Ternyata yang menepuk bahu Tri adalah suaminya, pria dengan rambut berwarna perak itu tersenyum.
"Ibu di sini lagi ngapain kok pakai bisik-bisik segala di HP?" Tanya suaminya."Ngak ngapa-ngapain sih Pak cuma lagi ngomong sama Risma," sahut Ibu Tri."Tapi kenapa mesti bisik-bisik apa ada rahasia?" tanya suaminya lagi."Ngak ada rahasia Pak."Wajah Ibu Tri berubah serius dia merenggut dia menarik nafas berat dan kemudian menghembuskannya dengan kasar."Kenapa lagi?" suaminya mengerti Kalau seperti itu biasanya Ibu Tri sedang kesal."Kita gagal dapat mantu." kata Ibu Tri terlihat kesal"Kok gagal dapat mantu?" tanya suaminya"Perempuan yang dikenalkan oleh Risma ternyata tidak sesuai harapan," kata Ibu Tri."Tidak sesuai harapan bagaimana?" tanya suaminya lagi."Pokoknya ya ngak sesuai," kata Ibu Tri kesal dan suaminya tak ingin mendesak lagi dengan pertanyaan lainnya.Mereka berdua diam cukup lama tapi kemudian suaminya melihat Ibu Tri tersenyum sendiri."Kok senyum-senyum sendiri sih Bu?" tanya suaminya."Tidak ada apa-apa," sahut Ibu Tri sambil manggut-manggut seperti sedang berpikir sesuatu."Ibu harus bisa menemukan perempuan itu," kata ibu Tri suaminya mendengar hal itu menjadi heran."Perempuan siapa Bu?" tanya suaminya."Perempuan yang bisa bikin anakku tersenyum," sahut Ibu Tri."Memang ada perempuan yang bisa bikin anakmu tersenyum?" tanya suaminya."Ada, buktinya tadi siang dia tersenyum dengan seorang perempuan cantik," kata Ibu Tri."Apa perempuan yang kencan buta dengan Rama tadi?" tanya suaminya lagi."Bukan tapi ini perempuan lain," jawab Ibu Tri."Memang ibu kenal siapa perempuan itu?" tanya suaminya.Ibu Tri melirik tajam pada suaminya, "Bagaimana sih Bapak ini, kalau saya kenal nggak mungkin saya akan cari tahu.""Oh begitu,"sahut suaminya."Kalau ibu sampai bisa menemukan perempuan itu, ibu akan pastikan dia bakal jadi calon menantu kesayangan ibu," kata Ibu Tri penuh dengan tekad."Kalau tidak ketemu Bagaimana Bu?" tanya suaminya."Harus ketemu pak, bagaimana sih memang Bapak nggak mau punya menantu?" jawab Putri dengan sewot."Memang ibu mau cari ke mana?" tanya suaminya."Pasti bisa ketemu feeling Ibu kuat," jawab Ibu Tri sambil memandang suaminya dengan serius.Suaminya hanya bisa geleng-geleng kepala jika bicara soal feeling, sebagai mantan detektif dan dokter forensik Ibu Tri memang jagonya kalau sudah mencari sesuatu. @@@hari Minggu Elsa mengantar frans untuk bertemu dengan teman-temannya,. setelah itu Elsa bermaksud untuk mencari kue pesanan dari Frans dan juga Ibu Sumi."Daddy yakin tidak mau dijemput?" tanya Elsa."Tidak usah Sa, nanti Daddy minta antar sama temannya saja kalau mau pulang," sahut Frans."Baiklah kalau begitu, Elsa pergi dulu Daddy," kata Elsa pamit kemudian dia pun pergi mengendarai mobil milik Frans.Memang untuk sementara waktu Elsa harus menggunakan mobil Frans karena dia belum punya kendaraan sendiri.Dia pergi menuju toko kue favorit yang biasa ia datangi.Elsa membeli beberapa macam kue kesukaan Frans dan juga pesanan ibu Sumi.Saat Elsa memilih kue disampinginya berdiri seorang wanita yang tampak lebih tua dari Ibu sumu sedang berbicara ditelepon sambil memilih kue."Dengar ya jeng, kamu ngak bakal rugi dapat anak saya, dia itu tinggi ganteng gelar pendidikannya juga banyak soal pekerjaan dia itu sangat sukses, apalagi dia itu sudah punya rumah sendiri dan tabungannya juga banyak." kata wanita tua itu sambil memperhatikan kue yang ada di etalase.Sementara Elsa dengan sabar menunggu agar wanita tua itu berlalu karena dia ingin memilih kue yang ada tepat di depan wanita tua itu."Eh siapa bilang....anak saya umurnya memang mau 40 tahun....tapi