Suasana dalam ruangan menjadi sedikit sunyi.
"Nggak mungkin!" Vivian memecah keheningan.Dia murka, semakin tidak percaya melihat Elitta dan Vito berpandangan lama. Mana boleh Elitta mendapatkan pria seperti ini? Ini tidak mungkin!Pak Derry menatapnya. "Ada ada, Vivian? Kamu kenal Vito?""Nggak ... nggak kenal.""Vito, ini istri Om, Vivian. Vivian ... ini pria yang dari tadi kita bicarakan, Vito, suaminya Elitta.""Salam kenal, Mama Mertua." Vito enggan menjabat tangan dengan Vivian. Pandangannya masih merendahkan seakan tidak sudi menyentuh tangan orang asing. Aura di sekitar pria ini begitu angkuh, tak tersentuh, benar-benar dominan.Vivian dilanda gundah mendalam. Dia tak bisa melepaskan pandangan kepada mantan pacarnya ini. Tidak mungkin ini kebetulan.Apa mungkin Vito sekarang sudah kaya raya dan ingin membuatnya cemburu dengan menikahi Elitta?Iya, pasti begitu— itulah yang dia pikirkan.Vito menyeringai tipis padanya.Antara takut, tapi juga tergoda. Jantung Vivian berdebar-debar. Mantannya terlalu tampan sekarang, ia tak sanggup berpaling. Ia yakin senyuman pria itu adalah tantangan.Apa artinya masih mencintainya? Pria itu menikahi Elitta agar bisa dekat dengannya lagi?Pak Derry berjalan pergi sambil berkata, "Ya udahlah, kita nggak usah banyak mengobrol. Elitta, ayo ikut papa— tanda tangan berkas pengalihan aset. Setelah itu kamu boleh pulang sama suami kamu."Elitta enggan bergerak dari tempatnya berdiri. Dia menolak, "nggak, Pa! Elitta belum bilang setuju! Itu aset mama buat Elitta, Elitta nggak mau ngasih ke Papa! Papa pasti akan menjualnya, Elitta nggak mau!""Mama kamu itu nggak punya apapun, itu milik papa!""Pokoknya nggak mau! Palingan papa begini karena suruhan istri muda papa ini!""Tolong jangan mulai berdebat lagi."Vito menengahi mereka, "Om, bagaimana kalau kita selesaikan dengan uang saja? biar saya beli aset itu, jadi tolong kasihan surat-suratnya ke Elitta.""Beli? Yakin?" Pak Derry menatap pria itu. Dia meremehkannya, "Kamu sok mau beli tanah satu hektar seperti sedang ingin membeli camilan aja. Kamu ngerti nggak harganya berapa?""Tinggal bilang nominalnya."Pak Derry tahu kalau menantunya itu seorang pengusaha di bidang ritel, tapi tak menyelidiki lebih lanjut usahanya dimana atau bagaimana. Tadinya, dia mengira pria itu memiliki usaha beberapa toko sembako di kampung. Apa iya punya uang sebanyak itu untuk membeli tanahnya?Dia berkata, "kamu tunggu di sini, Om akan siapkan dokumen. Elitta, bantu papa."Elitta mengikuti sang ayah. Dia mengesampingkan sakit hatinya dahulu. Semua demi mendapatkan hak penuh atas kepemilikan tanah milik mendiang sang ibu. Itu adalah satu-satunya kenangannya, jadi harus dia dapatkan.Begitu ditinggal, Vito mengambil ponsel dari saku celananya, kemudian sibuk berkirim pesan dengan orang lain. Seluruh benda yang melekat di tubuh pria itu sudah sangat berkelas, ponsel yang dia pakai saja keluaran terbaru nan mewah.Ini membuat Vivian makin tidak percaya. Mana mungkin baru setahun, mantan pacarnya itu sudah berubah drastis?Risih dipandangi terus, Vito melirik wanita itu. Ia menegur, "kenapa kamu melihatku terus?""Kamu jangan sok lupa sama aku. Kita ini pernah pacaran.""Jangan bicara omong kosong, aku nggak kenal kamu.""Ini nggak mungkin, kenapa kamu bisa jadi gini?""Maksudnya?""Kamu itu cuma pekerja serabutan di supermarket, bisa-bisanya berpenampilan begini? ini cuma akting kan? kamu pasti disuruh Elitta buat berpenampilan kayak bos gini."Vito mengeluarkan dompetnya, lalu menngeluarkan satu kartu nama eksklusif miliknya. Lalu, ditunjukkan kepada wanita itu."Ini kartu namaku. Terserah kamu mau percaya atau enggak, aku nggak punya urusan sama kamu," katanya.Mata Vivian melotot tatkala mengetahui ada beberapa kartu kredit terselip di dompet itu. Dia meneguk ludah. Bahkan, suaminya saja tidak punya kartu kredit jenis itu.Dadanya juga sesak napas usai membaca kalau Vito adalah CEO dari perusahaan jaringan ritel paling terkenal di negara ini, Supermarket Sunmart."Ini ..." Dia gemetar memegang kartu nama itu. Perkataannya jadi terbata-bata. "Ja ... jadi, siapa kamu ini sebenarnya?""Vito Vincent Ravello, CEO jaringan ritel Sunmart."Raut wajah Vivian langsung dipenuhi penyesalan.