Share

12

"Bang apa benar Mur yang melamar kerja kemarin?" tanyaku lirih pada Bang Agha.

"Entahlah dik. Besok kita tanya,"

"Rin, kamu tidak menyumbang untuk Bu Sri?" tanya ibu.

Tanpa banyak bicara aku langsung membuka dompetku dan mengeluarkan tiga lembar uang merah pada ibu.

Ibu menatapku penuh heran.

"Yakin kamu? Tidak kebanyakan?"

"Enggak bu. Alhamdulillah ada rezeki lebih,"

"Baguslah. Hemm sekarang giliran kakak - kakak kamu yang ribet. Kalau disuruh nyumbang, ada saja alasanya," gerutu ibu.

"Masak sih bu. Mbak Yanti dan Mbak Devi kan orang berada,"

"Entahlah kenyataanya memang seperti itu. Suaminya itu pelit. Yanti dan Devi kalau mau ngasih ibu dan bapak saja sembunyi-sembunyi. Eh," kata ibu seraya menutup mulutnya. Mungkin beliau menyesali perkataanya kepadaku.

Aku hanya tersenyum kecil. Bukankah itu anak yang selalu ibu banggakan?

"Memangnya Bu Sri tidak pernah diajak ke rumah Mala bu? Kok rasanya aneh,"

"Katanya si Wito itu tidak pernah. Entahlah. Apa memang Mala selama ini bohong kalau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status