bukan berarti dia cowok yang tidak laku....dia itu hanya memilih wanita yang tepat saja untuk mendampinginya," kata wanita paruh baya itu."Heh... kan baru mau kenalan sama anak jeng.... kalau cocok lanjut kalau ngak cocok saya cari yang lain," kata wanita itu lagi tanpa menyadari keberadaan Elsa.Gadis itu tanpa sadar ikut mendengarkan pembicaraan itu, dia tersenyum sepertinya Ibu ini bertekad mencarikan jodoh untuk anaknya.Ibu Tri terus bicara tapi kemudian dia menyadari kehadiran seseorang yang berdiri di sampingnya, dia melihat pada Elsa yang sedang menunggu sabar.Elsa yang juga melihat pada wanita itu kemudian tersenyum dan dibalas oleh wanita tua itu."Jeng.. jeng.. dengar ya, saya juga ngak mau memaksa buat kenalin anak situ sama anak saya dan lagian daftar antre buat jadi calon istri anak saya itu masih panjang," kata wanita itu tersenyum memperhatikan wajah Elsa."Buktinya sudah ada satu di depan saya, gadis cantik tinggi, putih yang juga bakal jadi calon ideal buat anak saya," kata wanita tua itu sambil menutup teleponnya.Wanita itu terus memandangi Elsa, gadis itu yang merasa di pandangi mulai sedikit risi dan malu."Wah calon mantu ibu akhirnya ketemu juga," kata wanita itu sambil menyentuh pipi Elsa.Mendengar itu membuat Elsa terkejut, "Maaf Ibu pasti keliru.""Tidak, tidak ibu tidak keliru," sahut ibu itu terdengar senang."Ibu boleh tanya-tanya ngak?" tanya wanita itu pada Elsa."Tanya apa Bu?" sahut Elsa sedikit heran"Sudah menikah belum?" tanya wanita itu dan Elsa cuma bisa menggeleng."Sudah punya pacar belum?" tanya wanita itu lagi dan sekali lagi Elsa menggeleng."Mau saya kenalin sama anak saya tidak?" tanya wanita tua itu dan Elsa kembali menggeleng."Tidak Bu," jawab Elsa."Kenapa tidak mau?" tanya wanita itu."Saya... " Elsa terlihat ragu untuk menjawab."Kamu ngak bakal rugi kenalan sama anak saya dia itu tinggi, ganteng dan juga punya pekerjaan yang sukses bisa dibilang sangat mapan..." ketika wanita itu ingin melanjutkan bicaranya HP-nya berbunyi.Wanita itu terlihat sibuk menjawab panggilan dari gawai miliknya itu."Cah ganteng, kamu pasti tidak percaya ibu sudah ketemu calon mantu Ibu," kata wanita,Mendengar perkataan itu Elsa menjadi terkejut. Elsa segera bergegas menuju ke kasir, dengan rasa takut hingga tidak jadi memilih kue itu dan langsung membayar semua kue yang ada di nampan saja kemudian dia pergi keluar toko kue itu dengan cepat.Sementara wanita itu sudah selesai berbicara dengan lawan bicara di hp miliknya, dia langsung mencari Elsa dan tak melihat lagi sosok gadis itu."Kok ngak ada? Ke mana dia?" wanita itu melihat sekeliling toko kue itu."Gagal deh dapat calon mantu lagi," keluh wanita itu menarik napas kesal."Mana lupa tanya nama sama alamat rumahnya," wanita itu bergumam sendiri."Tapi feeling aku ngak pernah salah, kita bakal ketemu lagi nanti," batin wanita itu."Wah hilal semakin terlihat dekat, aku bakal segera mengelar acara pernikahan buat anak ku si cah ganteng,"Tidak terasa waktu terus bergulir Elsa sudah siap untuk segera kembali beraktivitas dan bekerja. Hari ini sesuai dengan rencana Elsa akan segera memenuhi panggilan kerja dari tempat perusahaan dia melamar pekerjaan. Dia mematut diri di depan cermin sambil melihat apakah sudah pantas pakaian yang ia kenakan. Setelah merasa cukup dia pun pergi ke ruang makan dan di sana sudah menunggu Frans juga Adit. “Wah Ka Elsa cantik banget, padahal cuma mau wawancara kerja saja tuh,” kata Adit menggoda. Elsa tersenyum mendengar godaan itu, “Ya lah Dek, masa mau wawancara penampilannya berantakan.” “Adit senang Kak Elsa dipanggil kerja di perusahaan itu,” kata Adit, “Karena Adit tahu perusahaan itu termasuk yang paling top sekarang.” “iya sih, ini berkat rekomendasi dari perusahaan Kak Elsa di Jerman kemarin,” terang Elsa. “ya itu bagus, Daddy berdoa semoga kamu diterima di sana,” kata Frans. “Terima kasih Daddy atas doanya,” kata Elsa. “Ya sudah Elsa berangkat dulu takut macet di jalan na
