Share

Bab 3. Mencari Pelampiasan

Mobil melaju dengan kencang, Mikel langsung menuju hotel berbintang miliknya. Beberapa menit kemudian mereka sudah ada di kamar, dan Mikel langsung menarik wanita itu menuju kamar mandi.

“Bagaimana kalau kita melakukannya di sini?” Mikel sangat suka melakukan pemanasan di kamar mandi, dan wanita itu sudah tahu kebiasaan Mikel.

Malam ini begitu panas, mereka sudah melakukannya beberapa kali. Mikel seolah tak pernah puas dengan tubuh wanita itu. Kini mereka berakhir di ranjang dengan nafas yang terengah-engah.

Wanita itu menutupi tubuh mereka dengan selimut, lalu ia menatap langit-langit kamar sedangkan Mikel berbaring telungkup di sampingnya.

“Siapa dia?” Raut wajah kecewa wanita itu menatap Mikel yang telah tumbang di sampingnya.

Mikel diam, ia tidak menyangka menyebut nama wanita lain saat melakukannya dengan wanita itu.

“Maafkan aku, bukan siapa-siapa. Jangan memikirkannya, lihatlah aku sekarang ada di ranjang bersamamu kan?” jawab Mikel singkat. Ia sendiri tidak tahu kenapa ia bisa menyebutkan nama Fara saat pelepasannya.

Ia merutuki dirinya, selama ini dia tidak pernah begitu. Tapi akhir-akhir ini ada perasaan lain yang tumbuh di hatinya. Tentu perasaan yang harus ia hapus dengan cepat dari kepalanya itu.

Kepalanya berdenyut memikirkannya, hingga ia ikut terlelap karena malam ini mereka melakukannya lebih dari biasanya.

***

“Dad, hari ini ke kampus sedikit lebih cepat” ia membuka kamar Mikel tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Mikel yang masih setengah sadar membuka matanya dengan terpaksa. Matanya tiba-tiba terbelalak hampir keluar dari tempatnya ketika melihat Fara sudah berdiri di samping ranjang hanya mengenakan handuk yang membalut sebagian tubuhnya.

“Fara, apa yang kamu lakukan! Cepat pakai bajumu, kamu itu sudah besar!” bentaknya dengan suara tinggi. Dia semakin menggila jika putrinya itu terus membuat otak mesumnya semakin menjadi.

“Iya dad, Fara takut daddy masih ketiduran.” Ia pun keluar dengan sedikit kesal sambil menghentakkan kakinya.

“Emang kenapa kalau aku pakai handuk?” dumelnya, mengingat daddynya juga sering keluar kamar tanpa menggunakan baju.

Mikel memijat pangkal hidungnya, ia pulang sudah hampir pagi setelah ia melalui malamnya dengan Lidya. Pagi ini dia disuguhkan lagi dengan tingkah Fara yang membuatnya harus mandi lebih cepat.

Susah payah ia menghilangkan otak kotornya. Fara menambah lagi beban pikirannya yang tentu saja membuatnya semakin tidak masuk akal.

“Apa aku harus mengirimnya kembali ke luar?” gumamnya sebelum ia di telan pintu kamar mandi.

***

Sesampai di kampus Fara, Mikel keluar dari mobil sambil melihat Fara memasuki gerbang kampus. Para cewek-cewek berbisik-bisik, mereka mengagumi Mikel yang masih tetap memukau di usianya yang kepala tiga itu.

“Hai, apa kamu baru masuk hari ini? Kemaren aku belum pernah melihatmu. kenalkan, saya Fara,” sapanya sambil mengulurkan tangan.

“Hai!” dengan senyum memukau cowok itu menjabat tangan Fara.

Fara kaget, rambut panjang sebahu dengan bibirnya yang merah jambu ternyata orang itu adalah cowok “Kamu..?” ia menelan ludahnya karena terlalu kaget dengan kenyataan.

“Aku memang cantik, tapi suaraku terlalu maco. Apa aku harus mengoperasi pita suaraku?” ia menatap Fara dengan senyum manisnya.

Hahaha, Fara tertawa mendengar ucapan teman barunya. “Kamu lucu juga ternyata, senang kenal denganmu!” Jujur Fara sangat menyukai pribadi cowok itu yang ramah.

“Hmm, ayo berteman. Mulai sekarang kita akan mencari tahu kakak senior yang tampan,” ucapnya sambil mengerlingkan matanya.

“Jangan-jangan kamu…” ucapnya terpotong saat teman barunya itu menempelkan jarinya ke mulutnya.

“Jangan mengucapnya kencang!” Ia tersenyum jahil, seolah tau apa yang ada di pikiran Fara.

