Sebelumnya ...
Di dalam kamar, Karin terlihat sedang serius membereskan alat-alat make-up dan beberapa keperluan pribadinya untuk dimasukan ke dalam tas mewahnya itu. Ia juga tidak lupa memasukan beberapa kartu ATM gold dan beserta beberapa uang tunai dan juga ponselnya.
Sebelum berangkat, Karin juga tidak lupa untuk merapikan pakaian yang dikenakannya itu agar terlihat anggun dan modis. Setelah semuanya beres, ia pun segera keluar dari kamarnya.
Namun, tampaknya Karin terlihat begitu tergesa-gesa, karena hari itu jadwalnya Karin untuk pergi ke rumah orang tuanya yang berada di kota Bandung. Ia tidak ingin terlambat sedikitpun walau hanya untuk menemui keluarganya.
Setiap pulang ke rumahnya, Karin selalu membawakan sejumlah uang untuk kedua orangtuanya dalam jumlah yang cukup besar. Maka dari itu, ia takut jika hal ini diketahui oleh mertuanya, maka ia tidak bisa memegang uan
Nyonya Cristin benar-benar geram dengan apa yang sudah dikatakan oleh putra semata wayangnya. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa memberikan sebuah perusahaan dengan cuma-cuma walau untuk besan sendiri. Nyonya Cristin sampai pusing tujuh keliling, atas tindakan sang putra karena sangat ceroboh dan mudah percaya sama orang lain. "Sayang, apa kamu sudah tidak waras? Bisa-bisanya ngasih perusahaan tanpa sepengetahuan mama dan papa? Apa kamu pikir, dengan memberi perusahaan kepada mertua kamu, terus kamu bisa membuat keluarga ini menjadi harmonis?" Nyonya Cristin terus saja ngomel-ngomel karena kesal kepada anak semata wayangnya. "Tidak, Mah. Tujuannya bukan seperti itu. Aku sengaja memberi kesempatan kepada ayahnya Karin, untuk mengelola perusahaan itu, karena aku lihat cara kerja ayahnya Karin sangat bagus. Dan aku sebagai men
Daffa dan Alma masih menikmati suasana makan siangnya. Mereka saling melontarkan candaan dengan sangat gembira. Kebersamaan mereka berdua seakan terlihat sudah seperti layaknya sepasang kekasih, bahkan Alma semakin terlihat nyaman dengan adanya Daffa di sisinya.Apa yang Daffa rasakan saat bersama Alma, benar-benar melupakan segalanya, bahkan istrinya sendiri pun sudah tak diingat nya lagi. Yang ada dalam benaknya hanyalah Alma, Alma, dan Alma saja.*****Sementara di sisi lain, Karin sudah sampai di depan rumah orang tuanya. Ia langsung melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah. Dan tidak lama kemudian, ibunya yang bernama Desy itu datang menghampirinya dan langsung menyambut Karin dengan gembira."Karin!" teriak Bu Desy sembari menghampiri puterinya."Mama!" balas Karin dengan sumringah.
Sementara di tempat lain, duabodyguardnyaDaffa sudah menemukan rumah Alma, ia diberitahu oleh warga Sukabungah yang hendak melayat ke sebuah rumah warga. Namun betapa terkejutnya, mereka bahwa rumah yang akan dilayat nya adalah rumah Alma. Sontak saja mereka segera menghubungi bosnya dengan cepat.Sementara Alma dan daffa setelah selesai makan siang, mereka menuju pusat perbelanjaan yang jaraknya tidak jauh dari area hotel Amaris. Mereka berdua masih dengan candaannya dan bahkan senyuman manis masih tersungging dalam bibir Alma. Bagaimana tidak, Daffa membelikan beberapa barang-barang yang begitu mahal dan bermerk, bahkan tanpa Alma minta pun Daffa membelikannya. Hal ini menjadi kesenangan bagi naluri wanita, jika sesuatu yang diinginkan ternyata dikabulkan oleh orang yang disayanginya."Ya ampun! Si Bos lagi ngapain sih! Di telepon gak diangkat-angkat!" gerutu Farhan sembari menggenggam ponselnya."Masih
Daffa benar-benar merasa bersalah, tidak seharusnya ia mengajak Alma menikah. Tapi apa mau dikata, ia sudah terlanjur cinta dan tidak mau melepaskan Alma yang sudah ada di dalam genggamannya."Pokoknya, aku tidak mau dalam pernikahanku ada kebohongan, yang akan membuat rumah tanggaku hancur. Kalau begitu, dari sekarang aku mesti jujur pada Alma, kalau aku masih ada ikatan pernikahan dengan perempuan lain. Aku pasti bisa!" kata Daffa dalam hatinya."Ya benar kata Bapak! Lebih cepat lebih baik, tapi saya masih menghargai kalian yang sedang berduka, jadi ... mungkin setelah selesai 40 harinya mendiang ibu Alma, saya bisa menikahi Alma, Pak," tutur Daffa dengan tegas."Nah kan! Apa bapak bilang, Nak Daffa pasti akan menikahi kamu, Nak!" ujar Pak Santoso sembari melirik ke arah Alma.Alma pun hanya bisa tersenyum manis, dan meras bahagia, walaupun rasa sedih masih menyelimuti hatinya, tapi hatinya tidak bi
BrakkSeketika itu pula, keduanya merasa kaget dan gelagapan. Daffa langsung tersungkur ke bawah ranjang saking begitu kagetnya. Sementara, Alma hampir saja ikut terjatuh."Adam!" teriak Daffa dan Alma dengan serempak."Ya elah Kakak! Ngapain kalian berduaan di kamar, kalian belummahramnya. Aku bilangin sama bapak loh!" kata Adam menyunggingkan bibirnya."Jangan dong, jadi adik gitu amat sih!" kata Alma kesal."Ya udah sana keluar! Ngapain coba malah diam di sini! Mau aku bilang ke bapak ya?" kata Adam menyeringai."Iya-iya aku keluar!
