Ruangan itu begitu hitam dan hampa, sunyi tanpa satu suara apapun.
“Aku di mana?” tanya Hanna, kebingungan karena membuka mata yang terlihat hanyalah gelap, tak ada cahaya sedikitpun."Bunda."“Siapa itu?”Teriakan itu bahkan tak dapat Hanna lihat sumber orang yang memanggilnya, dia terus memandang kesana kemari tapi tak ada siapapun."Bunda."Sekali lagi teriakan itu terdengar, bukan suara Zeyva, tapi itu jelas suara anak perempuan dan entah kenapa Hanna merasa itu panggilan untuknya."Bunda."Tiba-tiba tangannya yang ditarik menyadarkan Hanna, ruangan gelap itu berubah jadi tempat yang begitu terang dan kini ada seorang anak perempuan yang sedang tersenyum dan menggengam tangannya.Cantik, senyumnya mirip seseorang, dia juga sedikit mirip putrinya Zeyva. Tapi mengapa justru Hanna malah seperti melihat dirinya saat kecil, anak ini sedikit mirip dirinya juga."Bunda." Sekali lagi anak itu meman"Hanna, bagimana keadaan Hanna?" tanya Jefri lirih, menatap Bunda Ayu dan Dokter Tia."Jefri, Hanna. Dia, hiks."Bunda Ayu tak melanjutkan perkataannya, dia langsung berhambur ke pelukan putranya dan menangis di sana.Jefri sendiri hanya terdiam kaku dengan pikiran buruknya dan tak lama suster keluar dari ruang operasi."Dok, pasien—."Belum selesai suster berkata Jefri segera melepaskan pelukan ibunya dan menyerobot masuk ke dalam. Dia seketika kaget melihat istrinya yang terbujur kaku dengan wajah yang begitu pucat."Hanna, sayang,” panggil Jefri lirih.Tapi tak ada jawaban apapun, hanya keheningan yang ada. Jefri langsung memeluk tubuh Hanna yang terbujur kaku, menangis di dada sang istri."Sayang, jangan. Jangan lakukan ini, jangan tinggalin aku. Aku mohon, hiks.” Tangis itu tak dapat Jefri bendung."Jangan tinggalkan aku, bagaimana dengan Zeyva dan jagoan kita? Aku tak akan bisa merawat mereka tanp
Ruangan itu begitu hitam dan hampa, sunyi tanpa satu suara apapun.“Aku di mana?” tanya Hanna, kebingungan karena membuka mata yang terlihat hanyalah gelap, tak ada cahaya sedikitpun."Bunda."“Siapa itu?”Teriakan itu bahkan tak dapat Hanna lihat sumber orang yang memanggilnya, dia terus memandang kesana kemari tapi tak ada siapapun."Bunda."Sekali lagi teriakan itu terdengar, bukan suara Zeyva, tapi itu jelas suara anak perempuan dan entah kenapa Hanna merasa itu panggilan untuknya."Bunda."Tiba-tiba tangannya yang ditarik menyadarkan Hanna, ruangan gelap itu berubah jadi tempat yang begitu terang dan kini ada seorang anak perempuan yang sedang tersenyum dan menggengam tangannya.Cantik, senyumnya mirip seseorang, dia juga sedikit mirip putrinya Zeyva. Tapi mengapa justru Hanna malah seperti melihat dirinya saat kecil, anak ini sedikit mirip dirinya juga."Bunda." Sekali lagi anak itu meman
Hanna kini sudah masuk ke ruang ICU dan ditangani oleh dokter Tia yang sejak awal menangani Hanna, dengan Jefri yang menunggu dengan tak tenang.Hingga akhirnya Dokter Tia keluar dari ruang ICU setelah beberapa saat memeriksa Hanna dan Jefri segera mendekatinya, jelas untuk menanyakan keadaan Hanna."Bagaimana Dok, bagaimana keadaan istri saya?" tanya Jefri tak sabar."Kita harus segera melakukan tindakan operasi pak Jefri, rahim Bu Hanna sudah tak kuat menampung bayinya. Pendarahannya juga tidak mau berhenti kami takut itu akan semakin membahayakan Bu Hanna dan bayinya," jelas dokter yang seketika membuat Jefri merasa tak berdaya."Lakukan dok, lakukan apapun. Tapi saya mohon selamatkan istri dan anak saya, selamatkan keduanya. Jangan minta saya untuk memilih lagi, karena istri dan anak saya keduanya berharga untuk saya," mohon jefri dengan air mata yang sudah tergenang di matanya."Kami akan berusaha pak Jefri, Anda tenang saja," ucap D
