Beranda / Rumah Tangga / Terjerat Takdir Tuan Saka / Hangat yang Menggetarkan Luka

Share

Hangat yang Menggetarkan Luka

Penulis: Ruimoraa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-28 22:08:42
Keesokan harinya, Nico datang menjemput Saka seperti biasa. Nico menurunkan kaca mobil Audi A5 berwarna hitam metalik miliknya dengan jari-jarinya yang tegas, lalu menatap kediaman Saka yang terasa sepi selama beberapa saat. Begitu keluar dari mobil, langkahnya terasa pasti. Meskipun memakai pakaian kasual, aura kepercayaan dirinya begitu terasa, seperti pria yang sudah terbiasa dengan dunia yang mewah. Audi A5, mobil sport yang ramping dan elegan itu, terparkir dengan sempurna di pekarangan rumah besar milik sahabat sekaligus atasannya, seolah menjadi perpanjangan tangan dari persona Nico yang berkelas.

Biasanya Nico akan menunggu hingga Saka keluar dan menghampirinya. Namun setelah menunggu selama tiga puluh menit, Saka tak kunjung keluar dari rumah. Saat yang ditunggu tetap tak membalas pesan yang ia kirimkan, Nico memutuskan untuk masuk ke dalam dan memeriksa apa yang sedang terjadi.

Begitu memasuki rumah, mata Nico segera menangkap sosok Saka yang tengah menuruni anak tangga.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Yang Tak Pernah Bisa Kubenci

    Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Di Ambang Kehilangan

    Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Darah di Antara Kita

    Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Ketika Peduli Tak Perlu Alasan

    Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Jatuh ke Jurang Kehancuran

    Budi melangkah masuk ke kantor SkyLine Group dengan langkah lunglai, merasa bingung dan putus asa dengan apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Belum selesai soal data kantor yang tiba-tiba rusak, ditambah harus kalah tender dengan menantunya sendiri, Saka Rama Sadewa. Untuk yang kesekian kalinya, ia menghela napas panjang sebagai efek dari isi kepalanya yang berkecamuk. Begitu kaki kanan dan kirinya melangkah memasuki area lobi, entah mengapa suasana terasa berbeda baginya. Ada sesuatu yang terasa aneh. Beberapa karyawan yang biasa menyapanya dengan ramah malah terlihat berbisik-bisik sesaat setelah matanya bertemu dengan mereka. Budi merasakan ada sesuatu yang tidak beres, namun ia mencoba untuk menahan diri, berusaha fokus pada pekerjaan yang harus segera ia selesaikan. Namun, semakin ia melangkah menuju ruang kerjanya, semakin terasa ada yang ganjil. Beberapa karyawan bahkan meliriknya dengan tatapan yang sulit ia artikan. Mereka berbicara satu sama lain, lalu segera diam ke

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Di Balik Masker Kekuasaan

    Malam itu, suasana di rumah terasa sangat sunyi, hanya terdengar suara angin yang sesekali menerpa jendela. Saka terbangun dengan keringat dingin membasahi dahinya. Matanya terbuka lebar, napasnya terengah-engah karena baru saja bermimpi buruk. Mimpi yang sama dan terus terulang, mengenang masa lalu yang kelam dan tak pernah bisa ia lupakan. Dengan tubuh yang masih terjaga dari kegelisahan, Saka menatap kosong ke sekeliling kamar. Sepi dan sangat sunyi rasanya. Ia menoleh ke samping, memeriksa apakah masih ada air di gelas minumnya, namun gelas itu kering tak berisi apapun. Ia bangkit perlahan dari tempat tidur, berjalan perlahan menuju pintu kamar. Ketika pintu terbuka, pandangannya langsung menyapu seisi rumah yang gelap. Ia berjalan perlahan menuruni anak tangga, menuju dapur dan meneguk segelas air putih, menghilangkan dahaga yang sedari tadi mengganggunya. Ketika sedang berjalan hendak kembali ke kamar, matanya tertuju pada ruang keluarga, tempat di mana Arum biasanya tidur.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status