Rama keluar dari ruang kerja Danu dan berjalan menghampiri Elsa. “Ikut saya,” perintah Rama dan Elsa pun mengikuti langkah pria itu. Tidak ada pembicaraan antara keduanya selama dalam perjalanan menuju ruang yang dituju. Dari jarak yang cukup dekat seperti sekarang Elsa bisa mengamati pria itu dengan cermat, usia Rama mungkin sudah 38 atau lebih, tampak sekali kedewasaan dalam sikap dan pembawaannya. Dengan kacamata di wajahnya memberikan kesan terlalu serius dan bukan orang yang murah senyum. Dengan tinggi tubuh 165 cm dan menggunakan hak 5 cm Elsa sudah termasuk wanita yang bertubuh tinggi tapi masih kurang tinggi saat berjalan di samping Rama karena dia hanya sebahu pria itu. Kemudian mereka sampai pada ruangan yang dituju. Elsa bisa melihat ruangan kerja yang nyaman ada sekat ruang masing-masing dari kaca gelap untuk para pekerja yang terkesan luas. Elsa bisa melihat ada dua orang pegawai berada si sana, yang begitu melihat Elsa langsung tersenyum lebar dan berdiri mengham
Elsa masih benar-benar terkejut karena ternyata klien yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja adalah Ikbal. “Sa, apa kabarmu?” Ikbal kembali mengulang pertanyaannya, pandangannya kembali beralih pada Elsa. “Baik,” jawab Elsa pelan. “Jadi kamu yang merancang gambar untuk gedung baru perusahaanku?” tanya Ikbal lagi dan Elsa hanya mengangguk kan kepalanya. “Kapan kamu mulai bekerja dengan Mas Rama, Sa?” tanya Ikbal lagi. Elsa merasa jengah dengan begitu banyak pertanyaan Ikbal sementara Rama hanya melihat pada Elsa yang terlihat mulai tak nyaman. “Duduklah Bal,” kata Rama menyuruh Ikbal untuk duduk, karena pria itu masih berdiri terpaku melihat Elsa. Ikbal melihat pada Rama, “Mas, kenapa tidak bilang kalau Elsa bekerja di perusahaan tempat Mas bekerja sih?” Rama hanya menarik napas dan memandang Ikbal, “Aku rasa kita di sini untuk membahas pekerjaan bukan membahas Elsa.” Melihat tatapan Rama membuat Ikbal terlihat segan, “Baiklah.” Kemudian Ikbal duduk di had
Setelah sampai di kantor Rama segera bergegas meninggalkan Elsa dan langsung menuju ruang kerja Danu. Danu sedikit terkejut karena Rama masuk tanpa mengetuk pintu dan menutupnya dengan membanting cukup keras. “Lain kali kalau kau berani ikut campur urusan pribadiku dan mencoba untuk memberi tahukan tentang apa yang terjadi dan apa yang aku lakukan dikantor ini, aku akan benar-benar mengajukan untuk melengserkan dari kedudukanmu yang sekarang!” kata Rama dengan keras dan memberikan ultimatum pada Danu. Danu yang mendengar itu langsung berdiri, “Dia menerorku dan kalau aku tak memberikan jawaban yang memuaskan dia akan terus bertanya seperti biasa.” Rama bersedekap dada, “Kau itu temanku apa sekutu Ibuku?” “Temanmu! Tapi aku juga tidak akan berani menghadapi Ibumu!” sahut Danu. “Kau pria dewasa dan umurmu sudah lebih 40 tahun, dan kau masih takut dengan Ibuku?” tanya Rama tak percaya menyipitkan matanya menatap Danu. “Apa kau sendiri berani menentang Ibumu?” tanya Danu dan pertan
Lusi merasa sangat kecewa dengan sikap acuh tak acuh Elsa. Padahal mereka dulu sangat akrab hanya karena dia dianggap ikut menyembunyikan soal hubungan Ivy dan Ikbal dia jadi dibenci bukan hanya Elsa tapi juga pria yang ia cintai Adit. “Kau lihat Lusi, sekarang dia jadi wanita yang sombong,” kata Ivy mencibir. “Wajar dia bersikap begitu, karena kita berdua terutama dirimu sudah menyakiti dan mengkhianati dirinya bersama Ikbal,” kata Lusi sambil pergi meninggalkan Ivy. Ivy dan Lusi masih saling mendiamkan tanpa adanya pembicaraan apa pun selama di mobil yang dikendarai Ivy. Lusi dengan pikirannya yang mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Flashback “Hai kamu karyawan baru di sini ya?” Lusi menyapa gadis yang ada duduk di sampingnya, gadis itu menganggukkan kepalanya. “Namaku Lusi aku juga baru diterima di sini aku bagian divisi HRD,” kata Lusi mengulurkan tangannya. “Aku Elsa, baru diterima bekerja sebagai arsitek di sini,” Elsa menyambut uluran tangan Lusi. “Wah hebat