Jefri tak membiarkan Hanna pergi kemanapun, kini dia terus memeluk Hanna di kamar yang selama ini Hanna tempati di Villa keluarganya ini."Yang sehat Nak, Ayah selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu."Jefri terus menciumi perut Hanna yang ada di hadapannya tanpa penghalang apapun."Maafkan Ayah, Ayah sayang kamu dan Bunda."CUP...CUP..CUP...Bahkan Jefri sedari tadi terus menciumi perutnya, bahkan menaruh telinganya di perut Hanna, berharap ada suara balasan dari bayi mereka."Maafkan Ayah ya, hiks."Lalu tak lama kadang Jefri akan menangis lagi sambil terus menciumi perutnya dan memeluk perutnya, sikap suaminya terus berubah-ubah.Hanna tak melakukan apapun dan hanya membiarkan Jefri menumpahkan kerinduan dan kesedihannya, dia hanya akan mengelus rambut Jefri untuk menenangkan."Kita pulang ya ke Jakarta, aku mohon,” ppinta Jefri setelah keadaan mereka lebih tenang.Saat ini Jefri sudah dudu
Kini seminggu sudah Jefri dirawat, tapi kondisinya belum pulih sepenuhnya. Dia benar-benar kesal, karena harus sampai kapan dia menunggu untuk bertemu Hanna. Walau setidaknya dia sekarang sudah tahu keberadaan Hanna yang ternyata ada di Villa mereka di puncak.“Ish, aku ingin segera bertemu Hanna.”Jefri yang kesal pada akhirnya melepaskan selang infusnya sembarangan hingga membuat sedikit darahnya keluar, bahkan kepalanya langsung dihantam rasa pening. Tapi Jefri tak peduli, dia ingin pergi menyusul Hanna segera.Mumpung tak ada orang yang menungguinya di rumah sakit, Jefri mempunyai rencana untuk kabur.Jefri saat itu sedang mengganti baju rumah sakitnya dengan kaos, tapi sakit kepala benar-benar membuatnya tak berdaya hingga Jefri harus berpegangan ke ranjang tidur pasiennya.Tapi tiba-tiba ruang rawat Jefri terbuka dan ternyata itu adalah Bunda Ayu."Jef, kamu mau kemana?" tanya Bunda Ayu kaget, sambil mendekati Jefri dan mem
“Eungg.” Jefri mengerang merasakan sakit di sekujur tubuhnya.Dia perlahan membuka matanya yang terasa begitu berat, ruangan putih dengan bau obat-obatan khas Rumah sakit yang menyambutnya saat ini. Jefri ingat dia pasti pingsan saat dia mengejar perempuan yang seperti istrinya.Berapa lama dia pingsan, tubuhnya terasa begitu sakit, lemah dan bahkan kaku. Jefri merasa tak berdaya, tenggorokannya juga terasa begitu kering.Hingga tak lama pintu terbuka dan datanglah Kahfa, bersama dengan Ayahnya."Jef, kamu udah sadar?" tanya Ayah Danu khawatir dan Jefri menganggukkan sedikit kepalanya."Ini masih di Bandung?" tanya Jefri pada Kahfa."Tidak pak, kita ada di rumah sakit di Jakarta. Saya langsung membawa anda kesini setelah tahu anda perlu perawatan lanjutan,” jelas Kahfa yang diangguki Jefri."Sakit apa?" tanya Jefri."Kamu kena typus Jef, berasal dari maag kamu juga kronis. Makanya kalau diingetin makan itu nurut