Rama keluar dari ruang kerja Danu dan berjalan menghampiri Elsa. “Ikut saya,” perintah Rama dan Elsa pun mengikuti langkah pria itu. Tidak ada pembicaraan antara keduanya selama dalam perjalanan menuju ruang yang dituju. Dari jarak yang cukup dekat seperti sekarang Elsa bisa mengamati pria itu dengan cermat, usia Rama mungkin sudah 38 atau lebih, tampak sekali kedewasaan dalam sikap dan pembawaannya. Dengan kacamata di wajahnya memberikan kesan terlalu serius dan bukan orang yang murah senyum. Dengan tinggi tubuh 165 cm dan menggunakan hak 5 cm Elsa sudah termasuk wanita yang bertubuh tinggi tapi masih kurang tinggi saat berjalan di samping Rama karena dia hanya sebahu pria itu. Kemudian mereka sampai pada ruangan yang dituju. Elsa bisa melihat ruangan kerja yang nyaman ada sekat ruang masing-masing dari kaca gelap untuk para pekerja yang terkesan luas. Elsa bisa melihat ada dua orang pegawai berada si sana, yang begitu melihat Elsa langsung tersenyum lebar dan berdiri mengham
Elsa masih benar-benar terkejut karena ternyata klien yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja adalah Ikbal. “Sa, apa kabarmu?” Ikbal kembali mengulang pertanyaannya, pandangannya kembali beralih pada Elsa. “Baik,” jawab Elsa pelan. “Jadi kamu yang merancang gambar untuk gedung baru perusahaanku?” tanya Ikbal lagi dan Elsa hanya mengangguk kan kepalanya. “Kapan kamu mulai bekerja dengan Mas Rama, Sa?” tanya Ikbal lagi. Elsa merasa jengah dengan begitu banyak pertanyaan Ikbal sementara Rama hanya melihat pada Elsa yang terlihat mulai tak nyaman. “Duduklah Bal,” kata Rama menyuruh Ikbal untuk duduk, karena pria itu masih berdiri terpaku melihat Elsa. Ikbal melihat pada Rama, “Mas, kenapa tidak bilang kalau Elsa bekerja di perusahaan tempat Mas bekerja sih?” Rama hanya menarik napas dan memandang Ikbal, “Aku rasa kita di sini untuk membahas pekerjaan bukan membahas Elsa.” Melihat tatapan Rama membuat Ikbal terlihat segan, “Baiklah.” Kemudian Ikbal duduk di had
Setelah sampai di kantor Rama segera bergegas meninggalkan Elsa dan langsung menuju ruang kerja Danu. Danu sedikit terkejut karena Rama masuk tanpa mengetuk pintu dan menutupnya dengan membanting cukup keras. “Lain kali kalau kau berani ikut campur urusan pribadiku dan mencoba untuk memberi tahukan tentang apa yang terjadi dan apa yang aku lakukan dikantor ini, aku akan benar-benar mengajukan untuk melengserkan dari kedudukanmu yang sekarang!” kata Rama dengan keras dan memberikan ultimatum pada Danu. Danu yang mendengar itu langsung berdiri, “Dia menerorku dan kalau aku tak memberikan jawaban yang memuaskan dia akan terus bertanya seperti biasa.” Rama bersedekap dada, “Kau itu temanku apa sekutu Ibuku?” “Temanmu! Tapi aku juga tidak akan berani menghadapi Ibumu!” sahut Danu. “Kau pria dewasa dan umurmu sudah lebih 40 tahun, dan kau masih takut dengan Ibuku?” tanya Rama tak percaya menyipitkan matanya menatap Danu. “Apa kau sendiri berani menentang Ibumu?” tanya Danu dan pertan
