Share

Bab 2. Masalah

“Fara!” Mikel yang mendatangi kantor polisi dengan wajah dingin. Hari pertama masuk kuliah, dia sudah mendapat kabar kalau Fara punya kasus kekerasan. 

“Daddy!” jawabnya pelan sambil melihat wajah Mikel dengan merasa bersalah.  

Mikel mendapat telefon dari kantor polisi yang mengatakan bahwa Fara berulah. Putrinya itu telah memukul teman satu kelasnya yang merupakan salah satu anak pejabat. 

Namun, yang membuat kemarahan Mikel karena melihat wajah Fara lebam dan sudut bibirnya berdarah. Kemudian ia melihat teman Fara yang lebih kacau dengan wajah yang lebih banyak luka membuatnya sedikit tenang.

“Silakan duduk, Pak Mikel!” petugas tersebut yang mengetahui siapa Mikel tentu sangat berhati-hati kepada lelaki lelaki.

Mikel tidak menjawab. Dia pun duduk sambil mencoba menenangkan iblis yang ingin mengamuk dalam dirinya.

“Pak, Putri anda telah memukuli anak kami. Lihatlah wajah anak kami babak belur begini?” ucap ibu dari ketiga anak cowok yang dipukul oleh Fara.

Mikel menatap Fara yang berada di sebelahnya, “Sayang, kenapa kamu memukulnya?” tanya Mikel lembut. Ia menatap Fara yang sedang menunduk sambil memegang ujung roknya.

Fara diam seribu bahasa ia tidak ingin membuat daddynya sedih jika mengetahui alasannya memukuli teman satu kelasnya.

“Fara! Lihat daddy, atau tidak kamu akan meminta maaf kepada mereka!” Sebuah pilihan yang harus terpaksa ia ambil demi nama baiknya dan anak angkatnya itu.

“Aku minta maaf karena telah melukai kalian. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi!” Fara meminta maaf tanpa menatap wajah temannya itu. Pilihan itu ia ambil demi menjaga nama baik daddynya.

“Baiklah, putriku sudah meminta maaf. Saya akan membayar biaya pengobatan mereka. Apakah kasus ini bisa sampai di sini saja?” ucap Mikel kepada petugas dengan nada dingin dan mengintimidasi. 

“Karena Fara sudah mengakui kesalahannya kami akan memaafkannya dan kami harap ini yang terakhir kalinya,” jawab salah satu ibu dari ke tiga cowok itu. 

Ketiga cowok itu melihat Fara dengan tatapan tajam. Tentu saja mereka tidak terima begitu saja. Namun, karena ibu mereka sudah menyetujui dia akhirnya terpaksa diam.

Di dalam mobil, Fara hanya diam. Mikel menatap Fara dengan kening yang diperban. “Lain kali tidak usah membahayakan diri Fara. Katakan kepada Daddy siapa yang berani mengganggumu. Daddy akan urus semuanya. Tugasmu hanya belajar, ingat itu!” ucap Mikel sambil menghela nafas kasar. Ia sudah cukup kenal dengan sikap Fara. Melihat Fara ia seolah bercermin kepada masa lalunya waktu di usia remaja, keras kepala, dan menomorsatukan harga diri.

Asisten Mikel menatap dari kaca spion kedua anak dan ayah itu saling membuang pandangan ke luar jendela. Seolah tumbuh-tumbuhan di luar sana lebih membuat mereka lebih tertarik.

Sesampai di rumah, Fara dan Mikel masih bungkam. Mikel membuang napas kasar lalu melihat punggung Fara yang terkulai lemas saat melewatinya.

“Ganti pakaianmu, daddy tunggu di ruang makan!” Mikel menghentikan langkah Fara yang berjalan menuju kamarnya.

Fara hanya mengangguk mendengar perkataan Mikel. Kemudian ia melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai 2.

“Ada apa dengan Fara?” Dia penasaran apa yang terjadi di sekolah.

“Hmmm, dia memukul temannya!” jawab Mikel malas.

 “Daddynya siapa dulu. Pasti tempramen Fara turun darimu.” ejek asistennya sambil berjalan ke meja makan.

“Jangan membelanya, dia itu memukul anak laki-laki!” ucap Mikel memijat pangkal hidungnya. Ia tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Fara tak bisa menahan emosinya kelak.

“What?” ucapnya kaget. “Wah aku tidak menyangka dia sekeren itu,” ucapnya dengan bangga.

“Jangan katakan itu di depannya. Besok dia akan melakukan hal yang sama lagi karena merasa mendapat pembelaan.” Mikel mendelik tajam ke arah asistennya.

Fara yang sudah selesai mengganti pakaiannya langsung menuju ruang makan dengan wajah bersalah. Ia duduk di tempat biasanya.

