Share

03. Harga Diriku Dijual?

Lima ratus juta?

Diserahkan ke pria asing karena kalah judi dengan nominal lima ratus juta?

Elitta merasa seperti dijual oleh ayahnya sendiri. Harga dirinya bisa dibeli dengan sejumlah uang. Dia masih tak percaya. Begitu saja?

"Papa bilang suami Elitta itu anak kenalan papa?"

Tanpa rasa bersalah, Pak Derry menjawab, "Cuma bohong. Kalau papa jujur, papa jodohin kamu sama orang random itu karena kalah main billyard, mana mau kamu? Kamu 'kan rewel."

"Hanya karena lima ratus juta?"

"'Hanya' kamu bilang? Itu banyak. Anak bodoh dan manja kayak kamu mana paham susahnya cari uang."

"Uang penjualan tanah milik mama bisa buat bayar, Pa! Sisa banyak malahan."

"Enak saja, itu tanah milik papa, papa nggak sudi kehilangan sepeserpun uang demi kamu. Udah cukup ya, Elitta. Kamu udah gede, udah nggak butuh bantuan keuangan dari papa. Kamu juga udah nikah."

"Kenapa papa yang judi, Elitta yang harus nanggung semua kerugian papa?"

"Jangan lancang kamu! Kamu kira besarin kamu itu pakai daun, pakai uang, ngerti! Jadi, kamu harus tetap hormati papa."

"Tapi papa udah keteraluan banget!"

"Papa begini juga demi kamu. Pernikahan kamu dengan Leon 'kan batal, daripada kamu terus di sini jadi perawan tua, mending nikah sama siapa saja. Lagian, istri baru papa terganggu kalau serumah sama kamu. Kalian sudah menikah kemarin— apa dia belum bilang apapun? Apa dia sibuk lagi ngurus pengiriman barang dagangan?"

"Papa bahkan nggak tahu suami Elitta kerjaannya apa?"

"Emangnya penting?"

Vivian menahan tawa, tapi pura-pura prihatin. Dia berkata, "kasihan banget punya suami pengusaha kampung, pasti kekurangan pegawai, jadi sopir sendiri deh. Malam pertama bukannya bahagia, malah serasa jadi janda. Kamu kok tega ngasih anak kamu ke pria nggak jelas gini, Sayang? nanti kalau ternyata suaminya sindikat perdagangan manusia, gimana?"

Pak Derry sama sekali tidak peduli, tidak menyesal, walaupun menikahkan putrinya dengan pria asing di tempat billyard.

"Yang paling penting Elitta pergi dari rumah. Itu syarat kamu waktu mau tinggal di rumah ini sama aku 'kan?" katanya.

"Iya, Sayang, makasih udah nurutin aku ..." Vivian berjinjit, kemudian mencium pipi pria paruh baya itu dengan tingkah yang masih manja. "Kamu suami terbaik."

Elitta jijik melihat pemandangan ini, ingin muntah rasanya. Bibirnya terkatup rapat, sedih sekali. Dia menahan agar air matanya tak lagi jatuh, percuma menangis hanya karena penghinaan ini. Lagipula, dia tidak menyesal menikah dengan pria yang baru dikenalnya seminggu.

Dengan hati yang bangga, dia berkata, "Pa, sekalipun ternyata papa bohong tentang suami Elitta, Elitta tetap berterima kasih, dia itu pria yang baik."

"Nggak usah menghibur diri sendiri gitu, Elitta, kalau mau nangis, nangis saja. Oh, atau kalau kamu mau, aku bisa kenalin cowok kota yang lebih baik daripada suami kamu yang asal-asalan dipilih papa kamu itu."

"Nggak, makasih. Aku bangga menjadi istri Vito."

"Vito?" Vivian mengulang nama itu. Nama yang tidak asing untuknya.

Mendadak, suara langkah kaki mendekat.

Seorang pria tiga puluh tahunan berpakaian setelan jas hitam rapi berjalan masuk ke ruangan itu.

Tubuhnya tinggi dan tegap. Bentuk wajah tampan terhias oleh sepasang mata hitam tajam, rambut berwarna hitam legam seperti bulu burung gagak. Auranya begitu kuat dan mendominasi.

Dari penampakannya itu saja— orang akan menduga dia adalah seorang pimpinan dari suatu perusahaan besar. Mustahil kalau dia hanyalah pengangguran kabupaten.

Vivian menahan napas. Dia mengenali pria itu. "Vito? Nggak mungkin ..."

Vito menatap Elitta, lalu berkata, "aku mencarimu kemana-mana, kenapa nggak bilang kalau ke rumah ayah kamu yang nggak guna ini?"

Elitta merasa bersalah. "Maaf, aku buru-buru ke sini."

"Nggak guna?" ulang Pak Derry tersinggung. "Apa katamu?"

Vito berhenti di hadapan Elitta. Pria itu sama sekali tak menganggap Pak Derry dan Vivian itu ada.

Dia menyentuh pipi istrinya itu dengan jemarinya yang posesif, lalu menasehati dengan suara yang lembut, "kamu baik-baik saja 'kan? Kenapa kamu malah naik taksi ke sini? Kita 'kan punya helikopter pribadi. Kalau kamu kenapa-napa di jalan bagaimana? Kota itu banyak orang jahat."

Pipi Elitta memerah. Mereka belum lama mengenal, tapi dia sungguh bahagia memiliki suami yang perhatian dan lembut. Detak jantungnya berdebar kencang setiap kali diperlakukan begitu.

Vivian tak percaya. "Vito ... kamu ..."

Vito meliriknya dengan pandangan angkuh dan dingin. "Maaf, kamu siapa? Jangan sok akrab denganku sampai berani menyebut nama panggilan."

Hati Vivian seakan ditusuk tombak tajam.

Itu wajar saja. Vito adalah mantan pacarnya yang dia tinggalkan karena cuma pria kampung miskin. Jadi, kenapa mendadak berubah begitu tampan, terawat, mengenakan baju mahal, jam tangan merek terkenal? Apa dia menjadi bos besar sekarang?

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tigan cantik
Elitta disini ngeyel banget ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status