"Bang, tolongin aku," ucap Yasmine tergugu. "Yasmine? Kenapa kamu? Dimana kamu?"Yasmine tak bisa berkata-kata. Dia masih terisak menangis. Bahkan si sopir taxi berkali-kali melirik Yasmine. Takut jika dia yang nanti dikira berbuat tidak-tidak pada Yasmine. Laki-laki di seberang sana menunggu hingga isak tangis Yasmine mereda. Dia baru saja akan memulai rapat saat HPnya berdering. Dia hendak menolak panggilan itu tapi ketika melihat nama Yasmine tertera di layar, dia segera mengangkatnya dan yang dia dengar bukan hallo atau kalimat pembuka apapun, yang dia dengar justru suara lirih Yasmine seperti menahan tangis dan meminta tolong. Hati siapa yang tak mencelos begitu saja saat mendengar adik satu-satunya tiba-tiba minta tolong dan menangis. Erlangga Kusuma, adalah kakak laki-laki dan satu-satunya Yasmine Kusumawati. Selisih Yasmine dan Erlangga cukup jauh. Selisih enam tahun. Saat Erlangga di bangku SMP, kedua orang tuanya harus kembali ke Indonesia tapi Erlangga memilih untuk teta
Yasmine menarik nafasnya untuk masuk ke dalam rumah yang sudah dia tinggalkan selama satu minggu. Selama itu juga, Yasmine mematikan ponselnya. Yasmine tak tahu kabar apapun tentang suaminya. Dan saat ini, dia pulang untuk memastikan langkah berikutnya. Yasmine menggenggam erat tas yang sedang dia pegang. Jujur, rasanya Yasmine enggan kembali ke rumah ini. Dia benar-benar tidak mau kembali kesini meskipun rumah ini banyak kenangan manisnya. Yasmine menarik nafasnya sekali lagi. Dia harus masuk meski langkahnya berat. 'Ayo, Yasmine! Kamu bisa! Kamu pasti bisa!'Yasmine melihat Mamang, sopir pribadinya berlari tergopoh-gopoh saat melihat sosok Yasmine berdiri di depan pagar. Dia melempar selang yang dipakai menyemprot bunga begitu saja. "Nyonya? Ini beneran Nyonya kan?" tanya Si Mamang sambil membuka pagar. Yasmine hanya tersenyum kecil sambil mengangguk. "Ya ampun, demi Allah, Nyah! Nyonya kemana aja?! Sumpah demi Allah, Nyah, Bapak nyariin nyonya udah kayak orang gila. Ayo, cepet
"Karena apa?" tanya Yasmine penasaran. Yasmine sudah menyiapkan diri untuk jawaban yang akan makin menambah perih luka hatinya. "Karena kami sudah terbakar nafsu, Mbak," jawab perempuan itu dengan matanya yang tampak tak berdosa. Cih mana ada pelakor nampak berdosa? Mereka selalu berdalih, suka sama suka atau istri sah yang selalu kurang. Dan itulah yang Yasmine rasakan sekarang. Mulut Yakub berkata bahwa tak ada kurangnya Yasmine menjadi istrinya tapi nyatanya Yakub masih mencari pelampiasan di luar sana. Mencari 1% kurangnya Yasmine dari perempuan lain. Tapi jika dibalik, bukankah nilai perempuan ini hanya 1% dibanding Yasmine yang 99%? Akh tapi nyatanya, nilai itu masih kurang untuk Yakub. Yasmine ingin rasanya mengepalkan tangan, lalu berjalan dengan langkah lebar, menjambak rambut si pelakor, lalu menjedotkan kepala si pelakor ke dinding dengan keras, biar saja otaknya terguncang, barangkali dengan otaknya yang terguncang perempuan itu bisa berpikir kembali. Tapi untuk apa
Perjanjian Pernikahan"Mama memintaku untuk menikahi perempuan itu. Sebelumnya aku tak pernah mengenal dia, Yas," kata Yakub sambil terus menatap Yasmine. Yasmine hanya diam. Dia berusaha menerka cerita mana yang benar karena apa yang diucapkan Yakub dan perempuan tadi jelas berbeda. "Mama mengenalkan aku padanya satu bulan lalu tapi aku terus menolak. Di akhir minggu pertama, dia memberanikan diri datang ke kantor, dengan alasan diminta Mama untuk mengirimkan makanan untukku. Aku ingin datang saat itu juga ke rumah Mama tapi kita ada janji dinner jadi aku abaikan. Dan minggu berikutnya terjadi sesuatu yang tidak mengenakan di antara kami."Yasmine masih diam tak merespon, dia seperti patung. Hanya bernafas tapi tak bergerak. Bahkan berkedip saja tidak. Yakub kembali bercerita. "Ingatkah kamu waktu aku pulang terlambat saat hujan deras? Aku berbohong kepadamu, Yasmine. Maaf. Aku akan katakan semuanya sekarang, apa yang terjadi saat itu."Yakub menarik nafas dalam-dalam. Meskipun be
