"Lulu! Hentikan omong kosongmu!" seru Bang Adnan."Apa Abang membela mantan istri Abang ini sekarang? Aku yang sekarang menjadi istrimu, Bang. Bukan dia lagi!" bentak Lulu tak ingin kalah "Ya, benar kamu memang istri Bang Adnan sekarang, Lulu! Kamu yang dulu diam-diam menikah siri dengannya di belakangku tanpa mau mengerti sakitnya perasaanku padahal kamu tahu Bang Adnan sudah memiliki keluarga. Kamu dengan tidak tahu diri mau menerima lamaran keluarganya. Aku mengalah memberikan Bang Adnan untukmu karena memang pernikahanku tak mungkin lagi dapat diselamatkan, dan sekarang kamu menuduhku ingin merebutnya kembali?" Aku tertawa menatap wajah Lulu yang berubah salah tingkah. "Mengacalah, aku bahkan tak sudi memberi perasaanku kepadanya lagi!" Kutunjuk Bang Adnan. Aku tak tahan lagi melihat sikap Lulu yang semakin tak tahu diri."Sudah, Kinan. Banyak orang yang melihat." Bang Adnan berusaha menghentikanku dan Lulu."Kamu masih punya malu, Bang? Setelah istrimu ini mempermalukanku, aku h
Aku menatap layar televisi, melihat berita Bang Adnan yang baru saja keluar, sudut bibirku tersenyum. Sebenarnya aku tak tega menghancurkannya, tetapi kenapa ia tak bisa menjaga Zain?Aku mengganti saluran tv ketika kulihat Zafran datang menghampiriku."Zafran udah shalatnya?" tanyaku."Sudah Umi.""Bagaimana tadi disekolah?""Zafran di suruh menggambar keluarga Umi dan memberikan nama semua anggota keluarga kata Bunda, pasti punya Ayah, meskipun ayah sudah meninggal. Padahal Zafran memang cuma punya Umi, ya, kan?"Bagaimana ini? Aku memang tak pernah membahas soal ayah dengan Zafran. Jika ia bertanya, aku selalu memberikan alasan bahwa ayah akan datang suatu hari nanti.Aku mengambil dompet yang masih berada di dalam tas. Kemudian mengeluarkan selembar foto keluarga yang masih kusimpan hingga kini. Bukan karena aku masih mengharapkan Bang Adnan hanya saja siapa tahu berguna saat Zafran mulai benar-benar ingin tahu siapa abinya."Lihatlah? Ini Foto keluarga kita." ucapku sambil menunj
Setelah menyiapkan keperluan Zafran aku hendak mengantarnya ke sekolah."Zafran, ayo berangkat, Sayang?""Iya, Umi."Aku menggandeng tangan Zafran bersiap berangkat. Aku harus datang pagi-pagi ke toko karena akan ada beberapa remaja yang membutuhkan bantuanku untuk membuat karya, aku dengan senang hati membantunya.Sampai di pertengahan jalan ponselku berbunyi."Assalamualaikum, Bu Wisma?""Walaikumsallam, Kinan? Apa kabar?" ucap Bu Wisma dari sebrang telepon."Alhamdulillah, Bu. Setelah dapat ilmu dari ibu hidupku lebih baik.""Alhamdulillah, saya ikut senang mendengarnya.""Novelmu sedang laris di berbagai platform, Kinan, buku cetaknya juga ludes terjual," ucap Bu Wisma melanjutkan."Alhamdulillah, Bu. Semua berkat ridho Allah.""Iya, Kinan. Ini karena kegigihanmu juga. Begini Kinan, Ibu mau minta tolong?""Apa itu, Bu? In Syaa Allah jika Kinan mampu akan Kinan bantu?""Dampingi Ibu dalam seminar Inspiring Story, Ibu memilihmu karena sepertinya ini tepat untukmu.""Alhamdulillah. T
ROSELA POV"Rusak remnya. Aku mau semua keluarga itu mati seperti kecelakaan."Kudengar Hamdan berbicara melalui telepon entah dengan siapa."Orang suruhanku akan mencoba melawan dari arah balik sehingga semua terjadi seperti kecelakaan," sambungnya menjelaskan."Kenapa kita harus membunuhnya, Mas? Apakah tak ada cara lain?" tanya Bella, istrinya yang baru saja datang menghampiri Hamdan."Aku tak ingin kembali miskin, Sayang. Aku ingin semua harta keluarga Rosela jatuh ke tanganku." Seringai di wajahnya membuatku menelan ludah dan pil pahit, tidak pernah menyangka."Akan tetapi kasihan Kinan masih kecil.""Justru karena dia ada aku harus menyingkirkan Ibu, Ayah dan juga dirinya."Aku benar-benar tak menyangka, anak yang telah kubesarkan berhati iblis."Terserah kamu saja lah, Mas.""Ya Allah, kenapa Hamdan tega punya niat jahat kepada kami?" Kupegang dada yang terasa sesak.Aku menangis di bawah tumbuhan rimbun di belakang rumah kami, pohon yang tidak terlalu tinggi. Pantas saja ia be
