bahkan tubuh itu masih indah meski sekarang sedikit berisi. Di usiaku yang ke empat puluh, aku berjuang untuk tetap cantik dan awet muda demi dia. Demi agar dia tak mudah berpaling. Dua puluh tahun lamanya kami hidup dalam rumah tangga yang penuh cinta sampai akhirnya dia hadir. Gadis cantik yang polos dan lugu, yang berhasil menambat hati suamiku.Masih kuingat perihnya hati ini ketika aku datang menemui gadis i
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 10"Laras?"Aku menatap lelaki yang telah mendampingiku selama dua puluh tahun lamanya itu lekat. Netranya yang kecoklatan berkedip gelisah. Dia seharusnya tahu bahwa mengkhianatiku kedua kali adalah sebuah kesalahan besar. Kulangkahkan kaki ke dalam, meski dengan jantung berdetak kencang. Setenang apapun aku berusaha, tetap saja perih itu meraja. Mas Dany tak mampu mengelak. Dibiarkannya aku masuk ke dalam kamar hotel super mewah itu. Di atas ranjang king size, seorang wanita berambut ikal pirang terkejut. Dia bangkit sambil membenahi pakaiannya yang berantakan. Keadaan yang sama juga terjadi pada pakaian suamiku. Aku tersenyum kecut membayangkan apa yang baru saja terjadi di atas ranjang itu."Laras, Sayang. Aku akan jelaskan." Aku memandangnya lagi, mengalihkan tatapan dari perempuan itu. "Kau bukan hanya harus menjelaskan Mas, tapi juga bersiap untuk segala kemungkinan.""Kalau begitu tunggu aku pulang."Aku menggeleng."Tidak. Kita akan bertemu di suatu te
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 11Perempuan berambut pirang bergelombang itu melengak dengan wajah merah menahan amarah. Ada bekas telapak tangan kananku di pipi kirinya, yang membuatku puas. Setelah pulih dari keterkejutannya, kini dia berdiri menghampiriku dengan mata nyalang."Siapa kau?!"Aku tertawa sumbang."Aku istri lelaki brengs*k itu tentu saja!""Hah! Jangan berdusta. Istrinya baru saja pergi dari sini."Aku membuka tas selempang dan melemparkan foto foto pernikahan kami. Meski aku dan Mas Dany menikah siri, tapi pernikahanku dirayakan di kampung tempat tinggalku. Kertas kertas itu berhamburan, persis seperti hatiku yang kini pecah berantakan. Melihat suamiku bersama perempuan lain disertai bekas bekas pergumulan mereka ternyata menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.Seperti inikah perasaanmu dulu Mbak?Wanita itu memungut sampah sampah itu dan menelitinya. Matanya melebar, lalu menoleh pada Mas Dany."Is it true?!"Mas Dany mendesah, merampas foto-foto itu dari tangan si perempuan
"Apa ini?"Mbak Laras menatapku ketika kuletakkan dua buah kunci di meja. Ketika aku datang, wanita anggun itu tengah bersiap untuk pergi. Kali ini penampilannya sungguh berbeda. Dia menggunakan setelan blazer panjang berwarna hitam yang tampak sangat pas di tubuhnya. Dengan sepatu tertutup setinggi tiba centi, dia terlihat semakin elegan dan berkelas. Menatapnya, aku merasa kerdil, dan jelek sekali."Ini kunci rumah, dan ini kunci mobil. Aku kembalikan semua ini pada Mbak Laras. Aku hanya minta sedikit saldo di ATM sebagai biaya hidup sebelum aku dapat pekerjaan. Sisanya akan kutransfer."Aku mengeluarkan sertifikat rumah dari dalam tas berikut surat kendaraan. Semuanya kugabungkan dengan kunci di atas meja.Mbak Laras diam sejenak, menatap benda-benda itu. Dia menoleh padaku, lalu tersenyum tipis."Livia, seandainya saja tidak salah jalan, aku yakin kau gadis yang baik."Aku terkejut mendengar kata-katanya. Bagaimana mungkin dia bisa berkata begitu pada perempuan yang telah merebut