"Yasmine…"Yakub telah kehilangan kata-katanya karena pertanyaan-pertanyaan menohok Yasmine. Apa yang diucapkan oleh Yasmine ada benarnya. Andaikata, Yakub benar melakukan itu, apakah Yasmine mau menerima dirinya kembali? Yakub yang sudah bekas orang lain. Rasanya sangat sulit. Apalagi meminta Yasmine menerima anak hasil perbuatan bejatnya. Jauh lebih sulit. "Pikirkan kembali semua rencanamu, Yakub," pinta Yasmine dengan nada yang sinis."Tidak akan mudah menerimamu kembali dalam kehidupanku, Yakub. Kepercayaanku telah kamu nodai. Pernikahan suci kita sudah tak lagi suci karena kamu telah mangkir dari ikrarmu, Yakub.""Tapi aku sungguh-sungguh minta maaf atas segala perbuatanku, Yasmine. Aku benar-benar tidak ada niat untuk melakukan itu kepadamu, Yasmine. Aku sudah berusaha menolak usulan, Mama."Yasmine menundukkan kepalanya sebentar. "Tapi pada akhirnya kamu jatuh juga pada perangkap Mamamu kan?""Mama kita, Yas. Bukan Mamaku.""Kemarin mungkin iya, Yakub. Tapi tidak lagi untuk
Mantu MandulEsok HariRumah Yakub"Mbok, Yakub mana?" tanya Tanti, Mama Yakub. "Belum keluar kamar, Nyonya.""Dia masih mabuk?"Si mbok hanya menundukkan kepalanya. Tidak berani berbicara. "Dewi mana?""Non Dewi ada…""Kok Non? Dia Nyonya juga di rumah ini!" tegur Tanti keras. "Ehm maaf, Nya. Maaf. Mbok salah bicara," ucap Mbok takut. Dia sampai menangkupkan dua tangannya di depan dada. Saat Tanti akan bicara lagi, Yasmine keluar dari arah dapur. "Oh rupanya kamu kembali. Kupikir kamu sudah hengkang dari rumah ini. Aku yakin kamu lagi minta harta gono gini dari Yakub kan?" sembur Tanti dengan mulutnya yang pedas. "Selamat pagi, Mama. Haruskah saya masih memanggil Anda Mama atau Tante seperti awal saya dengan Yakub?""Cih! Mulutmu ternyata pedas juga! Sudah kuduga, kamu hanya baik di awal dan di depan Yakub, di belakang Yakub mulutmu seperti cabai!" Lagi dan lagi Tanti mengeluarkan kata-kata sindiran yang pedas. "Saya wanita yang mudah beradaptasi dan mudah belajar, Mama. Jad
"Aku berangkat dulu," pamit Yakub pada Yasmine setelah mereka pergi sarapan di luar. Yasmine tanpa mengambil tangan Yakub langsung keluar begitu saja dari mobil Yakub. Yakub hanya menghela nafas panjang. "Jalanku akan benar-benar sulit untuk mendapatkanmu kembali, Yas," gumam Yakub sambil memandang punggung Yasmine yang perlahan menjauh dari pandangan matanya. Yakub benar-benar meninggalkan depan rumahnya ketika Yasmine sudah masuk ke dalam rumah. Yasmine sendiri masuk ke dalam rumah, masuk ke dalam ruang tamu. Tak peduli dengan keberadaan dua orang di ruang tengah yang sedang asik menonton TV sambil bergosip. Yasmine sendiri juga tak berminat berada di dalam rumah. Hari ini dia sudah bertekad untuk melakukan misinya. Yasmine mengepak barang dan dokumen penting yang sayangnya semua ada di kamar Yakub. Jadilah Yasmine harus ke kamar Yakub untuk mengemas dokumen penting miliknya. Yasmine keluar dari kamarnya, lalu saat tangannya menyentuh handle pintu, suara teriakan di belakang tub
"Akh!" jerit Yasmine ketika kepalanya terantuk jok depan dengan cukup keras efek dari sopir yang mengerem mendadak tapi tetap tak menyelamatkan mereka dari tabrakan. Seorang laki-laki penuh tato dan berbadan besar keluar dari mobil ungu. Dia membuka paksa pintu penumpang dimana Yasmine duduk. Brak brakLaki-laki itu menggedor. "Jangan buka, Mbak!" perintah sopir. "Telepon polisi!"Si sopir memberi perintah sambil dirinya sendiri menelepon polisi. Yasmine dengan ketakutan meraih ponselnya lalu mencari nomor polisi. Saking takut dan paniknya Yasmine, Yasmine sampai tidak tahu berapa nomor gawat darurat. PraaangSuara kaca pecah membuat jeritan Yasmine melengking keras. "Tolong! Tolong!" jerit Yasmine. "Diam! Atau kubunuh kau sekarang!"Warga yang melihat ingin membantu tapi ngeri dengan parang dan senjata tajam lain yang dibawa orang gempal itu. Kemudian keluar lagi yang lain membawa senjata tajam dan api membuat warga mundur teratur. "Ikut atau kubunug!" Ancam preman itu. Ya