Sarala.Dia merasakannya sejak awal, sejak matanya terbuka pertama kali setelah kecelakaan, dia merasakan sesuatu di dalam tubuhnya. Ada gerakan-gerakan samar yang semula dia pikir hanya ada di dalam pikirannya semakin lama semakin nyata.Setelah kepulangannya dari rumah sakit, gerakan itu semakin hari semakin terasa nyata. Dia yang tahu porsi makannya yang kecil, setiap hari selalu merasa lapar lebih cepat, selalu menginginkan makan-makanan manis padahal Sarala tidak menyukai minuman atau makanan yang terlalu manis.Melihat tubuhnya di kaca ketika dia duduk diatas kasur ataupun ketika dia sedang berada diatas kursi roda, dia bisa melihat dengan jelas perbedaannya.Bagaimanapun, dia seorang wanita.Ingatannya mungkin belum pulih sepenuhnya seperti yang dokter katakan karena dia tidak mengingat bagaimana kecelakaan terjadi, tapi dia tahu tubuhnya. Dia mengingat semuanya, mengenai tubuhnya, mengenai pernikahannya dengan Gandaria yang baru terjadi beberapa bulan lalu.Hari ini ketika dia
Pertemuan pertamanya dengan Sarala adalah ketika dia diminta untuk melanjutkan kelas bahasa Inggrisnya karena bisnisnya sudah begitu berkembang. Kelam tidak keberatan untuk melanjutkan kelas bahasa Inggris dan mengejar nilai toefl untuk mendapatkan sertifikat dan melancarkan bahasa Inggrisnya.Saat itu, usianya 29 tahun. Usia dimana sebagian teman-temannya sudah menikah, memiliki dua sampai tiga orang anak bahkan banyak juga yang sudah bercerai. Tapi Kelam masih menikmat kesendiriannya. Bukannya tidak mau memiliki seseorang di hidupnya, tapi dia sedang sibuk mempersiapkan masa depannya sendiri.Kelam bekerja lebih keras agar tidak melulu dikait-kaitkan dengan keluarganya yang sudah turun temurun memiliki kekayaan dan koneksi. Dia berusaha membangun segalanya sendirian meskipun tidak sedikit yang mencemoohnya karena dia lahir dari keluarga kaya.Ya, tidak bisa dipungkiri kalau dia memiliki koneksi.Tapi mempertahankan bisnis dan memiliki koneksi adalah dua hal berbeda maka dari itu dia
Sarala.“Minggu ketiga ya..” Gumaman itu terlontar pelan ketika akhirnya Sarala menyelesaikan sesi terapinya, perlahan dia bisa menopang berat tubuhnya menggunakan dua kakinya. Dia juga sudah bisa berjalan meskipun harus dengan bantuan, dia memberikan banyak sekali kemajuan.“Semoga di minggu selanjutnya bisa jauh lebih baik ya..” Kata si terapis sebelum akhirnya pamit undur diri pada Sarala yang diantar bi Miah, dia masih duduk diatas roda. Bi Miah selalu mengantarnya kemanapun, dan dia bersyukur ada orang yang mau melakukan hal itu semua padanya.Akhir-akhir ini semenjak dia sadar kalau dirinya tengah mengandung, ada rasa bahagia yang tidak bisa dia utarakan. Dia selalu menikmati gerakan-gerakan dari si kecil di dalam perutnya, ini kali pertama dia hamil tapi entah kenapa dia merasa hal-hal seperti ini begitu familiar. Dia seperti pernah merasakan sebelumnya.Sarala juga menghabiskan waktunya bersama dengan orang-orang di tempat baru, di tempat yang sekarang dia tinggali. Orang-oran
Kelam.Ada banyak hal yang Kelam benci di dunia ini, jika bisa diurutkan mungkin hanya beberapa yang termasuk membenci sesuatu karena alasan pribadi seperti membenci seseorang bernama Gandaria.Dia membenci Gandaria karena sikapnya pada Sarala ketika mereka bersama. Awalnya ketika Sarala jujur pada Kelam mengapa pernikahannya berakhir dia hanya mengatakan “Kita sudah gak cocok aja.”Setiap kali Kelam tanyakan jawabannya hanya berakhir disana, seperti sedang menutup kotak pandora Sarala tidak pernah ingin membukanya lagi sampai akhirnya dia bertemu dengan Gandaria. Pria itu tinggi, berwajah tampan dan juga arogan. Kelam mengenalnya karena urusan bisnis, saat itu Gandaria memegang dua bisnisnya untuk pengurusan pajak.“Pak Kelam sudah menikah?” Adalah pertanyaan yang pertama kali pria itu lontarkan kepada Kelam ketika mereka sedang makan siang bersama.“Belum, tapi sedang mempersiapkan.” Jawab Kelam kala itu.“Saya sudah pernah menikah tapi beberapa tahun lalu bercerai.” Ujar Gandaria,