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 13A"Dasar pelakor! Kalau mau hidup enak itu usaha, bukan cari lakik orang terus numpang hidup kayak benalu.""Tahu gak, istri pertama itu selalu yang paling utama. Lo mah sampingan doang.""Di samping lelaki sukses, selalu ada istri pertama yang susah payah mendampingi dari bawah. Eh, Lo mau enaknya doang."Semua caci maki itu menghantam kepalaku tanpa ampun. Aku duduk meringkuk di sudut ruangan, entah dimana. Beberapa perempuan yang tak kukenal merangsek maju. Wajah mereka semua bengis dan tampaknya siap melumat tubuhku. Aku menangis. Sehina dan sesengsara ini ternyata jalan yang kupilih. Seharusnya dulu aku berpikir panjang sebelum memutuskan menggoda Mas Dany. Dan kini, lelaki itu bahkan telah tergoda perempuan lain lagi. Sakit yang kurasakan berlipat ganda kini."Kita gundulin aja yuk. Kita liat masih cantik gak dia kalo gak punya rambut." Ujar seseorang sambil memainkan gunting di tangannya.Aku terbelalak."JANGAAANN!""Boleh juga tuh. Habis itu kita siram
PoV LARASAku keluar dari rumah sakit dengan hati miris. Jika benar Mas Dany yang melakukan hal itu pada Livia, berarti dia benar-benar telah berubah. Suamiku yang lembut dan penyayang kini telah musnah. Siapakah yang telah merubahnya hanya dalam waktu singkat? Apakah Renata? Karena saat bersama Livia, dia tak berubah sama sekali.Aku menyetir dengan hati gundah. Kulirik lagi berkas perusahaan yang kuletakkan di kursi samping kiri. Sejak pertemuan di hotel kemarin, Mas Dany belum lagi menghubungiku. Entah apa yang dia pikirkan, yang jelas aku harus bertindak cepat, menyelamatkan saham milik keluargaku dan aset milik anak-anak. Dia boleh main perempuan sampai puas, tapi nanti, jika telah resmi berpisah denganku dan menjadi gembel.Ya. Aku tak sebaik itu. Dua puluh tahun lamanya aku menjadi istri yang baik untuknya, mendampingi setiap peningkatan karir dan juga jatuh bangun perusahaan. Tak kupungkiri dia begitu pandai mengelola perusahaan retail ini sehingga kini kami punya lima cabang
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 14PoV LARAS"Kau boleh duduk disini. Biar kita selesaikan sekalian. Akan aku umumkan posisi yang layak bagimu."Wajah Mas Dany tampak mengeras. "Jangan main-main Laras. Itu kursiku."Dia masih bersikukuh. Aku menghela nafas dengan lelah. Sulit sekali memberinya pengertian. Apakah semua yang kukatakan tadi masih kurang jelas baginya? Pintu terbuka, dua orang lelaki masuk, lalu disusul satu perempuan. Mereka lalu mengambil tempat duduknya masing-masing sambil saling bertatapan, mungkin heran melihat aku yang duduk di kepala meja, sementara suamiku merajuk seperti anak kecil yang minta permen."Pindah Ras. Kau boleh duduk di sampingku."Aku muntab. Enak sekali dia memerintahku setelah semua yang dia lakukan. Selama ini aku tak pernah ikut campur urusan perusahaan karena percaya dia tak akan mengkhianatiku selamanya. Tapi setelah apa yang dia lakukan, dia seharusnya tahu bahwa aku bisa mengambil kembali posisi ini karena di atas kertas, namaku jelas tertulis sebag
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 15Aku menatap sosok perempuan itu, yang belum kutahu siapa namanya dengan emosi menggelegak. Sekuat tenaga kutahan diriku untuk tidak menyerangnya karena sadar kondisi tubuhku yang lemah saat ini. Mas Dany tertawa kecil mendengar kata-kata kekasihnya itu, dia bahkan merangkul dan menciumnya di depan mataku. Oh, aku tahu dia sengaja membuatku sakit hati. Aku membuang pandang dengan tenggorokan tercekat. Kemana Mas Dany yang kemarin tampak sangat mencintaiku? Dia bahkan tak pernah melakukan itu padaku di depan Mbak Laras. Dia tetap menjaga hati istri pertamanya. Semakin kusadari, bahwa aku bukan siapa-siapa baginya selain sekedar gula-gula pemanis yang sesekali dibutuhkannya. Dan kini, dia telah menemukan gula yang lain."Tadinya, aku memang tak akan melepaskan siapapun wanita yang sudah jadi milikku Livia. Tapi dirimu adalah pengecualian. Apa yang bisa membuatku mempertahankanmu? Cantik? Renata jauh lebih cantik dan seksi. Dan yang terpenting. Kau miskin, tidak s