Sudah lima jam Sita menunggu kabar dari Arjun, tapi tidak ada kabar darinya. Setelah Sita mencoba memanggil Arjun, panggilannya terhubung dengan sukses. Namun, ketika Sita mengucapkan salam, yang ia dengar bukanlah suara Arjun yang menyahut, melainkan suara desahan yang menggema di sekitar sana. Telinga Sita merasa terganggu oleh suara menjijikkan itu yang terdengar begitu jelas melalui ponselnya. Suara tersebut tak diragukan lagi berasal dari seorang wanita yang sedang bersama Arjun. "Sayang kau memang selalu menggairahkan, jauh berbeda dengan istriku, Sita," ujar Arjun dengan napas tersengal-sengal mengungkapkan perasaannya. Tampaknya Arjun merasakan kesenangan yang luar biasa dengan wanita tersebut, dia melupakan bahwa Sita adalah istrinya. Baginya, wanita itu adalah sosok yang memang memiliki daya tarik dan keahlian yang tak tertandingi dalam membangkitkan gairahnya. Sita merasa kecewa dan kesal. Inisiatifnya untuk menghubungi Arjun sebenarnya bertujuan untuk menanyakan kead
"Baiklah, ibu. Kau memang selalu bisa di andalkan," Sita memeluk Yuni bahagia dengan penuh kebanggaan. Yuni menyambut pelukan Sita dengan senyuman ceria yang tak kalah bahagia. Kehadiran orang yang dicintainya membuat hatinya berbunga-bunga dan kebahagiaan memenuhi setiap sudut hatinya ditengah-tengah runtuhnya hatinya tersebut. Tak lama setelah itu, ponsel milik Sita berdering dengan riang. Ketika melihat nama Arjun yang terpampang di layar ponselnya, Sita memandang ke arah Yuni dengan tatapan penuh makna. Dalam kedipan mata yang lembut, Yuni mengisyaratkan persetujuannya. Sita segera menerima panggilan tersebut, mngatur napas dalam-dalam agar terlihat tenang. "Mas, kau sudah sampai?" tanya Sita dengan berpura-pura tidak terjadi apapun. Meskipun hatinya terbakar oleh rasa kekecewaanya, Sita berusaha keras untuk menjaga sikapnya tetap tenang. Dia tidak ingin menunjukkan bahwa dia tahu tentang perselingkuhan Arjun. Desahan perselingkuhan Arjun masih terngiang di telinganya, tetap
Pria itu duduk di meja yang berlawanan dengan Sita."Sita, izinkan aku memperkenalkan. Inilah Anand, orang yang akan membantu kamu dalam melakukan penyelidikan terhadap suamimu," kata Yuni sambil tersenyum pada Sita. Matanya kemudian berpindah ke arah pemuda yang duduk di sampingnya, "Anand, dia adalah putriku, Sita." "Hay, Anand," ungkap Anand mengulurkan tangannya ke depan Sita yang masih bingung dengan apa yang di katakan ibunya. Dengan ragu menerima jabatan tangan tersebut, "Sita.""Apakah maksud ibu, dia adalah seorang detektif?" tanya Sita baru tau pekerjaan Anand."Ya, benar sekali. Anand adalah seorang detektif yang sangat handal dan terpercaya. Dia memiliki kemampuan luar biasa dalam mengumpulkan berbagai macam bukti yang tak terbantahkan. Baik itu dalam kasus-kasus perselingkuhan atau masalah-masalah lainnya, Anand selalu berhasil mengungkap kebenaran yang tersembunyi," terang Yuni dengan penuh keyakinan.Sita menganggukkan kepalanya berulang-ulang sebagai respon ucapan ibu
"Mas, apakah Kak Sita tidak curiga terhadap kita?" tanya Mayang di saat makan siang bersama dengan Arjun di sebuah Restoran bintang lima.Mayang, yang duduk di hadapan Arjun, secara tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang cukup sensitif. Wajahnya terlihat khawatir, mencerminkan rasa curiga yang mungkin ada di dalam hatinya. Arjun, yang tidak terkejut dengan pertanyaan tersebut, mengambil napas dalam-dalam sebelum memberikan jawaban yang menyeluruh."Kau tenang saja, Mayang. Sita tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kecurigaan terhadap hubungan kita," jawab Arjun dengan bijak. Ia ingin memastikan Mayang bahwa situasi ini tidak akan membahayakan hubungan mereka dengan Sita. Arjun melanjutkan, "Kita selalu berhati-hati dan menjaga rahasia kita dengan baik. Aku yakin Sita menganggap kita sudah tidak ada hubungan apapun sejak malam itu, dan tidak akan terlintas dalam pikirannya bahwa kita kembali terlibat dalam perselingkuhan."Mayang tampak sedikit lega mendengar penjelasan tersebut, namun