“Ayo makan, jangan ada keributan saat makan!” perintah Mikel dengan tegas.

Fara dan asistennya hanya mengangguk lalu mereka mulai mengisi piring mereka dengan tenang. Sesekali asisten Mikel menatap Fara dengan curiga.

***

Malam ini Mikel masih penasaran, apa yang membuat Fara  berulah. Ia memutuskan untuk menanyakan putrinya itu lagi.

Tok!

Tok!

Tok!

Ia mengetuk pintu kamar Fara.

“Masuk Dad!”

Mikel membuka pintu kamar Fara yang belum terkunci. Itu tanda putrinya itu masih terjaga. Dia melihat Fara sedang duduk di kursi belajar dan menoleh ke arahnya dengan dahi mengernyit.

“Fara, apa daddy bisa bicara sebentar?” Mikel langsung duduk di pinggir ranjang Fara. Ia mencoba menenangkan fikirannya dan fokus pada masalah Fara.

Fara yang duduk di meja belajar langsung memutar kursi lalu menatap Mikel. Ia tidak menjawab, ia hanya mengangguk.

“Bisa kah Fara menjawab daddy dengan bersuara? daddy ingin dengar ceritanya,” pinta Mikel dengan lembut. Ia menarik kursi belajar Fara dan sekarang mereka berhadap-hadapan dengan dekat.

 “Dia terus membuat Fara tertekan, Dad.” Ia menunduk pelan.

“Tertekan seperti apa?” selidik Mikel. Ia belum menemukan apa yang membuat Fara menghajar ketiga cowok itu.

“Dia mengatakan, anak pungut dan dijadikan wanita simpanan!” lanjut Fara dengan air mata yang menetes.

Deg!

Jantung Mikel terasa berdegup. Wajahnya mulai merah, ia menahan amarah. “Terus, apa itu saja?” walau Mikel sudah yakin itu alasan sesungguhnya Fara menghajar anak lelaki itu.

Fara menggeleng, kemudian ia mengusap air matanya.

“Baiklah, ini peringatan pertamanya. Jika ada lagi kata-kata busuk yang keluar dari mulutnya, lakukan sesukamu. Daddy akan mengurusnya!” Mikel mengelus kepala Fara dengan lembut.

Setelah itu ia keluar dari kamar Fara sebelum otak kotornya semakin parah. Ia kemudian menyambar kunci mobilnya dan bergegas keluar dari rumah. Dia harus menuntaskan sesuatu yang bergejolak dari dalam dirinya yang akhir-akhir ini minta pelepasan.

Ya, ia berakhir di club sekarang. Sang asisten yang sedang bermain dengan para gadisnya langsung menghampiri Mikel yang memilih duduk di depan bartender.

“Oh, Tuan Mikel kamu datang?” ejek asistennya itu.

“Hmm, di mana dia?” Mike menanyakan seorang wanita yang selalu ia cari di club itu jika ia sedang kalut.

“Ah, dia pasti akan senang kalau kau datang Mike. Seperti biasa dia tidak akan kemana-mana selain kamu yang memanggilnya. ” Ia tersenyum nakal.

Mikel tidak menggubris ocehan sahabat sekaligus asistennya itu. Ia berjalan melewati lorong sempit dan membuka sebuah pintu yang ia ketahui tempat Lidya menunggu pelanggannya.

“Hai,” Mike melihat wnaita yang sedang rebahan sambil menatap layar ponselnya.

Wanita itu menatap Mike dengan kagum, “Waaaa, akhirnya kamu datang?” ucapnya dengan suara mendesah dan manja. Ia menggandeng tangan Mikel dengan erat seolah ia tak ingin melepasnya. “Sudah lama kamu tak ke sini, apa kamu menemukan mainan baru?” Wajahnya terlihat khawatir Tangannya mengelus lembut wajah Mikel yang sudah sangat berhasrat itu.

“Akhir-akhir ini aku sibuk, dan aku membutuhkan pelampiasan malam ini.” ucapnya berat dan serak.

“Dengan senang hati,” wanita itu langsung mendekatkan wajahnya lebih dekat. Sampai mereka dapat mendengar degup jantung masing-masing. Beberapa detik kemudian bibir mereka sudah bertemu dan saling berpagutan.

Mikel membalas perlakuan wanita itu. Detik berikutnya tangan Mikel sudah masuk ke dalam dres wanitanya. Setiap inci dari tubuh itu sudah ia hapal, buah yang ranum itu sangat pas di tangannya, dan membuat wanita itu melenguh atas perlakuannya.

“Aku tidak bisa melakukannya di sini, ayo!” Mikel menghentikan kegiatannya. Ia menarik lengan wanita itu keluar dari kamar sempit itu.

Wajah wanita itu sedikit kecewa, birahinya sudah di ubun-ubun Mikel malah menghentikan kegiatan mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status