***Ini tidak mungkin.Berulang kali, Vivian meyakinkan dirinya kalau ini mustahil. Mantan pacarnya yang sudah dia buang mendadak jadi bos besar? Tidak pernah terpikirkan sebelumnya kalau ini sunguhan. Pria yang dulu dia remehkan, dia buang karena terlalu miskin untuk memenuhi kehidupa hedonnya adalah seorang CEO Sunmart?Perusahaan ritel yang menaungi ratusan cabang Supermarket Sunmart di seluruh negeri itu?Vivian tak mau percaya. "Gimana mungkin kamu jadi CEO-nya Sunmart? Kamu itu cuma yatim piatu, orang miskin! Ini cuma bohongan, iya 'kan? Kamu pikir aku nggak tahu, CEO jaringan ritel Sunmart itu Pak Tonny Hardana, fotonya tersebar di seluruh situs Sunmart.""Itu pamanku, aku dulu cuma main-main saja. Aku bosan hidup enak, jadi aku ingin tahu rasanya hidup sangat miskin .... sepertimu." Vito tersenyum palsu, senang bisa membalikkan hinaan Vivian barusan. Dengan bangga, dia kembali berkata, "kalau kamu nggak percaya, coba buka saja situs atau media sosial Sunmart, akan terlihat siapa
Vivian masih menatap Elitta dengan perasaan cemburu sekaligus dengki. Sejak SMA, dia sudah sangat iri dengannya. Selain karena selalu dikalahkan dalam hal akademis, dulu orang yang dia sukai malah menyukai Elitta.Elitta sama sekali tidak takut dengan pandangannya. Dia sudah muak dihina dan dipermalukan terus. "Kenapa tadi kamu lihat suamiku sampai kayak gitu?""Memangnya kenapa?""Dia suamiku! Jangan macam-macam.""Sekarang aku paham. Niatmu dari tadi cuma mau sombong 'kan?""Sombong apa?""Kamu pikir kamu itu cantik karena sudah berhasil nikah sama CEO Sunmart? Dia itu cuma mau main-main sama kamu. Palingan sebulan, kamu dibuang. Orang kaya 'kan memang begitu.""Jangan bicara buruk tentang suamiku.""Kamu bahkan nggak kenal sama dia, mau-maunya aja dinikahi. Wanita normal nggak bakalan mau nikah sama pria yang baru dikenal, kecuali kalau dia emang kaya raya ...""Aku dilamar oleh Vito, aku percaya sama dia, dan aku mengira keluarga Vito adalah kenalan Papa. Aku terpaksa buru-buru ni
Mantan?Mantan pacar Vivian?Hati Elitta mendadak diselimuti rasa takut, sesak sekali. Berkat ulah VIvian yang selalu merenggut pria yang pernah cintainya, dia menjadi sedikit tidak percaya diri. Apa dosanya sangat banyak sehingga orang-orang yang dia cintai selalu pergi?Vivian tersenyum melihatnya. "Kenapa? Syok sampai nggak bisa ngomong? Sekarang kamu pasti ngerti 'kan kenapa Vito nikahin kamu? makanya jangan sok cantik, sudah jelas siapa yang dia incar?"Tak diduga, Pak Derry datang di waktu yang tak tepat itu. Dia sedikit mendengarkan ucapan istri mudanya. "Siapa mantan pacar yang kamu maksud?"Vivian kaget. Dia menoleh, lalu menghampiri suaminya itu sambil menunjukkan raut wajah manja. "Sayang, kamu dengar semua? Ini nggak seperti yang kamu dengar, kok ...""Apanya, sih? Mantan pacar apa? Kamu barusan bicara apa? Kamu kenapa masih di sini? Debat sama Elitta belum kelar?""Oh." Vivian lega suaminya tak mendengar apapun. Dia mengomporinya lagi, "marahi itu anak kamu, masa dia mara
Elitta mengurungkan niat untuk pulang ke rumah Vito, dan memilih pergi ke rumah teman masa SMA-nya, Rena.Hatinya terluka. Air mata tak kunjung berhenti menetes. Malam ini akan terasa panjang untuknya.Tidak mungkin dia bisa menghadapi suaminya sendiri setelah apa yang dia dengar dari mulut Vivian. Apa benar dia hanya dimanfaatkan pria itu untuk membuat Vivian cemburu?"Elitta? kamu kenapa ..." Rena melihat Elitta saat membuka pintu rumah. Yang membuatnya cemas adalah betapa merah kedua mata wanita itu— sudah jelas karena terlalu banyak menangis di perjalanan."Apa aku boleh nginap di rumah kamu malam ini?""Tentu saja, ayo masuk." Rena mempersilakannya masuk. Dia sudah sering melihat Elitta menangis. Semua alasannya selalu sama, dikhianati pria yang sudah dia cintai. "Duduklah dulu, aku buatkan teh hangat.""Nggak perlu. Aku nggak mau merepotkan kamu lagi. Kamu lanjut aja kegiatan kamu, aku cuma mau istirahat.""Vivian lagi? Ada apa?"Elitta menahan diri untuk tidak buang-buang air