"Kejutan!!!" sorak Sita mengangkat kedua tangannya. Suaranya yang riuh itu memecah keheningan ruangan, membuat semua orang yang berada di sekitar kamar Arjun terkejut dan menoleh ke arahnya. Arjun, calon pengantin pria yang sedang berdiri di depan pintu dengan wajah tegang, merasa seolah-olah dunia ini tiba-tiba berputar cepat. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Sita akan muncul di sini pada saat-saat terakhir sebelum pernikahannya dengan Mayang. Wajahnya pucat pasi dan matanya terbelalak, mencerminkan ketidakpercayaannya atas apa yang baru saja dia lihat. Istrinya kini berdiri di hadapannya seperti hantu. Detak jantung Arjun semakin cepat, seolah-olah ingin melompat keluar dari dadanya. Dia merasakan adrenalin mengalir deras dalam tubuhnya, memberinya sensasi campuran antara takut dan gembira. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Pikirannya menjadi kacau balau saat ia mencoba mencari alasan logis mengapa Sita bisa muncul di sini. Sementara itu, para tamu undangan mulai berdatangan
"Sayang, Infestor kita tidak jadi mengajakku meeting. Karena dia harus kembali ke luar negeri, mungkin akan di agendakan nanti seminggu ke depan," tutur Arjun berbohong kepada Sita dengan wajah yang terlihat tegang. Ia mencoba menyembunyikan rasa cemasnya dari Sita. Sita menarik alisnya merasakan kebohongan pada Arjun. Ada sesuatu yang tidak beres dalam penjelasan Arjun kali ini. "Kok mendadak sekali, Mas?" tanya Sita dengan nada curiga. Arjun tersenyum tipis mencoba meyakinkan Sita bahwa semua baik-baik saja. "Iya sayang, memang tiba-tiba banget ya," jawab Arjun sambil menggelengkan kepala seolah-olah juga bingung dengan situasi ini. Namun, mata Sita tak bisa dibohongi oleh senyum palsu dan gelengan kepala itu. Ia merasakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh Arjun darinya. Hatinya mulai dipenuhi keraguan dan ketidakpastian. "Sudahlah Mas, aku tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku," ujar Sita dengan suara lembut namun penuh ketegasan. Arjun terdiam sejenak saat mendengar
"Mas. Lama juga, ya? Kita tidak menghabiskan waktu berdua seperti ini?" sindir Sita, menyandarkan dirinya pada dada bidang Arjun. Sita menikmati waktu berdua dengan Arjun sambil melihat pemandangan air terjun yang luar biasa indah. Suara gemericik air yang jatuh dengan lembut, hembusan angin yang sejuk, dan keindahan alam sekitarnya memberikan kedamaian dalam hati Sita. Setiap detik yang dihabiskannya di sana membuatnya merasa begitu tenang dan bahagia. Namun, di sisi lain, Arjun merasa gelisah. Meskipun raganya berada di samping Sita, tapi pikirannya saat ini melambung jauh ke tempat pernikahannya dengan Mayang. Pikirannya terus menerus dipenuhi dengan penyesalan karena akad nikahnya dengan Mayang yang harus dibatalkan. Dia merasa sangat kasihan pada Mayang, selingkuhannya. Mayang pasti sedang menunggu dengan penuh harap di tempat yang telah mereka sepakati. Arjun tahu betapa sulitnya bagi Mayang untuk menunggu dengan ketidakpastian ini. Hatinya terasa berat karena dia tidak bisa
Raut kecewa terlihat sekali pada wajah Arjun. Sita melihatnya dan dia bergumam dalam hati, "Jangan berharap kau bisa bercocok tanam denganku setelah kau bercocok tanam dengan wanita lain." Sita tersenyum miring, ketika Arjun memilih untuk menarik selimut dan tidur tanpa berkata-kata lagi. Sita dan Arjun saat itu sedang berada dalam posisi saling membelakangi. Di tengah keheningan malam Sita berusaha untuk menyembunyikan suara isak tangisnya. Bantal tempat kepala Sita berbaring, basah oleh air matanya yang tak terbendung. Sita merasakan penyesalan yang mendalam atas pernikahannya dengan Arjun yang harus berakhir seperti ini. Ia tidak pernah menyangka bahwa ia akan terjebak dalam ikatan yang begitu menyakitkan dan membuat hatinya hancur. Namun, Sita tidak tahu berapa lama lagi ia dapat bertahan dalam situasi yang semakin menjalar ke dalam keputusasaan ini. Ia terpaksa berpura-pura buta terhadap perselingkuhan yang dilakukan oleh Arjun, seolah-olah tidak menyadari kebenaran yang begitu