Home / Rumah Tangga / Terjerat Takdir Tuan Saka / Mewah yang Tak Selalu Menghangatkan

Share

Mewah yang Tak Selalu Menghangatkan

Author: Ruimoraa
last update Huling Na-update: 2025-03-03 13:28:01
Di dalam ruang kerja Saka, suasana terasa kaku dan penuh ketegangan. Ruangan itu cukup luas dengan dinding berwarna abu-abu gelap yang membuat suasana menjadi serius. Di salah satu sudut, ada rak buku tinggi berisi dokumen dan beberapa buku bisnis berkelas. Lampu gantung minimalis menggantung di tengah ruangan, memancarkan cahaya hangat yang kontras dengan dinginnya suasana.

Meja kayu besar dengan permukaan hitam mengilap menjadi pusat perhatian. Di atasnya, hanya ada beberapa alat tulis rapi dan sebuah ponsel yang sedang Saka gunakan. Kursi kulit hitam di belakang meja itu tampak kokoh dan formal, seperti pemiliknya. Ruang kerja itu memang tak mewah penuh ornamen, namun semua tertata rapi dan menunjang kesan profesional sekaligus dingin.

Saka menekan nomor yang terdaftar di kontak ponselnya, lalu memanggil nomor itu. Suaranya tajam memecah keheningan ketika seseorang di sana menjawab panggilannya.

"Ke ruang kerja saya, sekarang," titahnya sebelum mematikan sambungan telepon.

T
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Yang Tak Pernah Bisa Kubenci

    Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Di Ambang Kehilangan

    Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Darah di Antara Kita

    Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Ketika Peduli Tak Perlu Alasan

    Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Jatuh ke Jurang Kehancuran

    Budi melangkah masuk ke kantor SkyLine Group dengan langkah lunglai, merasa bingung dan putus asa dengan apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Belum selesai soal data kantor yang tiba-tiba rusak, ditambah harus kalah tender dengan menantunya sendiri, Saka Rama Sadewa. Untuk yang kesekian kalinya, ia menghela napas panjang sebagai efek dari isi kepalanya yang berkecamuk. Begitu kaki kanan dan kirinya melangkah memasuki area lobi, entah mengapa suasana terasa berbeda baginya. Ada sesuatu yang terasa aneh. Beberapa karyawan yang biasa menyapanya dengan ramah malah terlihat berbisik-bisik sesaat setelah matanya bertemu dengan mereka. Budi merasakan ada sesuatu yang tidak beres, namun ia mencoba untuk menahan diri, berusaha fokus pada pekerjaan yang harus segera ia selesaikan. Namun, semakin ia melangkah menuju ruang kerjanya, semakin terasa ada yang ganjil. Beberapa karyawan bahkan meliriknya dengan tatapan yang sulit ia artikan. Mereka berbicara satu sama lain, lalu segera diam ke

  • Terjerat Takdir Tuan Saka    Di Balik Masker Kekuasaan

    Malam itu, suasana di rumah terasa sangat sunyi, hanya terdengar suara angin yang sesekali menerpa jendela. Saka terbangun dengan keringat dingin membasahi dahinya. Matanya terbuka lebar, napasnya terengah-engah karena baru saja bermimpi buruk. Mimpi yang sama dan terus terulang, mengenang masa lalu yang kelam dan tak pernah bisa ia lupakan. Dengan tubuh yang masih terjaga dari kegelisahan, Saka menatap kosong ke sekeliling kamar. Sepi dan sangat sunyi rasanya. Ia menoleh ke samping, memeriksa apakah masih ada air di gelas minumnya, namun gelas itu kering tak berisi apapun. Ia bangkit perlahan dari tempat tidur, berjalan perlahan menuju pintu kamar. Ketika pintu terbuka, pandangannya langsung menyapu seisi rumah yang gelap. Ia berjalan perlahan menuruni anak tangga, menuju dapur dan meneguk segelas air putih, menghilangkan dahaga yang sedari tadi mengganggunya. Ketika sedang berjalan hendak kembali ke kamar, matanya tertuju pada ruang keluarga, tempat di mana Arum biasanya tidur.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status