Sarala“Gandaria akan pulang dua minggu lagi.”Kata-kata itu terus terngiang di benak Sarala, dia mulai tidak sabar. Dia benar-benar ingin bertemu dengan Gandaria, dia ingin bertanya mengapa pria itu tidak meluangkan waktunya untuk sekedar menghubunginya padahal pria itu tahu dia mengalami kecelakaan yang membuatnya hampir lumpuh.Dia mulai bertanya pada bi Miah mengenai pakaian-pakaiannya yang dulu, melihat pakaian yang ada di lemari, dia tahu itu seleranya tapi bukan selera Gandaria. Selama ini dia memakai baju yang menjadi selera Ganda bukan dirinya.Dia sudah meninggalkan apa yang dia sukai sejak lama.“Ini semua baju-baju ibu, ibu yang beli dan pilih sendiri.” Jawab bi Miah.Ada jeda sebelum Sarala kemudian mengerenyitkan dahinya. Dia tidak pernah memilih dan membelinya bajunya sendiri, semua yang di lemarinya dibelikan oleh Gandaria, pria itu yang memilih dan membelinya tanpa bertanya apakah Sarala menyukai modelnya, warnanya, atau hal-hal lainnya.“Saya gak pernah beli baju sen
“Soga alergi blueberry.”Kata-kata yang sampai hari ini terngiang di benak Kelam. Sarala tanpa sadar mengatakannya, dalam bawah sadar wanita itu dia masih mengingat mereka sebagai suami dan anaknya.Dia mengacak rambut, berada di dalam rumah kini jauh lebih menyesakkan. Tiap kali dia tanpa sengaja saling bertemu pandang dengan Sarala, wanita itu akan selalu memalingkan wajahnya. Wanita itu sangat menghindari berduaan dengan Kelam meskipun hanya mengobrol hal-hal tidak penting. Ketika meminum teh bersama juga dia meminta bi Miah maupun bi Isah berada disana meskipun agak jauh dari tempat keduanya.Sarala terlihat tidak nyaman berada di dekatnya.Dia menghela napas, mengecek ponselnya, sampai saat ini belum ada kabar dari Gandaria apakah pria itu mau melakukan
Kepala Sarala terasa berat, matanya berkunang-kunang, rasanya semua informasi yang dia terima tidak sesuai dengan apa yang ingat terakhir kali sebelum dia mengalami kecelakaan. Apa yang Kelam katakan kepadanya, apa yang Soga bicarakan dia tidak mengerti semuanya.Sejak kapan Gandaria memperbolehkannya membeli makan-makanan manis?Sejak kapan Gandaria memperbolehkannya membeli baju-baju dengan model dan warna kesukaannya?Yang Sarala tahu semuanya menjadi gelap dan tiba-tiba dia bangun dengan kepala yang sudah terasa agak ringan. Dia tengah berada di dalam kamar, berusaha untuk bangun sendiri dan duduk tapi kakinya tidak bisa dia gerakkan sama sekali. Dia menghela napas.Kehamilan dan kakinya yang masih lemah untuk menopang tubuhnya menyusahkan dirinya sendiri. Orang-orang yang bekerja di rumah ini jadi membantunya juga, terlebih lagi ketika dia tidur. Mereka akan membantunya untuk berbalik badan ke kanan dan ke kiri.Dia merasa tidak berguna.Dia ingin bertemu dengan Gandaria, secepat
Gandaria memutus telepon.Dia terdiam sambil memikirkan obrolan yang baru saja selesai dengan Kelam, suami dari mantan istrinya yang juga klien serta atasannya. Lucu memang, dia juga tidak pernah berpikir kalau dunia sesempit ini. Indonesia yang begitu besar masih mampu mempertemukannya dengan mantan istrinya.Menyakitkan tentu saja.Setelah bercerai dengan Sarala dan menjalin hubungan lebih serius dengan perempuan lain, dia baru sadar kalau semua perempuan akan sama saja ketika mereka benar-benar mencintai dan peduli pada pasangannya. Mereka jadi terlihat ‘menyebalkan’.Dalam pandangan Gandaria, mantan istrinya adalah orang yang menyebalkan.Sarala selalu ‘mengatur’ untuk menabung, mengatur dia berpakaian, mengatur dia untuk melakukan hal ini dan itu. Sarala selalu minta mengobrol sebelum tidur padahal setelah mandi dan makan malam dia hanya ingin menghabiskan waktunya sendirian, bermain permainan di ponsel atau langsung tidur, tapi wanita itu terus berceloteh bagaimana hari yang dia