“Tidak apa-apa, aku akan menjadi sahabat terbaikmu dan akan menjaga rahasisamu, janji!” Fara menjulurkan jari kelingkingnya yang disambut oleh cowok itu.

“Tidak apa-apa mereka tahu, keluargaku juga tidak mempermasalahkannya!” dengan bangganya dia menatap Fara dengan kesombongannya.

“Waaaa,” Fara geleng-geleng sambil bertepuk tangan. “Keluargamu hebat,” ucapnya sambil memberikan jempol.

“Fara!”

Suara berat dan datar membuat Fara dan anak cowok itu menoleh.

Fara kaget ketika melihat Mikel berada di pintu kelasnya. “Iya dad,” setengah berlari Fara menghampiri Mikel. "Lo, kok ke sini Dad?" Fara heran kenapa daddynya berada di depan kelas mereka. 

“Kamu melupakan ini.” Mikel menyerahkan setumpukan kertas kepada Fara. Dia tidak butuh waktu lama mencari kelas putrinya itu. 

"Astaga, makasih dad. Kalau gak Fara bakalan tidak mengumpul tugas hari ini." Ia memeluk Mikel dengan sangat mesrsyukur. 

Mikel melepaskan pelukan Fara, dan melihat wajah cantik yang duduk menatapnya. Ia mengernyit, baru saja ia mendengar suara laki-laki. Apa ini karena usianya sudah menua membuat pendengarannya berkurang.

“Baiklah, daddy pergi dulu. Nanti akan di jemput Sam!” Sebelum pergi ia tak lupa mengelus kepala Fara yang membuat teman barunya tersenyum aneh.

Fara berjalan girang ke arah cowok cantik itu. Melihat mata temannya itu yang berbinar, membuat Fara manyun. “Hei, kenapa kau tersenyum seperti itu?” ia penasaran dengan senyum temannya itu.

“Itu daddymu?” tanyanya setengah berbisik.

“Hey, awas ya! Jangan pernah bermimpi mau jadi ibu tiriku!” balas Fara berbisik, kemudian tawa mereka pecah.

***

“Kamu gila Mike?” asistennya mendengus kesal, ia tidak menyangka sahabatnya itu bisa berpikiran aneh pada putrinya sendiri. 

Setelah mempunyai keberanian akhirnya Mikel berbagi keresahannya dengan asisten sekaligus sahabatnya itu.

“Aku harus bagaiman? apa aku harus mengirimnya lagi ke luar negeri?” jawabnya dengan  nada frustasi atas birahi gilanya itu.

“Tidak, bukan itu masalahnya. Kamu harus menikah. Percayalah Mike, ini jalan satu-satunya.” Ia menepuk bahu Mikel yang duduk dengan lemas di kursi kerjanya.

Apalagi kejadian pagi tadi menambah otak kotornya tambah gila.

“Apa aku harus ke psikolog?” tanyanya dengan pasrah sambil menatap asistennya itu dengan lemas.

“Aku kira juga begitu. Baiklah aku akan memberimu kontak dokter Samatha. Dia dokter yang bisa dipercaya.” Ia merogoh sakunya untuk mengambil ponsel lalu ia mencari kontak dokter itu.

Setelah mengirim kontak dokter ke Mikel, ia melirik jam di pergelangan tangannya. “Mike, aku jemput Fara dulu.”

Drtttt!

Baru saja ia pamit ponselnya sudah berbunyi

“Ia Fa, om akan menjemputmu.” Ia meberi kode kepada Mike Fara menelponnya.

“Apa? tunggu! Ini ada daddymu, izin ke dia saja. Aku tidak mau jadi santapan malamnya.”  Dengan cepat memberikan ponsel kepada Mike.

“Hmm, kenapa?” jawab Mikel pada Fara di ujung telepon.

[Dad, Fara mau jalan-jalan bersama teman Fara ke mall ya dad. Gak lama kok, cuma sebentar. Nanti juga dia yang antar pulang,] dari seberang sana Fara memberanikan diri meminta izin pada Mikel.

Ini pertama kali Fara keluar rumah dengan orang asing. Itu pun karena teman cowoknya itu yang mengajak.

“Om Sam akan antar, kalau mau. Kalau tidak, pulang saja.” Mikel mematikan ponselnya dan mengembalikannya kepada sang asisten.

“Hei, kamu terlalu kejam. Biarkan dia menghabiskan waktu dengan temannya. Ini masa pertumbuhannya.” Ia tidak terima Mikel terlalu mengekang Fara.

Mikel mengabaikan ocehan lelaki itu yang terus berlanjut, dengan cepat ia menyambar kunci mobilnya.

“Hei, kamu mau kemana, Bos?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Miss Laeta
cepat nyusul dad ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status