Vito sampai di rumah sesuai dengan alamat yang dikirimkan oleh anak buahnya. Alamat itu merupakan milik Rena. Dia memarkirkan mobil di halaman depan, lalu keluar dan mendekati rumah tersebut.Para tetangga yang masih beraktifitas bertanya-tanya, siapa tamu Rena yang membawa mobil sport? Apa mungkin pacar Rena? Atau malah Rena adalah perempuan tidak benar yang mengundang pria ke rumah?Vito tahu sedang diperhatikan. Bertamu malam-malam di rumah wanita itu masih tabu di kawasan ini. Akan tetapi, dia tidak peduli dan tetap mengetuk pintu.Pintu dibuka.Rena kaget melihat kedatangan Vito. Dia hendak menutup pintu, tapi ditahan oleh Vito."Mana istriku?" tanya Vito dengan ekspesi wajah yang datar.Rena buru-buru mejawab, "mana kutahu.""Aku tahu dia pasti nemuin kamu 'kan?""Enggak."Vito mendorong pintunya sampai terbuka lebar, lalu dia main masuk ke dalam— melihat sekitarnya. Samar-sama
Di rumah, Elitta masuk ke dalam kamar tidurnya. Kemudian, Vito menyusul masuk. Setelah pernikahan kemarin, Vito langsung bekerja— jadi, ini pertama kalinya mereka satu kamar berdua.Elitta sedikit gugup. Bisa dibilang, ini adalah malam pengantin mereka. Akan tetapi, usai mengetahui Vito adalah mantan pacar dari Vivian, dia sedikit canggung. Rasanya sangat berbeda dari kemarin.Vito terlihat santai memasuki walk in closet, ruangan yang ada di dalam kamarnya, ruangan dengan deretan lemari besar berisi pakaian dan aksesoris miliknya, seperti sepatu, jam tangan, dan lain-lain. Di tengah ruangan itu ada meja berlaci banyak. Di atasnya terdapat beberapa kotak-kotak aksesoris yang belum dibereskan.Elitta menengok dari luar pintu. Semalam, dia sudah berada di kamar ini, tapi tak berani melihat isi dari walk in closet suaminya. Vito tampak berdiri di depan lemari yang terbuka sembari melepaskan jam tangan.Tanpa melihat, dia sadar sedang diperhatikan. "Ada apa?""Aku boleh masuk ke dalam?"
"Nanti kamu buat surat untuk Pak Harry, kirim sebelum jam empat sore.""Iya, Pak.""Terus jam sebelas siang nanti, ikut saya ke restoran Jepang, saya harus ketemu Pak Tonny buat makan siang sama bahas direktur pemasaran yang kemarin dipecat itu.""Pak Tonny, Paman Bapak?""Iya.""Tapi nanti jam sebelas, bapak ada jadwal meeting sama divisi pemasaran.""Batalkan semua, atur ulang lusa.""Baik, Pak.""Ya udah, saya mau masuk ruangan saya, jangan ganggu sampai jam sebelas, kamu kembali ke meja kamu.""Iya."Vito terlihat serius. Ketika sudah menyangkut pekerjaan, dia tak peduli yang lain. Dia memperlakukan sekretaris penggantinya alias istri sendiri, Elitta, itu sama seperti karyawan lain.Elitta senang. Dia lebih suka diperlakukan sebagai karyawan saat berada di kantor pusat Sunmart ini. Untungnya, tak ada karyawan yang tahu kalau dia adalah istri Vito, atasan mereka.Iya, wajar saja, berita pernikahan mereka tidak tersebar luas. Jadi, semua orang masih menganggap Vito lajang.Karena it
Untuk kedua kalinya Vito melihat jam tangan. Sudah hampir lima belas menit berlalu, tapi tak ada tanda-tanda sang istri akan kembali."Ada apa? Kamu kelihatannya gelisah sekali?" Pak Tonny berhenti makan, lalu menatap Vito."Empat belas menit.""Apanya?""Istriku pergi sudah empat belas menit.""Ya terus kenapa?""Om, toiletnya itu dekat, nggak mungkin selama ini.""Dia 'kan wanita, biasanya juga lama kalau ke toilet. Siapa tahu dandan dulu?""Bentar, Om, aku mau cek dulu." Vito makin gelisah. Dia memutuskan untuk berdiri, lalu segera pergi keluar tanpa menoleh pada sang paman.Pak Tonny terdiam sebentar. Dia semakin yakin kalau keponakannya itu sangat menyukai Elitta.***"Aku bilang lepasin!"Sekuat tenaga, Elitta berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Leon. Akan tetapi, apa daya— kekuatan pria itu jauh lebih unggul darinya.Dan sial, toilet yang mereka datangi tak ada siapapun, baik itu karyawan ataupun pelanggan. Elitta tak mau membuat kegaduhan restoran seperti ini— takut