"Ya Allah, semoga engkau memberikan adik bayi di perut ibu, aku pernah mendengar ibu meminta dedek bayi, kabulkan doanya, ya Allah. Agar ibu lebih bahagia dan tidak sering menangis, aamiin."Aku melihat Hamdan tengah selesai shalat maqrib dan sedang berdo'a, tak terasa butiran air mataku menetes begitu saja. Alhamdulillah aku mendapat seorang malaikat yang berhati baik pikirku, tak rugi aku selalu mendisiplinkannya dan mengajari untuk selalu shalat tepat waktu."Hamdan sayang, ayo makan malam, Nak.""Iya, Ibu."Hamdan mengikutiku menuju dapur, di sana sudah ada Mas Andra yang menunggu kami.Hamdan tumbuh dengan cepat, dia tumbuh menjadi pemuda yang jujur, pandai dan penurut Mas Andre sangat menyayanginya, setelah lulus dari Luar Negri Mas Andra meminta Hamdan mengembangkan anak perusahaanya. Hamdan lulus lebih cepat karena memang otaknya ber IQ tinggi.Saat itu umurku sudah tak muda lagi, tetapi wajahku masih awet muda karena memang aku merawatnya demi Mas Andra. Aku belum dikaruniai
Lamunanku tentang Hamdan hilang bersama dengan tepukan halus di pundakku."Ada apa, Bu? Kenapa melamun?""Tidak apa-apa, Yah. Aku hanya teringat masa kecil Hamdan, sekarang ia sudah tumbuh dewasa padahal seperti baru kemarin aku melihatnya berdoa meminta adik bayi""Sudahlah, Bu. Jangan pikirkan apapun. Ayo istirahat besok kita akan berangkat pagi."Mas Andra merebahkan badannya di sampingku Aku memeluknya erat takut kehilangan dirinya, itu yang aku rasakan sekarang.....Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan rencana Hamdan yang hendak mencelakai kami kemarin.Aku mengirimkan pesan kepada tangan kanan suamiku untuk mengikuti kami ketika kami pergi ke rumah ibu."Baiklah Hamdan ibu akan mengikuti permainanmu."Aku menyiapkan segala keperluan kami, mas Andra memasukannya kedalam bagasi mobil, sementara Kinan sedang asyik bermain dengan simbok."Sudah siap, Bu? Ayo berangkat?""Ayo, Yah."Hatiku berdebar dengan kencang ketika mobil sudah mulai dijalankan oleh Mas Andra. Sepanjang per
"Hamdan, bawa mereka ke panti jompo. Jangan suruh Ibu sama Bapak mengurusnya," ucap Laras sedikit merajuk manja."Aku tak akan membawa mereka ke mana pun!" seru Hamdan menolak."Apa maksudmu, Hamdan? Siapa yang akan mengurus mereka.""Ya, jelas Bu Laras lah. Aku harus bekerja mengurus perusahaan.""Apa! Suruh istrimu!" Laras tak mau kalah."Tidak bisa dia sedang hamil."Dari balik pintu aku mendengar percakapan antara Laras dengan Hamdan. Hamdan meninggalkan Laras yang masih mengomel.Seharian aku dan Mas Andra dikurung di dalam kamar, bahkan makanan dan obat tak mereka sediakan. Hamdan sudah pulang ke rumahnya, aku tak melihat atau mendengar suara Laras atau Pak Broto, apa mungkin mereka sedang pergi.Hari sudah sore, aku dan Mas Hamdan belum makan sesuap nasi pun. Tadi pagi Hamdan hanya memberi kami roti dan susu. Aku kasihan melihat Mas Andra. Aku berniat pergi ke dapur untuk mencari makanan dan obatnya."Mas, aku akan ambilkan makanan dan obatmu."Mas Andra mengangguk.Aku mengend
Aku mencari seseorang yang dapat dipercaya untuk mengawasi Hamdan serta kematian adikku beserta keluarganya. Hingga aku tau dari cucu Nenek Amah yang biasa datang membersihkan Mas Andra bilang ia pernah melihat Pak Broto merusak rem mobil Rona hingga terjadi kecelakaan yang menyebabkan kematian Rona serta suami dan anaknya.Aku meminta cucu nenek amahmengawasi Hamdan."Nyonya, den Hamdan menyewa banyak orang, Dia juga mencari Pak Broto dan Bu Laras ."Lalu bagaimana hasilnya?""Belum ada yang bertemu, Nyonya.""Awasi terus dia."Hingga entah berapa tahun kami mencari Alfin tetapi belum ketemu, sampai suatu ketika Hamdan mengantarku ke makam Mas Andra. Ya, suamiku telah meninggal satu tahun yang lalu. Mas Andra memintaku memaafkan Hamdan dari sebuah surat yang ia tinggalkan.Makam Mas Andra berada di Jawa dekat dengan makam ibunya. Hamdan melihat Alfin tengah dikeroyok preman, ia berlari mengejarnya."Alfin!"Hamdan menyeret Alfin dari preman-preman tersebut, tetapi para preman justru