Bab 24. Kecupan ManisNyonya Cristin mengerutkan keningnya, ia heran, mengapa suaminya bisa berkata seperti itu, sedangkan untuk ganti istri saja mana mungkin bisa terlaksana jika pihak dari istri tidak mau dipisahkan."Memangnya Karin setuju kalau Daffa akan ganti istri?Feelingmama sih gak bakalan mau. Jangankan diganti istri, dimadu saja, dia gak bakalan rela!" kata Nyonya Cristin sembari mengambil cangkir yang berisikan teh hijau yang hangat."Ya, kalau tidak begitu, kapan kita punya cucunya? Jadi siap tidak siap, dia harus berkorban dong," kata Tuan Dimas dengan santainya."Iya juga sih, tapi mama tidak akan mendukung, kalau anak kita menyakiti perempuan, Pa. Biar bagaimana pun, mama juga seorang perempuan. Jadi sama lah perasaan perempuan kalau suaminya berpaling ke lain hati itu bagaimana! Mama hanya bisa mendoakan yang terbaik saja buat Daffa dan kelu
Seseorang terus saja mengetuk pintu karena ia yakin Alma sudah ada di dalam kos-annya. Apalagi ditambah adanya mobil mewah yang terparkir tepat di depan kamar kos-annya, membuat orang itu semakin penasaran. Orang itu yang tak lain adalah Ririn, tetangganya sendiri.Dan ketika itu pula mereka berdua langsung menghentikan aksinya. Mereka berdua sangat gelagapan. Bahkan menjadi gugup entah apa yang harus mereka lakukan disaat sedang panas-panasnya."Alma!" sahut Ririn lagi."Aduh, bagaimana ini, Daff?" bisik Alma dengan panik.Daffa yang masih diatas tubuhnya Alma, hanya bisa menatap sorot matanya tanpa berkedip sama sekali. Bagi Daffa, ketika Alma sedang panik, ia terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Sehingga, ia enggan untuk beranjak dari posisinya yang sudah terlanjur diatas tubuhnya Alma."Sebentar, Sayang. Aksi kita belum tuntas," bisik Daffa ke telinga Alma."A-ap
"Bagus lah kalau begitu, jadi dia pengertian sama kamu. Kamu harus bersyukur karena dia tidak seperti mantan aku, pelitnya mengalahkan Nyi Endit, makanya aku minta putus," kata Ririn dengan santainya."Apa! Kamu sudah putus lagi?" kata Alma tercengang."Iya, kenapa? Ada masalah kah?""Tidak, cuma terkejut saja, soalnya baru kemarin pacaran, masa sudah putus lagi?" celetuk Alma."Biarin, soalnya dia pelit!""Masa karena hal itu kamu ngajak putus sih, Rin?" Alma semakin kaget mendengar ucapan dari Ririn."Sudah lah, tidak perlu dibahas. Malas aku kalau mendengar tentang dia. Oia Al, sering-sering lah minta belanja lagi seperti ini. Aku yakin, dia gak bakalan nolak, percaya deh sama aku!" celetuk Ririn yang terlihat sangat gembira karena dapat oleh-oleh dari Alma."Ish, buat apa? Memangnya aku ini cewek matre! Ini bukan tipe aku banget. Kalau diberi ya syuk