Share

MENGALAH

Ponselku berdering panggilan dari asrama Zain tinggal. Aku mengatur nafas agar tak terdengar tengah menangis. Kuucapkan salam setelah menggeser tombol ponsel berwarna hijau. Jawaban salam terdengar dari seberang telepon serta Zain yang tak sabar menanyakan kabar.

"Alhamdulillah, Zain. Umi rindu, Nak? Zain, apa kabar, Sayang?" jawabku.

"Zain sehat, Umi. Bagaimana dengan Umi dan Abi?"

"Alhamdullillah, Umi dan Abi sehat, Nak."

"Alhamdulillah. Umi, baik-baik saja, kan?"

"Iya, Nak. Umi tidak apa-apa."

"Maaf, Umi. Pasti sulit menghubungi Zain?"

"Tidak apa-apa, Nak. Yang penting Zain di sana jaga diri baik-baik."

"Iya, Umi. Kalau begitu Zain tutup. Zain akan telpon lagi kalau ada waktu senggang."

"Iya, Sayang. Assalamualaikum."

"Walaikumsallam, Umi."

Aku kembali terisak membayangkan bagaimana hancurnya hati anakku ketika pulang mendapati abi dan uminya telah berpisah, tapi mau bagaimana lagi aku tak mungkin melanjutkan pernikahan yang sudah tak sehat ini. Lebih baik aku mengalah, berharap Za
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status