Lusi merasa sangat kecewa dengan sikap acuh tak acuh Elsa. Padahal mereka dulu sangat akrab hanya karena dia dianggap ikut menyembunyikan soal hubungan Ivy dan Ikbal dia jadi dibenci bukan hanya Elsa tapi juga pria yang ia cintai Adit. “Kau lihat Lusi, sekarang dia jadi wanita yang sombong,” kata Ivy mencibir. “Wajar dia bersikap begitu, karena kita berdua terutama dirimu sudah menyakiti dan mengkhianati dirinya bersama Ikbal,” kata Lusi sambil pergi meninggalkan Ivy. Ivy dan Lusi masih saling mendiamkan tanpa adanya pembicaraan apa pun selama di mobil yang dikendarai Ivy. Lusi dengan pikirannya yang mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Flashback “Hai kamu karyawan baru di sini ya?” Lusi menyapa gadis yang ada duduk di sampingnya, gadis itu menganggukkan kepalanya. “Namaku Lusi aku juga baru diterima di sini aku bagian divisi HRD,” kata Lusi mengulurkan tangannya. “Aku Elsa, baru diterima bekerja sebagai arsitek di sini,” Elsa menyambut uluran tangan Lusi. “Wah hebat
“Brak!” Terdengar bantingan barang yang kemudian diikuti tarikan nafas kasar dari seseorang, dia terlihat sangat kesal sambil memandang tajam pada pria yang berdiri di hadapannya. “Apa hanya ini info yang bisa kamu dapat?” orang itu sambil mengetuk-ngetuk jarinya ke meja. “Hanya memang itu saja yang bisa saya dapatkan saat sekarang ini,” imbuh pria itu. “Sudah berapa lama gadis ini pulang?” tanya orang itu. “Dia pulang sekitar satu bulan yang lalu,” jawab pria itu. “Apa kau mengawasi semua apa saja yang dia lakukan?” tanya orang itu. “Tentu saja saya mengawasinya, dari dia datang kembali sampai sekarang termasuk pekerjaannya,” jawab pria itu. Orang itu memegang beberapa lembar foto dan dia tersenyum miring. “Wajahnya benar-benar mirip ibunya sangat persis, dia seperti Ratih yang kedua.” “Laporkan apa saja yang gadis itu lakukan, terutama jika dia bertemu kembali dengan Feri.” “Baiklah saya akan melakukannya,” kata pria itu. Kok boleh pergi sekarang,” orang itu memberi kode
Elsa datang ke kantor lebih lambat, karena dia langsung pergi meninjau lokasi pembangunan renovasi gedung yang sedang di kerjakan oleh perusahaannya. Tapi saat sampai di kantor dan Elsa akan pergi ke ruang kerja Rama, dia mendengar suara perdebatan dua orang laki-laki. “Mas, ngak punya hak untuk menghalangi aku untuk mendekati Elsa!” “Kamu harus ingat statusmu Ikbal, kau sudah menikah!” “Kalau aku sudah menikah kenapa? Bukan berarti aku tidak bisa mendekati Elsa lagi!” “Kamu itu keterlaluan, kamu pikir Elsa itu perempuan yang bisa kamu permainan kan!” “Aku tidak pernah berpikir untuk mempermainkan Elsa, aku mencintainya!” “Tapi dengan statusmu itu, kau akan menempatkan Elsa pada posisi yang sulit!” “Aku akan berusaha agar Elsa tak mendapatkan kesulitan apa pun selama dia berada di dekatku!” “Kau pikir aku tidak tahu seperti apa Ivy istrimu itu?! “Ivy tak perlu tahu sekarang, nanti setelah aku berpisah dengannya baru dia aku beritahu.” “Kau akan menceraikan Ivy?” “Jika Elsa
Berkali-kali Rama menarik nafas panjang, ketika ibunya terus memberondongnya dengan begitu banyak pertanyaan tentang Elsa.“Jadi Elsa itu mantan pacarnya Ikbal?” “Iya Bu, tadi kan Rama sudah bilang.”“Tapi kenapa Ibu nggak pernah tahu atau melihat kalau mereka pernah pacaran?”“Mereka itu pacarnya diam-diam dan tidak ada dari keluarga kita yang mengetahuinya.”“Kenapa harus diam-diam dan anehnya cuman kamu yang boleh tahu?”“Karena Rama itu tahu pun tanpa sengaja.”“Kok bisa tanpa sengaja?”“Karena Elsa itu salah satu mahasiswaku dulu, Bu.”“Tapi kamu belum jawab pertanyaan Ibu, kenapa harus diam-diam apa yang harus disembunyikan?” “Karena Ikbal belum siap untuk memperkenalkan Elsa pada keluarga besar kita, Bu.”“Kenapa sampai bertahun-tahun pacaran Ikbal belum siap untuk memperkenalkan Elsa pada keluarga besar kita? Kenapa coba?” Sekali lagi Rama harus menarik nafas panjang, Ibunya seperti seorang polisi yang sedang menginterogasi tersangka kejahatan.“Maaf Bu, aku ng