“Brak!” Terdengar bantingan barang yang kemudian diikuti tarikan nafas kasar dari seseorang, dia terlihat sangat kesal sambil memandang tajam pada pria yang berdiri di hadapannya. “Apa hanya ini info yang bisa kamu dapat?” orang itu sambil mengetuk-ngetuk jarinya ke meja. “Hanya memang itu saja yang bisa saya dapatkan saat sekarang ini,” imbuh pria itu. “Sudah berapa lama gadis ini pulang?” tanya orang itu. “Dia pulang sekitar satu bulan yang lalu,” jawab pria itu. “Apa kau mengawasi semua apa saja yang dia lakukan?” tanya orang itu. “Tentu saja saya mengawasinya, dari dia datang kembali sampai sekarang termasuk pekerjaannya,” jawab pria itu. Orang itu memegang beberapa lembar foto dan dia tersenyum miring. “Wajahnya benar-benar mirip ibunya sangat persis, dia seperti Ratih yang kedua.” “Laporkan apa saja yang gadis itu lakukan, terutama jika dia bertemu kembali dengan Feri.” “Baiklah saya akan melakukannya,” kata pria itu. Kok boleh pergi sekarang,” orang itu memberi kode
Elsa datang ke kantor lebih lambat, karena dia langsung pergi meninjau lokasi pembangunan renovasi gedung yang sedang di kerjakan oleh perusahaannya. Tapi saat sampai di kantor dan Elsa akan pergi ke ruang kerja Rama, dia mendengar suara perdebatan dua orang laki-laki. “Mas, ngak punya hak untuk menghalangi aku untuk mendekati Elsa!” “Kamu harus ingat statusmu Ikbal, kau sudah menikah!” “Kalau aku sudah menikah kenapa? Bukan berarti aku tidak bisa mendekati Elsa lagi!” “Kamu itu keterlaluan, kamu pikir Elsa itu perempuan yang bisa kamu permainan kan!” “Aku tidak pernah berpikir untuk mempermainkan Elsa, aku mencintainya!” “Tapi dengan statusmu itu, kau akan menempatkan Elsa pada posisi yang sulit!” “Aku akan berusaha agar Elsa tak mendapatkan kesulitan apa pun selama dia berada di dekatku!” “Kau pikir aku tidak tahu seperti apa Ivy istrimu itu?! “Ivy tak perlu tahu sekarang, nanti setelah aku berpisah dengannya baru dia aku beritahu.” “Kau akan menceraikan Ivy?” “Jika Elsa
Berkali-kali Rama menarik nafas panjang, ketika ibunya terus memberondongnya dengan begitu banyak pertanyaan tentang Elsa.“Jadi Elsa itu mantan pacarnya Ikbal?” “Iya Bu, tadi kan Rama sudah bilang.”“Tapi kenapa Ibu nggak pernah tahu atau melihat kalau mereka pernah pacaran?”“Mereka itu pacarnya diam-diam dan tidak ada dari keluarga kita yang mengetahuinya.”“Kenapa harus diam-diam dan anehnya cuman kamu yang boleh tahu?”“Karena Rama itu tahu pun tanpa sengaja.”“Kok bisa tanpa sengaja?”“Karena Elsa itu salah satu mahasiswaku dulu, Bu.”“Tapi kamu belum jawab pertanyaan Ibu, kenapa harus diam-diam apa yang harus disembunyikan?” “Karena Ikbal belum siap untuk memperkenalkan Elsa pada keluarga besar kita, Bu.”“Kenapa sampai bertahun-tahun pacaran Ikbal belum siap untuk memperkenalkan Elsa pada keluarga besar kita? Kenapa coba?” Sekali lagi Rama harus menarik nafas panjang, Ibunya seperti seorang polisi yang sedang menginterogasi tersangka kejahatan.“Maaf Bu, aku ng
Wajah Rama terlihat gusar begitu keluar dari ruang kerja Danu, dia sudah bisa menebak apa yang akan di lakukan Ikbal. Adik sepupunya itu pasti akan mencoba berbagi cara untuk bisa kembali dekat dengan Elsa. Dengan alasan kalau dia kurang suka dengan rancangan yang ada, maka dia ingin mengubah beberapa bentuk bangunan gedung yang akan dibangun. Tapi Ikbal tetap ingin Elsa yang mengerjakan semua rancangan itu kembali, walaupun Danu menawarkan agar mengganti arsitek yang lain. Danu mengatakan pada Rama kalau Ikbal ingin melakukan pertemuan ulang dengan Elsa untuk membahas soal itu. “Kenapa harus di rubah lagi, bukankah dia sudah setuju dengan semua rancangan itu?” Rama terdengar kesal. “Apa ada yang terjadi saat pertemuan pertama kali pembahasan dengan kalian waktu itu?” tanya Danu heran melihat sikap Rama yang terlihat gusar Rama menarik napas panjang, kemarin dia sudah menceritakan hubungan Elsa dan Ikbal pada ibunya Walaupun terdapat begitu banyak pertanyaan yang tidak membuat